eQuator.co.id – Sambas-RK. Banjir di Kabupaten Sambas meluas. Sebanyak 678 rumah dari 781 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah 2.828 jiwa di Desa Sepantai dan Desa Semangak, Kecamatan Sejangkung tergenang banjir.
Banjir di kedua desa perhuluan Sungai Sambas itu semakin dalam. Ketinggian air sudah mencapai 1,5 meter dan 30 centimeter di dalam rumah.
Untuk menginformasikan kondisi desanya yang direndam banjir,
Kades Semangak, Jube Herzami, dan Kades Sepantai, Herlin, mendatangi wartawan Rakyat Kalbar, di Kota Sambas, Selasa (23/2).
Mereka mengatakan, sudah 526 rumah yang direndam banjir dan ada 611 KK dari 2.204 jiwa di Desa Semangak yang tak bisa tidur di kediamannya. Sedangkan di Desa Sepantai, ada 152 rumah yang dihuni 170 KK dengan 624 jiwa.
“Kami ke Sambas ingin mengurus bantuan warga ke Dinas Sosial,” kata kedua Kades ini serentak.
Jube mengeluhkan kondisi desanya yang kembali diterjang banjir. Kebetulan Desa Semangak dan Sepantai satu aliran, merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) dari Bengkayang.
“Belum surut banjir beberapa waktu lalu, saat ini kita kembali diterjang banjir, bagaimana tidak berduka. Saat ini ratusan rumah kembali digenangi air,” kata Jube mengeluhkan kondisi desanya sambil memperlihatkan foto-foto banjir yang kembali dialami warganya.
Jube semakin khawatir. Apalagi mendapat kabar, Sanggau Ledo dan Seluas Kabupaten Bengkayang juga direndam banjir. Air yang membanjiri dua kecamatan ini akan turun ke Desa Sepantai dan Semangak.
“Saat ini kami siap-siap menghadapi banjir susulan. Kondisi air saat ini, ketinggiannya semakin naik. Apalagi musim hujan, maka dapat dipastikan jumlah rumah, KK dan jiwa yang terendam banjir semakin bertambah,” ungkap Jube.
Banjir yang melanda Desa Semangak merendam empat dusun, yakni Dusun Semakuan, Setambah, Senabah dan Sajingan Kecil. Bedasarkan data desa, diempat dusun itu terdapat 48 ibu hamil, 90 bayi, 409 balita dan 381 Lansia (lanjut usia).
“Dengan banjir susulan ini, kita berharap pemerintah segera mengambil sikap memberikan bantuan, baik daerah, provinsi maupun pusat. Karena kondisi banjir masih berpeluang naik, dan kami juga berharap bantuan dari donatur,” harap Jube.
Walaupun kondisi banjir, aktivitas belajar mengajar di sekolah masih dilakukan. Mengingat pelajar akan menghadapi Ujian Nasional (UN). Warga khawatir, soalnya pelajar SD di bawah kelas VI juga masih bersekolah. Seharusnya mereka diliburkan, karena SMP sudah diliburkan pihak sekolah.
“Kami meminta Dinas Pendidikan dapat mengambil kebijakan terhadap sekolah yang tergenang banjir, agar diliburkan. Walau pun diantar ke sekolah menggunakan perahu, tetap saja kekhawatiran itu ada,” tegas Jube.
Banjir yang sama juga dialami Desa Sepantai. Kades Herlin mengatakan, saat ini ketinggian air di desanya terus naik. Apabila air di Bengkayang turun, apalagi diwaktu bersamaan hujan dan pasang sungai, maka air akan semakin meninggi di Desa Sepantai.
“Saat ini ketinggian air di desa kita telah mencapai 1,5 meter, sedangkan di rumah warga mencapai 30 hingga 50 Cm dan menggenangi 152 rumah dari 170 KK di Desa Sepantai. Jika hujan disertai pasang dan banjir kiriman datang, kemungkinan air akan semakin naik. Mengacu pada banjir tahun lalu, air mencapai dua meter di desa kita,” jelas Herlin.
Berdasarkan data Herlin, di Desa Sepantai ada152 rumah, 170 KK dan 642 jiwa. Bayi dan balita berjumlah 49 anak, 11 ibu hamil dan 22 Lansia. Selain itu ada 14 warganya yang menderita sakit.
“Saat ini warga dalam kesulitan. Apalagi persawahan, kebun karet dan pertanian lainnya masih tergenang air. Sehingga warga tidak bisa mengais rezeki. Karena itu, kami sangat berharap bantuan, seperti Sembako, obat-obatan, selimut dan kelambu, serta petugas kesehatan gratis,” harap Herlin.
Laporan: M. Ridho
Editor: Hamka Saptono