eQuator.co.id – Pontianak-RK. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Pontianak melakukan uji laboratorium terhadap makanan dan minuman yang dijual pedagang untuk berbuka puasa diseluruh pasar juadah di Kota Pontianak, Rabu (8/6). Hal ini dilakukan guna memastikan takjil yang dijual aman untuk dikonsumsi.
Pertama-tama BPOM beserta Dinas Kesehatan dan Disperindagkop Kota Pontianak mengecek di pasar Ramadan Masjid Raya Mujahidin. Ada sepuluh sampel makanan yang akan diuji di laboratorium. Untuk memastikan makanan tersebut tak menggunakan zat berbahaya seperti boraks maupun formalin.
Kepala BBPOM Pontianak, Qory Panjaitan, mengatakan, uji laboratorium terhadap sampel takjil upaya untuk memberi keamanan terhadap masyarakat. “Kita ingin memastikan bahwa makanan dan minuman yang dijual benar-benar layak dikonsumsi tanpa mengandung zat berbahaya,” katanya.
Sepuluh sampel makanan yang akan diperiksa masih dalam proses uji laboratorium. Hari ini hasilnya baru keluar. “Nanti hasilnya akan kami sampaikan,” ujarnya.
Menurut Qory, uji laboratorium makanan dan minuman ini akan dilakukan diseluruh Pasar Juadah di Pontianak. “Hari ini ada tiga titik tim kami turun, Pontianak Selatan, Kecamatan Pontianak Barat, dan Kecamatan Pontianak Timur,” ucapnya.
Jika hasil uji lab menunjukkan mengandung zat berbahaya, maka pedagangnya akan dilakukan pembinaan serta diminta untuk tidak mengulangi perbuatannya. Qory mengimbau masyarakat untuk lebih teliti membeli jajanan. Makanan dan minuman yang mengandung formalin atau borax, bentuk dan rasanya berbeda. “Contoh mie kuning, kalau pakai pengawet berbahaya ditarik tidak putus-putus,” jelasnya.
Qory memaparkan pada 2014 ditemukan 64 persen yang menjual takjil menggunakan boraks dan formalin. “Makanya kita tidak ingin terulang lagi. Sehingga tahun 2015 penjualan makanan dan minuman di bulan Ramadan sudah tidak ditemukan makanan-minuman zat berbahaya lagi,” ungkap Qory.
Yanti, salah seorang pedagang di Pasar Ramadan Mujahidin, mengatakan hampir seluruh makanan dan minuman yang dijualnya titipan orang. “Saya hanya jual satu jenis kue saja, Insya Allah saya jamin tidak pakai zat-zat berbahaya,” katanya.
Diakui Yanti kesulitannya memang mengawasi makanan dan minuman dititipkan orang. “Tidak mungkin saya menanyakan satu persatu, apakah makanan dan minuman menggunakan zat berbahaya,” lugas Yanti. (Zrn)