eQuator.co.id – Kubu Raya-RK. Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilaksanakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) dan Landasan Udara (Lanud) Supadio Pontianak akan dioperasikan di Provinsi Kalbar.
Langkah tersebut sebagai antisipasi guna menanggulangi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di ‘Bumi Borneo Barat’.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Tri Budiarto menjelaskan, untuk menuntaskan persoalan Karhutla yang berdampak semakin menebalnya kabut asap seperti saat ini tentu tidak bisa ditanggulangi dengan satu subsistem saja. Semua subsistem penanggulangan tentu harus dilakukan.
“Dalam ruang dan waktu yang bersamaan maka semua subsistem wajib dikerjakan bersamaan. Yakni subsistem operasi darat, operasi udara, penegakan hukum, sosialisasi maupun subsistem lainnya. Tidak boleh satu subsistem mendominasi subsistem lainnya,” ujar Tri Budiarto usai membuka Kegiatan operasi TMC di Gedung Graha Teddy Kustari, Lanud Supadio, Selasa (30/8).
Untuk itulah guna melengkapi subsistem lain maka dilakukan operasi TMC. Yakni melengkapi operasi water bombing. Karena dengan operasi ini dapat menghasilkan hujan buatan hingga beberapa kabupaten di Provinsi Kalbar sesuai dengan kemampuan jelajah.
Ia berharap, TMC ini dapat menimbulkan hujan yang turun secara alamiah dan membasahi gambut yang ada di Kalbar sehingga tidak lagi ada titik api.
Sementara itu, Kepala BBTMC, Tri Handoko Seto mengungkapkan, bersama dengan Tim Skadron 4 TNI AU Malang, mulai Selasa (30/8) melakukan TMC. Dengan diawali briefing guna melihat potensi awan dan curah hujan beberapa hari lalu di Kalbar.
“Daerah yang lahan gambutnya paling kering dan hujannya paling sedikit akan menjadi prioritas. Jika di wilayah itu ada awan yang potensial maka kita akan lakukan penerbangan untuk memberikan perlakuan kepada awan-awan tersebut agar segera turun hujan,” paparnya.
Sementara itu, untuk anggaran dalam pelaksanaan TMC berasal dari BNPB yakni anggaran darurat kebencanaan. Semua instansi terkait dibayar sesuai yang dibutuhkan sehingga tidak dapat dipastikan seberapa besar anggaran yang diperlukan dan dihabiskan.
“Setiap kali penerbangan diperkirakan menghabiskan garam sebanyak 800 kilogram. Dalam satu hari bisa dua kali penerbangan sesuai dengan kebutuhan,” ulasnya. (sul)