Asiang Ingin Orang Bisa Nikmati Kopinya

Telanjang Dada, Generasi Kedua Sejak 1958

CIRI KHAS. Inilah prosesi ketika Asiang mengolah kopi di Warkopnya, di Jalan Merapi Pontianak. DJUNAINI KS

eQuator.co.id–Kopi sudah mendunia. Minum di warung kopi dulunya sekadar menghangatkan perut mengganjal kantuk, lebih asyik berkumpul sesama teman untuk berbual. Dan kini, warung kopi dengan nama keren café, menjadi tempat bergosip, berbincang bisnis hingga obyek wisata.

Ratusan warkop muncul di Kota Pontianak dan Singkawang sebagai tempat anak muda nongkrong, tumbuh menjadi ribuan se Kalbar. Maka, bila warkop mampu meracik kopi dan menyeduhnya dengan pas, ramailah dia.

Warkop Asiang di Jalan Merapi Pontianak misalnya, adalah nama legendaris yang sudah berdiri sejak 1958. Lihatlah Asiang, dengan sigap mengangkat teko kuningan lalu menuangkan racikan kopinya dengan tarikan panjang. Hasilnya, kopi robusta racikannya ngamborkan (menghamburkan) aroma merangsang selera.

Setelah menyeduh dengan serius dan menuangkan kopi panas ke cawan-cawan di depannya, Asiang pun menarik handuk di pundaknya lantas menyeka keringat di wajah hingga dada yang telanjang tanpa baju.

Orang Pontianak berseloroh, kalok Asiang nyedu kopi pakai baju rasenye sudah tak sedap agik. Ciri khas unik yang jadi trade mark Asiang, mengenakan celana komprang hingga di bawah lutut tanpa sehelai benang pun menutup pusat ke atas, plus tatoo di dada kanannya.