Belajar Kesederhanaan di Bulan Ramadhan

Oleh: Rizki Susanto

Rizki Susanto

eQuator.co.id – Bulan Ramadhan adalah bulan suci penuh berkah. Bulan dimana kita melaksanakan ibadah puasa sebagai bentuk ketaatankepada Allah swt dan Rasul_Nya. Bulan Ramadhan adalah bulan terbaik untuk kita menempa karakter diri, baik dalam perkataan, perbuatan, maupuncara bersikap.

Dalam Islam, kita mempelajari banyak haltentang hidup, seperti: ketauhidan, kehidupan sosialdan aspek-aspek lain yang terkait cara kita dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan arahan Allah swt dan Rasululllah saw. Adapun aspek yang akan kita pelajari di bulan penuh berkah ini, adalah tentang kesederhanaan.

Henry W. L. seorang penyair Amerika abad ke-19, berkata: “In character, in manner, in style, in all things, the supreme excellence is simplicity”, bahwa dalam karakter, cara, gaya dan segala hal, keunggulan tertinggi adalah kesederhanaan.

Kesederhanaan dapat diartikan sesuatu hal yang tidak berlebihan. Dengan kata lain, kesederhanaan menuntut kita untuk hidup sesuai dengan kemampuan dan keadaan kita masing-masing. Panutan kita, Rasulullah saw mengajarkan kita tentang cara menjalani kehidupan secara sederhana.

Rasulullah saw harus menjadi panutan kita, baik dalam tingkah laku, bertindak, maupun bersikap.Allah swt.berfirman: “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan yang banyak mengingat Allah” (QS. 33: 21).

Tahun 1978, Michael H. Hart, seorang antro-fisikawan Amerikadalam buku “the 100 a rangking of the most influential persons in history”, menempatkan Nabi kita, Muhammad saw. pada peringkat ke-1 sebagai tokoh yangpaling berpengaruh dalam sejarah.

Beberapa kesederhanaan yangsesuai dengan Islam sebagaimana telah dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad saw, yaitu:

  1. Kesederhanaan dalam HalMakan dan Minum

Salah satu kebutuhan primer manusia adalah pangan. Pangan yang dimaksud adalah makanan dan minuman yang baik, sehat, dan halal.

Berbicara tentang makan dan minum, Allah swt. berfirman: “Hai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebihan. Sungguh Allah swt. tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (QS. 07: 31).

Kegiatan makan dan minum yang berlebihan dapat membuat kekenyangan dan kemubaziran, yang kedua-duanya merupakan suatu yang tidak baik dari sisi kesehatan maupun agama.

Nabi Muhammad saw telah melarang kaum muslimin untuk makan dan minum berlebihan karena dapat merusak kesehatan tubuh, menimbulkan penyakit, dan menyebabkan kemalasan dalam beribadah (HR. Bukhari).

Selain tidak berlebihan, perlu diperhatikan pula adab dalam makan dan minum, seperti:

  1. memulai makan dan minum dengan membaca basmillah dan mengakhirinya dengan membaca hamdalah.
  2. makan dan minum denganmenggunakan tangan kanan.
  3. tidak makan dalam keadaan berdiri.
  4. tidak makan secara tergesa-gesa.
  5. dan lainnya.

2. Kesederhanaan dalam Hal Mencintai

Rasa cinta telah ada dalam setiap individu yang bernyawa. Rasa cinta memberi kekuatan untuk dapat mempersembahkan hal terbaik bagi sosok yang kita dicintai. Dalam hal ini, mencintai memiliki batasan yang harus diperhatikan, sebagaimana Hadits berikut ini:

“Sayangilah kekasihmu sewajarnya, karena bisajadi suatu hari dia akan menjadi seorang yang engkau benci. Dan bencilah orang yang engkau benci sewajarnya saja,karena bisa jadi suatu saat dia akan menjadi kekasihmu”(HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Syaikh Al Albani).

Realita kehidupan saat ini, banyak orang yang mencintai sesuatu secara berlebihan hingga apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka rasa itu berubah menjadi benci yang tak terhingga. Begitu pula saat seseorang membenci dengan berlebihan, tidak sedikit rasa benci itu berubah menjadi cinta. Oleh karena itu, cintailah sesuatu secara sederhana.

Cinta sejati dalam Islam adalah cinta hamba kepada Allah dan Rasulnya. Adapun bentuk cinta kita adalah dengan menjadi hamba yang taat atas segala perintah dan larangan Allah dan Rasul Nya.

  1. Kesederhanaan dalam Hal Membelanjakan Harta

Harta adalah titipan yang nantinya akan dimintai pertanggungjawabannya tentang untuk apa harta tersebut kita digunakan.Dalam hal membelanjakan harta, tidak sedikit kita temui orang yang secara sengaja atau bahkan tidak menyadari bahwa dia telah berlaku boros dalam membelanjakan harta yang dimilikinya. Boros sendiri adalah hal yang buruk, Allah swt berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya (QS. 17: 27).

Oleh karena itu, kita harus bijaksana dalam menggunakan dan membelanjakan harta yang kita miliki. Allah swt. berfirman: “Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar” (QS. 25: 67).

  1. Kesederhanaan dalam Hal Bersikap

Allah swt. telah berfirman: “Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah), nanti kamu menjadi tercela dan menyesal” (QS. 17: 29).

Salah satu sikap yang buruk adalah pelit, baik dalam bentuk pelit ilmu, harta, tenaga, maupun waktu. Lawan dari pelit adalah dermawan. Dermawan adalah bentuk sikap yang baik, namum apabila berlebihan hingga menimbulkan kesusahan bagi sang dermawan dan keluarganya, maka hal tersebut dapat berubah menjadi tidak baik.

Dalam kesederhanaan manusia tidak dituntut untuk hidup ‘miskin’ dan tidak juga dilarang untuk hidup ‘kaya’. Inti dari kesederhanaan adalah bagaimana kita dapat menjalani kehidupan secara sederhana, baik dalam keadaan mampu secara material atau tidak, memiliki kecukupan ilmu atau tidak, maupun memiliki jabatan atau tidak. Tujuan utama dari hidup sederhana sendiri adalah kehidupan yang lebih indah dan lebih tentram.

Dalam menjalani kesederhanaan tentu tidaklah mudah, karena sudah menjadi tabiat manusia untuk bersikap berlebih-lebihan dan melampaui batas. Allah swt. berfirman: “Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba_Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Allah menurunkan dengan ukuran yang Allah kehendaki. Sungguh, Dia Maha Teliti terhadap (keadaan) hamba-hamba_Nya,dan Maha Melihat” (QS.42: 27).

Dari beberapa hal di atas, dapat kita ketahui bahwa sikap berlebih-lebihan akan membawa pada keburukan dalam hidup. Adapun kesederhanaan adalah bentuk kematangan pengetahuan dan sikap, serta ketundukan akan aturan yang telah ditetapkan dalam Islam. Oleh karena itu, kesederhanaan menjadi mutlak dimiliki oleh kaum Muslimin sebagai bentuk ketaatapada Allah swt dan Rasul Nya.

 

*Dosen IAIN Pontianak