eQuator – Mulai sirnanya asap kiriman yang memapar Kayong Utara, lalu-lintas Selat Karimata mulai menggeliat lagi menuju normal. Inilah selat yang akan menjadi perhatian dunia dengan even Sail Selat Karimata 2016.
“Sail Selat Karimata 2016 acara puncaknya direncanakan di Sukadana dan wisata bahari digelar di Kecamatan Kepulauan Karimata,” tutur Bupati Kayong Utara H Hildi Hamid.
Menipisnya dan segera lenyapnya kabut asap membuat Pemkab KKR kembali bergiat menyiapkan even akbar yang dipastikan bakal mengangkat perekonomian masyarakat di segala bidang. Dan kecamatan yang daratannya terdiri dari pulau-pulau itu menjadi fokus kegiatan. Di sanalah akan dikembangkan wisata pantai termasuk ekowisata bahari dengan alam yang terjaga kelestariannya.
“Ada dua andalan yang akan kita tonjolkan. Di laut dengan wisata bahari dan di darat kita punya Taman Nasional Gunung Palong yang sudah menjadi perhatian dunia,” kata Hildi.
Bupati KKU berbesar hati lantaran pemerintah pusat mendukung Sail Karimata 2016 bukan saja secara moril tapi juga pendanaan. Dengan begitu rakyat setempat dan masyarakat KKU umumnya akan kecipratan rezeki dari Selt Karimata.
“Pemerintah pusat berkenan membantu biaya pembangunan sarana dan prasarana di beberapa lokasi kegiatan Sail Selat Karimata yang tengah kita persiapkan,” tambahnya.
Tak pelak, Sail Selat Karimata 2016 merupakan salah satu cara pemerintah pusat mempercepat pembangunan daerah tertinggal. Khususnya di kawasan terpencil yang ada di kepulauan-kepulauan Nusantara.
Digadang Ombak
Kehidupan di Kepulauan Karimata tidaklah sama sepanjang tahun dengan kawasan daratan. Seperti penghujung hingga awal tahun, selat yang pelayarannya selalu ramai itu dilanda musim ombak dan angin kencang dan hujan.
“Mulainya musim penghujan memang berobah. Kita patut bersyukur kepada Allah melalui karunia hujan yang mulai turun, kabut asap berangsur-angsur hilang,” kata Abdul Syukur, warga Tanjung Satai, Kecamatan Pulau Maya, Ahad kemarin (1/11).
Bila kemarau kawasan selatan Kalbar itu dipapar asap, kalau penghujan direngkuh gelombang dan angin ribut. Kehidupan yang tak selalu menguntungkan oleh geografis ciptaan Tuhan, harus diterima.
“Warga Pulau Karimata dan pulau-pulau sekitarnya tiap musim barat paling parah terjangan gelombangnya. Transportasi barang dan perdagangan dari daratan Kalimantan ke pulau-pulau terganggu. Asap hilang hujan ribut datang, begitu kurang lebihnya,” papar Pak Usu, sapaan akrabnya.
Sekarang inilah warga pulau mulai menyiapkan bahan kebutuhan pokok, minyak, dan lain-lain. Persiapan menghadapi musim badai bagi nelayan adalah mutlak karena tidak melaut.
“Inilah tantangan bersama. Ketika tidak melaut, ada baiknya pemerintah memberikan semacam stimulan ataupun rangsangan ekonomi produktif selain melaut. Musim penghujan menghambat produksi ikan asin, sehingga perlu alternatif pencarian,” tutur Pak Usu.
Tiap Januari kawasan Satai panen ikan gembung dalam jumlah yang sangat besar. Inilah saat antisipasi ketersediaan pasok bahan bakar solar bagi nelayan harus terjamin, tidak tersendat atau harganya jangan melangit.
“Kita harapkan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Kayong Utara (KKU) dapat mengawasi distribusi solar maupun bensin bagi warga kepulauan. Supaya di musim panen ikan para nelayan dapat kerja tanpa gangguan solar untuk mesin motor atau kapal, dan bensin untuk genset saat melaut,” kata Pak Usu.
Diharapkan, dengan momen Sail Selat Karimata 2016 membuat selat dan pulau-pulau dengan nelayan penghuninya itu, terangkat ekonominya.
Laporan: Kmiriluddin
Editor: Mohamad iQbaL