eQuator.co.id-Pontianak. Permainan layang-layang yang seru ternyata menyimpan bahaya besar bagi jaringan listrik dan keselamatan jiwa. Melalui razia dan edukasi, PLN Kalimantan berjuang menjaga aliran listrik tetap stabil sekaligus menyadarkan masyarakat akan pentingnya bermain layangan dengan bijak.
SENJA di Pontianak Utara pada Kamis (14/11/2024) sore terlihat semarak. Layang-layang berwarna-warni melayang tinggi, ditiup angin lembut yang membawa kegembiraan para pemainnya. Di antara anak-anak yang riang dan orang dewasa yang asyik mengadu kelincahan layangan mereka. Namun ada ancaman yang tak disadari: tali layangan, terutama yang terbuat dari kawat, telah menjadi ancaman besar bagi jaringan kelistrikan di wilayah ini.
Di bawah langit yang dipenuhi layangan, Tim Langit Biru dari PLN Unit Induk Penyaluran Pusat dan Pengatur Beban (UIP3B) Kalimantan tiba dengan misi khusus. eQuator.co.id bersama sejumlah jurnalis lainnya ikut bersama mereka. Kami berjalan menyusuri jalan dan lapangan terbuka, memantau setiap warga yang bermain layangan.
Langkah para petugas tegas namun penuh kesabaran. Tujuannya tak hanya mengamankan jaringan listrik, tetapi juga melindungi warga dari bahaya yang tak kasat mata.
“Main layangan memang menyenangkan, tapi bahaya yang ditimbulkannya tidak main-main. Tali kawat pada layangan bisa merusak kabel listrik, menyebabkan gangguan aliran listrik, bahkan mencelakai masyarakat,” ujar Sujiono, salah satu anggota tim yang bertugas.
Sambil berbincang dengan warga, mereka juga memberikan edukasi tentang dampak bermain layangan di dekat instalasi kelistrikan. Gangguan Nyata Layangan
Fenomena gangguan listrik akibat layangan bukan lagi hal baru bagi PLN UIP3B Kalimantan.
Data mencatat, sejak tahun 2022 hingga 2024, layangan menjadi penyebab dominan gangguan kelistrikan. Tahun lalu saja, gangguan akibat layangan mencapai 85%, jauh melampaui gangguan yang disebabkan oleh petir atau pohon tumbang. Meski tahun ini angka gangguan menurun menjadi 78%, tali kawat layangan tetap menjadi perhatian utama PLN.
“Kalbar memiliki keunikan tersendiri. Selain Bali, hanya di sini layangan menjadi penyebab utama gangguan kelistrikan,” ujar Abdul Salam Nganro, General Manager UIP3B Kalimantan, saat berbicara dalam kegiatan Ekosistem Peduli Listrik (EPL).
Ancaman layang-layang tidak hanya berdampak pada jaringan listrik, tetapi juga pada keselamatan jiwa. Tak jarang di Kalimantan Barat, ada saja berita korban meninggal dunia setelah tersengat listrik saat bermain layangan.
Selain itu sejumlah warga pernah tersayat benang layangan saat melintas di jalanan. Menurutnya, kejadian-kejadian tragis ini mengingatkan masyarakat betapa berbahayanya permainan layangan jika tidak dilakukan dengan bijak dan di lokasi yang aman.
Edukasi ke Sekolah untuk Bangun Kesadaran
Sebelum menggelar razia layang-layang, Tim UIP3B Kalbar juga menggelar aksi di SMP Negeri 28 Pontianak. Pagi itu, kelas SMP Negeri 28 Pontianak dipenuhi energi antusias dari para siswa.
Sebanyak 68 siswa hadir, duduk berbaris rapi dengan penuh perhatian. Di depan mereka, Tim PLN UIP3B Kalimantan tengah mempersiapkan sesi sosialisasi tentang pentingnya keselamatan listrik dan dampak permainan sederhana seperti layang-layang terhadap jaringan kelistrikan.
Dengan suara tegas namun ramah, seorang anggota tim PLN mulai menjelaskan. Para siswa, meski awalnya terlihat ragu-ragu, perlahan terpikat oleh materi yang disampaikan.
Layang-layang, yang selama ini mereka kenal sebagai permainan menyenangkan, ternyata punya dampak buruk bila dimainkan dengan tidak tertib.
Fajar, siswa kelas 9B, mendengarkan dengan seksama. Saat sesi tanya jawab dibuka, ia angkat tangan dan bertanya, “Bagaimana layangan bisa menyebabkan listrik padam?” Jawaban yang ia terima membuatnya terdiam, menyadari bahwa tali layangan, terutama yang berbahan kawat, bisa menyebabkan gangguan serius pada jaringan listrik, bahkan membahayakan nyawa.
“Saya jadi tahu kalau layangan bisa membuat listrik mati dan membahayakan orang. Selama ini, saya tidak pernah berpikir bahwa main layangan bisa berbahaya,” ujar Fajar setelah sesi berakhir.
Noval, teman sekelasnya, juga merasa mendapatkan pelajaran penting. “Dengan sosialisasi ini, kami jadi tahu mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, terutama soal bahaya layangan. Ini penting, apalagi banyak teman saya yang suka main layangan,” tambahnya.
Asri, guru mata pelajaran IPA, tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya melihat antusiasme siswa-siswinya.
“Sebanyak 68 anak hadir dan semuanya sangat antusias. Mereka jadi lebih paham cara aman menggunakan listrik dan bahaya bermain layangan di dekat instalasi kelistrikan. Harapannya, mereka bisa menyebarkan informasi ini ke lingkungan sekitar,” katanya penuh harap.
Kolaborasi untuk Masa Depan yang Lebih Aman PLN UIP3B Kalimantan tidak hanya berhenti pada sosialisasi ini. Mereka terus menggandeng berbagai pihak untuk menjaga keandalan listrik dan keselamatan masyarakat. Program Ekosistem Peduli Listrik (EPL) yang mereka gagas adalah wujud nyata dedikasi ini.
Abdul Salam Nganro, General Manager UIP3B Kalimantan, menegaskan pentingnya kolaborasi.
“Kami ingin semua pihak, dari masyarakat hingga pelajar, ikut berpartisipasi menjaga jaringan listrik tetap aman. Upaya ini tidak hanya tanggung jawab PLN, tapi juga masyarakat,” ujarnya.
Dengan edukasi seperti ini, PLN tidak hanya menjaga jaringan kelistrikan, tetapi juga membangun kesadaran generasi muda. Para siswa yang pulang hari itu dengan pengetahuan barunya diharapkan punya tanggung jawab untuk menjaga lingkungan sekitar mereka. Di bawah langit Pontianak, harapan akan kelistrikan yang lebih aman dan stabil terus dibangun bersama. (Ova)