eQuator.co.id – Sambas-RK. Rakyat Indonesia harus belajar dari sejarah perjuangan para pendahulunya. Sebab, tantangan dan ancaman terhadap kedaulatan bangsa saat ini sudah multidimensi. Ancaman tersebut tidak lagi bersifat konvensional.
“Momentum peringatan Hari Bela Negara ini, saya ingin mengajak seluruh rakyat Indonesia belajar dari sejarah perjuangan bangsa untuk menatap masa depan. Saat ini ancaman terhadap kedaulatan bangsa bukan hanya fisik semata, tetapi sudah berkembang ke arah nonfisik,” beber Bupati Sambas, H Atbah Romin Suhaili Lc ketika membacakan sambutan Presiden Republik Indonesia Ir Joko Widodo memperingati Hari Bela Negara ke-69 di halaman Koramil 03/ Sambas, Rabu (27/12).
Ancaman bisa berkembang menjadi multidimensi, karena karakter bersumber dari ideologi politik, ekonomi, sosial dan budaya. Kondisi tersebut mengharuskan rakyat Indonesia memahami secara benar, apa yang dimaksud dengan bela negara. “Bagi saya upaya untuk melawan aksi pencurian ikan di perairan kita adalah tindakan bela negara. Setiap tahun ratusan juta ton ikan kita dicuri. Saya ingin mewujudkan kedaulatan pangan, itu adalah bela negara,” ungkap Atbah yang bertindak sebagai inspektur upacara.
Upaya untuk bisa tegak berdiri di kaki sendiri secara ekonomi, tegas Atbah, merupakan upaya bela negara. Begitu pula dengan guru, bidan dan tenaga kesehatan yang berjuang melaksanakan tugasnya di pelosok tanah air, kawasan perbatasan, maupun pulau-pulau pulau terluar.
Selain itu, ancaman terhadap kedaulatan bangsa muncul dari tindak pidana kejahatan luar biasa, yakni korupsi yang telah nyata merusak pondasi kekuatan bangsa, dan menjauhkan rakyat dari kesejahteraan. “Melawan korupsi di semua tingkatan merupakan wujud pembelaan terhadap negara,” terangnya.
Negara juga dihadapkan dengan ancaman keamanan berupa kejahatan internasional. Dimana pelakunya aktor non negara yang memiliki kemampuan teknologi, dukungan finansial yang kuat dan jaringan yang rapi, serta tersebar di sejumlah negara. “Banyak anak-anak kita yang terjebak dalam ketergantungan pada narkotika. Banyak warga negara kita juga masuk dalam jaringan perdagangan manusia. Kita harus melawan kejahatan kemanusiaan ini sebagai wujud dari bela negara,” tuturnya.
Bupati menegaskan, tantangan besar negara adalah bagaimana mempertahankan kelangsungan hidup sebagai bangsa yang berdaulat di bidang politik. Selain itu, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Bela negara memiliki spektrum yang sangat luas di berbagai bidang kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, sosial dan budaya. Bela negara bisa dilakukan oleh setiap warga negara dari berbagai latar belakang. “Mulai dari petani, buruh, profesional sampai pedagang,” ucapnya.
Bela negara bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, sesuai peran dan profesi warga negara. Makanya, Bupati mengajak seluruh warga negara untuk membangun keinsyafan bersama, bahwa kelangsungan hidup sebagai bangsa bukan tergantung pada kekuatan militer semata. “Kelangsungan hidup kita sebagai bangsa, adalah penjumlahan dari seluruh kekuatan rakyat dengan kekuatan rakyat semesta,” tegasnya.
Dia optimis, bangsa Indonesia mampu menghadapi segala jenis ancaman dan tantangan. Sebab, sejarah telah membuktikan esensi dari sistem pertahanan rakyat semesta telah membuat republik mampu bertahan.
“Tugas kita adalah membela negara ini dari kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan dan ketergantungan. Bela negara adalah tugas yang Mahabarata yang ada di depan mata kita, dengan semangat persatuan, kerja keras dan berjuang bersama dipastikan tugas sejarah itu bisa kita pikul bersama,” pungkasnya.
Upacara Hari Bela Negara diikuti personel Koramil 03/ Sambas, Polres Sambas, Satpol PP Sambas, organisasi perangkat daerah (OPD) lingkungan Pemkab Sambas dan instansi vertikal lain. Tampak hadir pula Kasi Intel Kejari Sambas Heri, dan Wakapolres Sambas Kompol Jovan R Sumual, jajaran Forkopimda Sambas, OPD Pemkab Sambas dan instansi lain.
Reporter: Sairi
Editor: Yuni Kurniyanto