Api Asian Games 2018 tiba di Jogjakarta Selasa (17/7). Beragam pengalaman menarik mengiringi perjalanan udara selama sebelas jam dari India itu.
JAUH HARI WS, Sleman
eQuator.co.id – BEKAS atlet bulutangkis Susi Susanti mengalami berbagai pengalaman menarik kala menjemput api Asian Games dari India. Salah satunya petugas Bandara Internasional Indira Gandhi sempat melarang keberadaan api di dalam pesawat, sehingga perjalanan rombongan yang beranggotakan 16 kru sempat tersendat. “Setelah negosiasi pukul 06.30 waktu India akhirnya bisa berangkat menuju Jogjakarta,” tutur Susi saat konferensi pers setelah proses kirab.
Pengalaman ini cukup kontras dengan prosesi pengambilan api di India. Dia menceritakan, proses pengambilan api di India berjalan lancar. Meski prosesinya cukup panjang.
Dari awal, api diserahkan kepada Erick Tohir. Lalu, bekas presiden klub sepak bola Internazionale itu menyerahkannya kepada Susy. Dari tangannya, peraih medali emas Olimpiade 1992 itu lalu menyerahkannya kepada atlet India untuk dilakukan torch relay. Puncaknya, api diserahkan kembali kepada Erick untuk dimasukkan ke dalam lentera.
Terlepas dari itu, Susi merasa bangga sekaligus terhormat ikut menjadi bagian penting dalam rangkaian penyelenggaraan Asian Games 2018. Dengan menjadi duta event olahraga se-Asia tersebut. Mengingat, Susi selama ini hanya berpengalaman sebagai atlet. Apalagi, Susi juga harus menjaga api agar tidak padam.
Kendati tersimpan di tinder box, istri Alan Budikusuma ini tetap merasa was-was. Dia harus menahan rasa kantuk yang mendera agar dapat memastikan bahwa api bersejarah tersebut tidak padam. “Ya tidur nggak tidur. Menjaga api seperti jaga hidup dan mati,” ucapnya.
Karena itu, Susi merasa terpanggil untuk menyukseskan event olahraga empat tahunan ini. Dia punya misi pribadi agar Asian Games 2018 dapat menyatukan seluruh negara di Asia. Juga, kian mempersatukan Indonesia. ”Kami bekerja untuk Indonesia dan untuk mempersatukan Indonesia,” tegasnya.
Dalam catatan, Indonesia pernah menjadi tuan rumah Asian Games. Persisnya pada 1962. Kala itu Jakarta dipilih sebagai lokasi pelaksanaan. Karena itu, Susi menaruh harapan besar terhadap prestasi yang diraih kontingen Indonesia. Mengingat, menjadi penyelenggara Asian Games merupakan kesempatan langka.
”Sehingga kesempatan kedua harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Saya harap sukses dan berhasil untuk semuanya,” harapnya.
Di penghujung konferensi persnya, Susi melihat persiapan seluruh atlet cukup baik. Dia pun berharap api Asian Games membakar semangat seluruh atlet yang berlaga.
”Mudah-mudahan dengan ini dapat menjadi tambahan motivasi kepada semua atlet untuk berprestasi dan bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” tambahnya. (Radar Jogja/JPG)