eQuator – Sanggau-RK. Berbagai pola kemitraan dilalukan PTPN XIII untuk membangun kerjasama bisnis yang baik. Caranya juga lebih bersahabat, menerapkan sistem kekeluargaan dengan petani.
Pola usaha/bisnis kekeluargaan inilah yang dilakukan petani plasma dan perusahaan perkebunan sawit PTPN XIII di Kecamatan Kembayan—Sanggau.
Sekretaris Koperasi Usaha Desa (KUD) Sawit Trija, Pangsius yang juga Kepala Dusun di area perkebunan PTPN XIII mengaku sistem bisnis yang diterapkan di plasma
Kembayan, antara anak dengan bapak yang menjadi mitra kerja. Keduanya saling menguntungkan dan tidak saling merugikan. “Kalaupun ada masalah-masalah kecil, kami evaluasi dan saling melengkapi kedua belah pihak,” kata Pangsius.
Dia menjelaskan, sistem kekeluargaan yang sudah dibangun di Kembayan sudah dirasakan petani plasma PTPN XIII di sana. Setiap ada masalah selalu diselesaikam secara musyawarah. “Sejak kami menjadi petani sawit, perekonomian mengalami peningkatan lebih baik,” ucapnya.
Dia menuturkan, petani punya semboyan, PTPN Jaya Petani Sejahtera. Semboyan ini maknanya, kedua belah pihak harus saling mengerti dan mendukung. “Ketika perusahaan mendapat guncangan, sebagai anak juga harus membantu,” tutur Pangsius.
Petani sawit lainnya, Barus mengaku kehadiran PTPN XIII di Kembayan sangat membantu perekonomian masyarakat. Walaupun selama ini berjalan tertati-tatih, mengunakan pola antrian ke pabrik, namun kesejahteraan petani sangat terjamin. Kemajuan ekonomi selama bergabung dengan PTPN XIII melonjak drastic. “Penghasilan kami meningkat tajam,” kata Barus.
Sebagai petani plasma, Barus berharap kondisi PTPN XIII kembali pulih. Karena selama ini perusahaan plat merah itu selalu membantu petani. Selalu ikut mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan ekonomi. Kadang yang membuat petani tidak berhasil, kebanyakan petani yang tidak mau mengurus kebun dan merasa keenakan menjual lahan mereka. “Ketika uang habis, kebun pun habis,” ungkapnya.
Manajer Plasma Kembayan, Hansel Mus Sumadi mengatakan selalu ada kata sepakat antara anak dengan bapak. Artinya, setiap ada masalah, tidak perlu melibatkan orang luar atau LSM. “Masalah selalu kami selesaikan secara bersama-sama,” ucapnya. Hansel menuturkan, jika ada petani yang tidak berhasil, itu lebih dikarenakan mereka tidak mau merawat kebunnya.
Laporan: Achmad Mundzirin
Editor: Hamka Saptono