eQuator.co.id – JAKARTA –RK. Rencana pemerintah memindahkan terpidana teroris Abu Bakar Ba’asyir dari Lapas Gunung Sindur ditolak. Tokoh agama yang divonis 15 tahun penjara oleh PN Jaksel pada 2011 itu sudah melayangkan surat penolakan kepada pengelola Lapas Gunung Sindur.
”Surat penolakan sudah disampaikan ke lapas,” ungkap Guntur Fattahillah, salah seorang penasihat hukum Ba’asyir, kemarin (8/3). Menurut Guntur, surat penolakan sudah dikirim Rabu lalu (7/3). Surat tersebut ditulis langsung oleh Ba’asyir. Guntur menuturkan, Ba’asyir menolak dipindah lapas lantaran menilai pemindahan tidak mengubah apapun.
Hal senada disampaikan penasihat hukum Ba’asyir lainnya, Ahmad Michdan. Menurut dia, saat ini pihaknya fokus pada kondisi kesehatan Ba’asyir. Karena itu, mereka hanya akan sepakat jika pemerintah menjadikan Ba’asyir sebagai tahanan rumah. Di luar itu, mereka menolak. Termasuk di antarnya grasi. ”Kami nggak pernah minta,” kata dia tegas.
Sesuai rencana, kemarin kesehatan Ba’asyir kembali diperiksa. Dia dibawa ke RSCM Kencana untuk menjalani sejumlah pemeriksaan. Tiba di rumah sakit sekitar jam 10.45 WIB, Ba’asyir keluar pukul 16.35 WIB.
Jose Rizal, dokter yang mendampingi Ba’asyir menyatakan bahwa banyak organ luar dan dalam yang diperiksa. Sejauh ini hasil pemeriksaan menunjukan perkembangan yang positif. ”Soal kaki beliau, makin lama makin baik,” ujarnya. Tapi, masih perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan. Cek darah adalah salah satunya. Sempat muncul rencana untuk merawat inap Ba’asyir. Namun rencana itu urung dilaksanakan.
Dokter punya pertimbangan lain dan memilih melanjutkan pemeriksaan pekan depan. Berkaitan dengan hal itu, Kepala Bagian Humas Ditjenpas Kemenkumham Ade Kusmanto membenarkan. ”Ya, cek kembali tanggal 16 (Maret),” imbuhnya. (syn/oki)
Lebih lanjut, Michdan menyampaikan bahwa Ba’asyir sudah bulat menolak rencana pemerintah memindahkan dirinya ke lapas lain. Meski lapas yang dipilih pemerintah dekat dengan tempat tinggal keluarganya. ”Beliau memang keberatan tentang itu. Jadi, beliau merasa kalau mau ya jangan pindah lapas,” terang dia. ”Kalau lapas ya di sini (Gunung Sindur). Kalau pindah lapas keberatan,” tambahnya.
Di samping menilai pemindahan lapas tidak mengubah apapun, penyesuaian yang harus dilakukan jika rencana itu dilaksanakan malah menyulitkan Ba’asyir. ”Memang penyesuaiannya agak repot,” ujar Michdan. Dia mencontohkan, tempat tidur untuk Ba’asyir yang sudah berusia lanjut harus disesuaikan. Kemudian kamar mandi dan yang paling penting adalah izin kedokteran untuk Ba’asyir.
Ketika ditanya berkaitan dengan hal itu, Abdul Rahim Ba’asyir menegaskan bahwa keluarganya tetap pada permintaan awal. Yakni menjadikan ayahnya sebagai tahanan rumah. ”Karena itulah satu-satunya jalan untuk mencarikan solusi terkait permasalahan kurangnya perawatan yang ada pada beliau,” tutur Abdul kemarin. ”Kalau hanya pemindahan dari lapas ke lapas, permaslahan masih tetap,” lanjutnya.
Senada dengan Michdan, Abdul juga khawatir jika dipindahkan ke lapas lain ayahnya kembali harus menyesuaikan diri. Padahal dengan kondisi Ba’asyir saat ini, penyesuaian bukan perkara gampang. ”Maka kami tetap pada pendapat bahwa kalau memang terjadi pemindahan, pemindahan ke rumah. Bukan pemindahan ke lapas lagi,” terang dia. Jika hanya memindahkan ayahnya ke lapas lain, lebih baik tidak dilakukan sama sekali. ”Itu sikap kami,” tegasnya.
Ade menegaskan, instansinya juga concern terhadap kondisi kesehatan Ba’asyir. Karena itu, mereka mengizinkan Ba’asyir kembali diperiksa kemarin. ”Agar sakit yang dideritanya segera membaik,” ujarnya. Soal rencana pemindahan Ba’asyir ke lapas lain, sampai saat ini pihaknya belum menerima surat penolakan dari yang bersangkutan. (Jawa Pos/JPG)