Dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Tetapi pada kenyataannya, tidak semua orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
negara.Suci Nurdini Setiowati, Bengkayang
eQuator.co.id – Anak terlantar adalah anak yang karena sesuatu sebab orangtuanya tidak dapat menjalankan kewajibannya. Sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Seseorang dapat dikatakan sebagai anak apabila masih berusia
di bawah 18 tahun dan belum terikat dengan suatu perkawinan. Karena jika belum berusia 18 tahun, tetapi telah melakukan perkawinan maka ia dapat dikatakan telah dewasa.
Penanganan masalah anak merupakan masalah yang harus dihadapi oleh semua pihak. Bukan hanya orangtua atau keluarga,
tetapi juga setiap orang yang berada dekat anak tersebut harus dapat
membantu pertumbuhannya dengan baik.
Mengenai anak terlantar banyak yang sebenarnya dapat diatasi, seperti
adanya panti-panti yang khusus menangani masalah anak terlantar. Tetapi karena kurangnya tenaga pelaksana dan minimnya dana yang diperoleh untuk mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut, maka kelihatannya panti-panti tidak berfungsi dengan baik. Tetapi sekarang semakin banyak yayasan-yayasan serta lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap anak melakukan berbagai kegiatan hingga memperhatikan pendidikan anak-anak terlantar. Dengan harapan, anak-anak tersebut menjadi orang yang berguna dan lebih baik
ke depannya.
Yayasan Abdi Agape di Jalan Raya Dungkan Desa Dharma Bakti Kecamatan Teriak Kabupaten Bengkayang menjadi salah satu lembaga yang turut memperhatikan ana-anak kurang beruntung di Kalimantan Barat. Cabang dari Yayasan Abdi Agape di Kota Pontianak ini menampung anak-anak yatim, terlantar maupun yang dititipkan orangtuanya lantaran hidup dalam kemiskinan. Yayasan Abdi Agape di Desa Dharma Bakti ini dibina sepasang suami istri, Alexander dan Yuspita. Alexander merupakan seorang pendeta.
Saat ini Yayasan Abdi Agape di Desa Dharma Bakti ini menampung 10 anak dengan usia antara 9-13 tahun. Keseluruhan anak ini masih berstatus sebagai murid Sekolah Dasar (SD). Mereka semua menempuh pendidikan di SD yang tidak jauh dari yayasan tersebut. Jika telah tamat SD, mereka akan dipindahkan ke Yayasan Abdi Agape Kota Pontianak. Di Ibu Kota Provinsi Kalbar itu lah nanti anak-anak ini melanjutkan pendidikannya.
Hanya saja kondisi asrama anak-anak ini cukup memprihatinkan. Bersama pembina yayasan, mereka tinggal di bangunan berukuran 6 x 8 meter. Kondisi bagian atap bangunan asrama milik yayasan tersebut sudah banyak yang bocor. 10 anak ini tidur berlampar dalam satu ruangan dengan hanya beralaskan kasur tipis.
Di antara yang tinggal di yayasan ini yaitu Aliya, 13 dan Selo, 11. Keduanya merupakan kakak adik dari Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas. Mereka dititipkan orangtuanya lantaran berharap keduanya dapat melanjutkan pendidikan.
“Ibu saya kerja di sawah, tani. Kalau bapak kerja jadi Satpam di pabrik batu. Saya anak ke 5 dari 10 bersaudara, jadinya saya di sini dengan adik saya,” kata Aliya Kepada Rakyat Kalbar, Sabtu (2/12).
Meski hidup dengan banyak keterbatasan, mereka tetap bersemangat dan ceria. Banyak kegiatan positif yang dilakukan anak-anak di Yayasan Abdi Agape ini. Mereka memiliki jadwal menari untuk Gereja, belajar pada malam serta doa kerohanian setiap subuh dan Minggu. Jika ada waktu senggang mereka berkebun.
Pada saat Rakyat Kalbar berkunjung, anak-anak ini sedang mengupas kacang tanah. Ternyata, kadang-kadang mereka mendapatkan upah dari orang-orang untuk mengupas kacang tanah. “Saya bersama istri bahu membahu dalam mengasuh anak-anak ini,” ujar Alexander.
Untuk menghidupi anak-anak tersebut, Alexander mendapat bantuan dari yayasan, Dinas Sosial dan beberapa donatur lainnya. Kendati begitu, untuk operasional tidak jarang mereka menggunakan uang pribadi. Terutama di saat kondisi darurat. Misalnya saat ada anak yang sakit dan memerlukan uang untuk ke dokter atau biaya sekolah.
“Kita hanya dikasi seperti beras, telur, atau sepatu tas gitu dari yayasan, atau dinas. Terus untuk kebutuhan kayak anak sakit itu dari kita sendiri ya ada juga jamaah di Gereja yang bantu,” jelas pimpinan Abdi Agape di Desa Dharma Bakti ini.
Lantaran setelah lulus SD dipindahkan ke Kota Pontianak, setiap tahunnya jumlah anak-anak yang ditampung tidak menentu. Seperti tahun lalu, yayasan tersebut menampung mencapai belasan anak. Selain itu, rencananya akan ada seorang anak dari Batam yang akan tinggal di yayasan tersebut. Kedua orangtuanya telah meninggal dunia, sehingga ada keluarganya yang di Bengkayang menyarankan tinggal asrama Yayasan Abdi Agape di Desa Dharma Bakti.
Alexander bersama istrinya Yuspita berharap, asrama mereka tersebut dapat diperbaiki. Supaya anak-anak dapat tumbuh dengan layak dan menjadi orang sukses dikemudian hari. (*)
Editor: Arman Hairiadi