-ads-
Home Bisnis Angkutan Udara Kembali Sumbang Inflasi Kalbar

Angkutan Udara Kembali Sumbang Inflasi Kalbar

Ilustrasi : Internet

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Inflasi tertinggi bulan April di Kalimantan Barat, masih disumbangkan dari sektor angkutan udara. Prediksi ini bahkan telah mencuat sejak beberapa waktu lalu.

“Ini tercatat dari data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar, inflasi sebesar 0,21 persen terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 146, 87 pada bulan Maret 2019 naik menjadi 147, 18 di bulan April kemarin,” ujar Kepala BPS Kalbar Pitono, Jumat (3/5).

Pitono mengatakan, hal ini terjadi lantaran adanya kenaikan indeks pada empat kelompok pengeluaran. Kelompok kesehatan sebesar 1,64 persen, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan naik 1,22 persen. Sementara kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,19 persen. Untuk kelompok makanan jadi, minuman dan rokok dan tembakau, sebesar 0,14 persen.

-ads-

“Namun ada dua kelompok lain yang alami penurunan indeks, yaitu kelompok bahan makanan yang turun sebesar 0,47 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar turun sebesar 0,11 persen,” jelasnya.

Untuk tingkat inflasi tahun kalender pad bulan April 2019 sebesar 1,10 persen dan tingkat inflasi dari tahun ke tahun (yoy) April 2019 terhadap April 2018 sebesar 3,73 persen.

Terkait inflasi sendiri, Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kalbar mencatat, bahwa angkutan udara menyumbang inflasi di bulan April lalu, dimana inflasi sebesar 0,21 persen (mtm).

“Ini disumbang dari komoditas utama penyumbang inflasi/deflasi bulanan, seperti angkutan udara sumbang 0,22 persen, kemudian obat dengan resep 0,07 persen, bawang putih 0,04 persen, kacang panjang 0,02 persen,” ungkap Kepala KPw BI Kalbar, Prijono.

Untuk di Kota Pontianak sendiri, infasli di bulan April 2019 tercatat 0,21 persen (mtm), sedangkan yoy sebesar 3,73 persen dan ytd di angka 1,10 persen. Untuk Kota Singkawang, mtm sebesar 0,23 persen, yoy 2,80 persen dan ytd 1,30 persen.

“Anomali cuaca , bencana alam di sentra produksi bahan makanan serta fluktuasi harga minyak dunia ini juga berpengaruh resiko terjadinya inflasi,” pungkasnya. (ova)

 

Exit mobile version