Banyak Alasan Klasik Diutarakan Pelanggar

Kisah Operasi Patuh Kapuas 2019

OPERASI. Satlantas Polresta Pontianak sedang menggelar Operasi Patuh Kapuas 2019 di depan Museum Kota Pontianak, Jalan Ahmad Yani, Senin (2/9)--Jessica Wuysang for RK

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Tidak terasa, pelaksanaan Operasi Patuh Kapuas 2019 sudah berjalan selama empat hari, sejak dimulai pada 29 Agustus lalu. Senin (2/9) pelaksanaan operasi ini kembali dilakukan Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polresta Pontianak di depan Museum Kota Pontianak, Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Pontianak Selatan.

Wakasat Lantas Polresta Pontianak, Iptu Eka Suwarna mengatakan, kegiatan ini dilakukan dalam rangka Operasi Patuh 2019 yang juga dilaksanakan di seluruh Indonesia.

Tujuan operasi patuh ini, kata Eka, adalah untuk menekan terjadinya laka lantas dengan upaya, mulai upaya preemtif, preventif hingga repreship. “Saat ini yang kita lakukan sekarang adalah kegiatan repreship yakni penindakan pelanggaranya,” tegas Eka ditemui saat melaksanakan operasi.

Dia mengatakan, operasi ini akan berlangsung selama 14 hari, sejak 29 Agustus lalu hingga 11 September di wilayah hukum Polresta Pontianak. Yakni Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak.

Sementara itu, Kasat Lantas Polresta Pontianak Kompol Syarifah Salbiah mengatakan, ada delapan sasaran prioritas untuk menekan laka lantas dengan korban fatalitas dalam operasi ini. Yakni, pengendara motor yang tidak menggunakan helm standar, pengemudi yang tidak menggunakan safety belt, pengemudi yang melebihi batas kecepatan, pengemudi di bawah pengaruh alkohol, pengemudi yang melawan arus, pengemudi di bawah umur, pengemudi yang menggunakan handphone, dan kendaraan yang menggunakan lampu strobo, rotator dan sirine.

“Ada delapan hasil pemetaan kita. Korban laka fatalitas diakibatkan pelanggaran itu,” ujarnya.

Salbiah mengatakan, selama operasi ini berlangsung, terdapat dua laka lantas yang terjadi. Namun korbannya hanya luka ringan. Petugas pun telah memetakan beberapa lokasi yang kerap ditemukan pelanggaran secara kasat mata dilakukan oleh pengendara.

“Untuk di Kabupaten Kubu Raya, itu pelanggarannya masih kita temukan warga yang melawan arus, tidak mengunakan helm. Di beberapa lokasi diantaranya di Jalan Trans Kalimantan,” terangnya.

Sementara untuk Kota Pontianak meliputi Jalan Tanjung Hulu,  Tanjung Raya I, Tanjung Raya II, Jalan Khatulistiwa dan Jalan Komyos Sudarso, Jalan Ampera dan Jalan Jeranding.

Hasil pemetaan petugas, wilayah tersebut kata dia, juga masih ditemukan pengendara yang tidak menggunakan helm standar, anak di bawah umur, dan berboncengan lebih dari satu orang.

Secara umum, selama empat hari pelaksana operasi tersebut, pihaknya lebih banyak mendapati pengendara yang berkendara dengan tidak mengunakan helm. Mirisnya pengendara tersebut pun beralasan beragam dan klasik.

“Mareka bilang saya dekat kok. Kemudian ada pula yang menyampaikan ini sudah biasa. Ini jalan kami,” ungkapnya.

Padahal, menggunakan helm dalam berlalu lintas merupakan kebutuhan untuk menjaga keselamatan diri sendiri. Selain tidak menggunakan helm, pengemudi yang merupakan anak di bawah umur juga masih terus didapati petugas. Sementara pada saat terjaring, orang tuanya mengaku tidak tahu motornya dibawa oleh si anak.

“Biasanya ketika terjaring, orangtuanya menyampaikan kepada kita tidak tahu. Kuncinya terletak di atas meja sehingga dibawa anak. Ini biasanya alasannya,” ceritanya.

Untuk itulah, dirinya pun mengajak orang tua bersama-sama peduli. Sebab dari delapan pelanggaran yang menjadi sasaran prioritas yang menyebabkan korban fatalitas, salah satunya adalah pengemudi yang merupakan anak di bawah umur.

Kendati demikian, Salbiah bersyukur dari tahun ke tahun angka laka lantas dengan korban fatalitas mampu ditekan. Meski begitu, dirinya masih mengaku miris karena korban laka lantas meninggal dan luka berat masih ada. Polisi Teladan 2019 ini pun  berharap, semakin hari angka laka lantas dan fatalitas semakin bisa ditekan. Tentunya hal tersebut juga didukung dengan kesadaran dan ketertiban masyarakat dalam berlalu lintas.

“Kita harus ingat juga, tertibnya suatu bangsa dilihat pula dengan cara berlalu lintasnya. Jadi kalau dia tidak tertib berarti bangsa itu belum tertib. Dan masyarakatnya belum tertib,” ungkap Salbiah.

Dirinya berharap, ketertiban berlalu lintas, tidak hanya pada operasi seperti ini saja. Melainkan selamanya. Sebab untuk kepentingan pengemudi sendiri.

Sebelum digelarnya operasi ini, pihaknya juga telah melaksanakan fungsi preemtif melalui sosialisasi kepada masyarakat pelaksanaan dari kegiatan operasi ini.

“Sebelum operasi ini, kita telah melakukan fungsi preemtif melalui imbauan melalui pamflet, spanduk, TV, radio, koran, dan facebook dan instagram, di semua media kita masukkan,” tuturnya.

Untuk itu, dirinya pun mengigatkan masyarakat tidak perlu lagi bertanya dimana razianya digelar petugas dan pukul berapa.

“Sebenarnya kalau dia lengkap, dia tertib, tidak perlu dia bertanya seperti itu. Saya harapkan tidak hanya salama operasi mereka tertib. Karena inikan untuk keselamatan masyarakat sendiri,” harap Salbiah.

Laporan: Andi Ridwansyah

Editor: Ocsya Ade CP