Banyak Torehkan Prestasi, Diundang di Ajang Internasional

Sanggar Pabayo Tarigas, Wujud Kecintaan akan Seni Tradisonal

TAMPILKAN TARIAN. Sanggar Pabayo Tarigas menampilkan tarian bersama adat Melayu, Dayak, Tionghoa dalam menyambut pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di Bengkayang belum lama ini. Fransiskus Sukardi for RK
TAMPILKAN TARIAN. Sanggar Pabayo Tarigas menampilkan tarian bersama adat Melayu, Dayak, Tionghoa dalam menyambut pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di Bengkayang belum lama ini. Fransiskus Sukardi for RK

Berawal dari perkumpulan kecil pecinta seni, Pabayo Tarigas berkembang menjadi sanggar tari dan musik tradisional yang dikenal masyarakat luas. 12 tahun berdiri, ratusan gelar telah diraih sanggar tersebut.

Suci Nurdini Setiowati, Bengkayang

eQuator.co.id – Sanggar Pabayo Tarigas didirikan Fransiskus Sukardi, S. Sn. Sederhana, punya keinginan mulia, lelaki yang akrab disapa Kardi ini memulai karirnya. Pria kelahiran Pahuman Kabupaten Landak 41 silam ini bertekad setelah tamat menyelesaikan pendidikannya di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pulang untuk memajukan daerahnya, Kalimantan Barat.

“Niat dan cita-cita saya adalah membangun seni budaya yang ada di Kalbar khususnya di daerah kabupaten yang masih memerlukan tenaga profesional,” kata Kardi kepada Rakyat Kalbar, Jumat (4/5).

Kardi menyelesaikan S-1 tahun 2003. Setelah menyandang gelar sarjana, ia awalnya menetap di Kota Pontianak. Di ibu kota provinsi Kalbar ini, ia sempat bergabung di sanggar Senggalang Burong di Betang Jalan Sutoyo.

Pada 2005, Kardi hijrah ke Kabupaten Bengkayang. Di Bumi Sembalo ini ia menjadi guru seni di SMP 1 Bengkayang. Mulai saat itulah ia mendirikan sanggar Pabayo Tarigas.

“Waktu itu saya bersama guru seni SMA saya yaitu bapak Drs.  Hendrikus Clement yang kebetulan juga mengabdi di Bengkayang,  kami membentuk wadah pembinaan seni tari tradisional yang dinamakan CTDC (Center of traditional dance course) Pabayo,” kisahnya.

Satu tahun berjalan dengan baik. Timbul pemikiran Kardi untuk membentuk organisasi yang bisa menampilkan hasil latihan tari dari CTDC Pabayo. Tujuannya supaya dapat diapresiasi dan dikenal masyarakat luas.

27 April 2006 dibentuklah Sanggar Pabayo Tarigas, dimana ia sendiri sebagai ketuanya. Sedangkan Pembinanya Hendrikus Clement, Sekretaris Ismael Edison S, Pd, Bendahara Cristina Angelita Novita  SE. Selain Kardi, pelatih di sanggar ini ada Angel dan Nurhasanah. Sekretariat Sanggar Pabayo Tarigas berada di Gang Marananta No 38 Jalan Raya Sanggau Ledo, Bengkayang. Sedangkan tempat latihan biasanya di aula Kantor Camat Bengkayang Jalan Raya Sanggau Ledo.

Bersama Cristina Angelita Novita, kini Kardi telah dikaruniai dua anak prempuan. Mereka sekarang telah menetap di Bengkayang. Dalam mengelola Sanggar Pabayo Tarigas, Kardi juga dibantu istrinya yang merupakan kelahiran Sanggau Kapuas Kabupaten Sanggau. Selain kadang-kadang ikut melatih, Cristina lebih sering mendandani anak-anak yang akan tampil.

Kardi mengaku telah mencintai seni sejak duduk dibangku sekolah. Pria yang sering dipanggil Papi oleh anak didik sanggarnya ini juga punya pemikiran sendiri tentang seni.

“Kenapa bisa jatuh cinta dengan seni? Karena seni itu indah ketika kita menekuninya,” tuturnya. “Kita akan larut di dalam keindahannya. Seni perlu perhatian orang yang fokus merawat dan mengembangkanya,” timpal Kardi.

Dalam segi kreativitas, sanggar ini tak perlu diragukan. Dari mulai keorisinilan tarian, musik dan lain sebagainya semua diciptakan Kardi sendiri. Makanya, segudang prestasi berhasil diraihnya.

Sejarah pertama terukir tahun 2007. Saat Sanggar Pabayo Tarigas mendapatkan lima medali sekaligus pada ajang Gawai Dayak se Kalbar di Betang Jalan Sutoyo, Pontianak. Beberapa kategori yang diraih yaitu cabang tari, pop singer, lukis, pahat dan dongeng.

Tidak hanya di tingkat lokal, sanggar ini pernah menjuarai event nasional. Hebatnya lagi, Sanggar Pabayo Parigas sering diundang acara kegiatan internasional di Malaysia.

Mewakili para pecinta seni tradisional, Kardi berharap agar semakin banyak acara. Ada perhatian pemerintah terhadap kearifan budaya lokal yang ada di Kalbar. “Sebab kalau bukan kita siapa lagi,” tutup Kardi.

Sanggar Pabayo Tarigas juga berhasil membina siswa-siswi SMPN 1 Bengkayang dalam ajang FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional). Tercatat sudah tujuh kali mewakili Kalbar di ajang nasional. Bahkan pada 2016 menyabet juara 1 di Palembang dalam cabang musik tradisional.

“Waktu itu saya dan teman-teman terpilih untuk mengikuti FLS2N mewakili SMP 1 Bengkayang. Nah, alhamdulillah usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil,” lugas Iga Ardhiya Pratiwi, salah seorang murid Sanggar Pabayo Tarigas yang berhasil menjadi juara nasional ini

Dalam proses pencapaian itu semua adalah pengalaman yang benar-benar berharga. Raihan prestasi tersebut tidak lepas dari latihan dengan semangat yang luar biasa. Iga masuk Sanggar Pabayo Tarigas sejak masih duduk diawal masuk SMP ini mengaku, banyak perubahan dalam dirinya. Banyak pembelajaran yang didapat dari sana. “Karena di sanggar tidak hanya diajarkan bermain musik,” jelasnya.

Dari sanggar, Iga menemukan jati dirinya. Ia berani tampil di depan banyak orang. Ia anggap sanggar sebagai keluarga keduanya. “Belajar mencintai alat musik tradisional, dan di sanggar adalah awal mula menemukan sahabat Iga,” ungkap Iga (*)

 

Editor: Arman Hairiadi