-ads-
Home Rakyat Kalbar Sambas Atbah: Tak Memalukan di Hadapan Sarawak

Atbah: Tak Memalukan di Hadapan Sarawak

FWI Sajingan Besar 2016 Dikunjungi 3.312 Wisatawan

SUGUHAN BUDAYA. Tarian multietnis Tionghoa, Dayak, dan Melayu, yang disuguhkan panitia FWI Sajingan Besar 2016, di kawasan tapal batas Aruk-Biawak, Sabtu (17/9). Ocsya Ade CP

eQuator.co.idSambas-RK. Suara bedug yang dipukul Bupati Sambas Atbah Romin Suhaili menandai dibukanya Festival Wonderful Indonesia (FWI) Sajingan Besar 2016, di kawasan tapal batas Aruk (Sambas)-Biawak (Malaysia), Sabtu (17/9). Meski hanya berlangsung dua hari, FWI sedot ribuan wisatawan dari negara tetangga.

Sebelum dibuka dengan pukulan bedug dan pemotongan bambu menggunakan mandau, pengunjung dihibur tarian adat multietnis Tionghoa, Dayak, dan Melayu. Atbah didampingi Timbalan Ketua Menteri (Deputi) Pelancongan (Pariwisata) Kesenian dan Kebudayaan Negeri Sarawak, Datuk Amar Abang Haji Abdul Rahman Zohari atau lebih dikenal sebagai ‘Abang Jo’, dan perwakilan Konsulat Jenderal RI di Kuching. Kepala Bidang Festival Asia Tenggara Kemenpar, Eddy Susilo, pun tampak saat opening ceremony.

Dalam sambutannya, Atbah berterima kasih kepada warga Sarawak yang rela datang memenuhi undangan ke kabupaten yang dia pimpin menggunakan sepeda motor. Ia mengaku bangga dengan Kuching, Sarawak, Malaysia, karena sebagian warganya mencari nafkah di sana. Namun, lebih bangga lagi, kata Atbah, manakala Aruk, Sajingan Besar, Sambas, ini bisa dibangun lebih hebat dari Kuching.

-ads-

“Kami ini di Sambas adalah serambi Indonesia di hadapan Sarawak, Malaysia. Maka kami harus paling bagus dan baik agar kami, Indonesia, tidak memalukan dan dipermalukan di hadapan Sarawak, Malaysia,” tuturnya.

Sebenarnya, FWI kali kedua besutan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) ini merupakan strategi unuk menarik kunjungan wisatawan dari negara tetangga maupun wisatawan mancanegara (wisman). Kemenpar mencoba menyajikan atraksi wisata unggulan yang ada di Sambas melalui pertunjukan seni dan budaya oleh seniman lokal, nasional, dan artis dari Jakarta, Viola Asra, maupun dari Malaysia, Nazwa Latif.

Juga mempersembahkan pentas seni budaya Dayak dan Melayu, kuliner, serta bazar multiproduk, berikut permainan tradisional, yang mengedepankan kekayaan seni, budaya, dan kuliner khas Kabupaten Sambas. Tak heran, event di wilayah tapal batas yang jarang dilakukan ini menarik minat ribuan pengunjung.

“Hari pertama, warga Sarawak yang melintas border kita sekitar 1.105 orang. Hari keduanya, ada 2.207. Mereka ini yang mengunjungi venue FWI. Belum lagi dipadati warga setempat. Bahkan ada juga beberapa bule Inggris tadi. Tapi kalau hari biasa, rata-rata perharinya hanya sekitar seratus orang warga Sarawak yang melintas border Aruk,” tutur Eddy Susilo, Kepala Bidang Festival Asia Tenggara Kemenpar, di sela menyaksikan pertunjukan, Minggu (18/9).

Eddy mewakili Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana dalam membuka FWI. Kata dia, wilayah perbatasan adalah pasar potensial untuk terus dikembangkan. FWI akan digelar reguler.

“Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyambut baik dan sangat terkesan dengan digelarnya FWI ini. Karena event ini mendatangkan wisatawan dari Malaysia 10 kali lipat lebih banyak dibandingkan hari-hari biasa. Dan sudah terbukti selama dua hari ini,” ujarnya.

Memang, lanjut dia, misi penyelenggaraan FWI di Sajingan Besar salah satunya untuk pencapaian target kunjungan 12 juta Wisman pada tahun 2016. Atau, tumbuh 20% dibandingkan capaian 10,4 juta pada 2015.

FWI juga memperkenalkan Wonderful Indonesia di tingkat internasional, khususnya upaya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dari Sarawak, Malaysia. Nah, di antara 19 pintu masuk wisatawan ke Indonesia, border Aruk di Sajingan Besar, Sambas, yang berbatasan langsung dengan Biawak, Sarawak, ini diyakini punya andil besar menyumbang masuknya pengunjung dari luar negeri.

“Kabupaten Sambas banyak potensi yang dapat dijadikan sebagai gate way atau pintu gerbang mendatangkan Wisman. Selain itu, potensi wisata juga dapat dijadikan salah satu cara untuk mempererat tali silaturahmi masyarakat antar perbatasan,” ucap Eddy.

Untuk mewujudkan misi tersebut, ia meminta pemerintah daerah setempat bersinergi dengan industri pariwisata untuk menumbuhkembangkan festival-festival di Sambas. “Dengan demikian, banyak orang yang akan berdatangan ke Sambas. Dan, banyak nilai ekonomi yang akan didapat masyarakat setempat,” tutupnya.

 

Laporan: Ocsya Ade CP

Editor: Mohamad iQbaL

Exit mobile version