eQuator.co.id – Kok seperti tidak aman lagi. Kok seperti tidak tenang lagi. Kok seperti tidak damai lagi.
Dunia ini.
Presiden Trump sedang memaksakan dibentuknya Angkatan Luar Angkasa. Di Amerika. Di luar angkatan darat, laut dan udara. Panglimanya juga harus jendral bintang empat.
Pentagon heboh: diterima atau ditolak. Terjadi pro-kontra. Mayoritas jendral menolak. Mengapa tidak menjadi bagian dari AU saja. Ini hanya akan memperlemah angkatan yang ada.
Tentu Trump tidak peduli. Ia tidak perlu persetujuan kementerian pertahanan. Ia sudah mengajukan usulan itu ke DPR. Tahun depan sudah harus disetujui.
Harus diakui Trump sangat kreatif. Dunia memang punya tantangan baru: di luar bumi.
Di luar angkasa. Diperlukan angkatan di atas angkatan udara. Siapa tahu Trump juga perlu membentuk angkatan perut bumi. Yang tidak terjangkau oleh angkatan darat.
Jangan-jangan stars war benar-benar akan terjadi.
Alasan Trump: siapa yang mengamankan kepentingan Amerika di angkasa luar.
Bumi tidak bisa lagi menghidupi keperluan penghuninya. Terutama keperluan untuk bikin instagram. Juga keperluan untuk membangun sentimen kesukuan model baru: grup WA.
Atau juga keperluan untuk memamerkan celana dalam: di i-Cloud.
Semua perlu satelit. Yang bisa menjadi tali bumi. Bersaing dengan tali bumi lambangnya NU.
Angkasa luar perlu dikapling-kapling. Satelitnya siapa di kapling nomor berapa. Sudah perlu ada real estate satelit di sana. Negara kaya tidak mau dapat kapling RSS. Harus ada penguasa luar angkasa.
Bisa saja saling rebut kapling. Di masa depan. Yang tidak lama lagi. Ketika setiap makan di kantin pun ada pemandangan ini: makanannya difoto dulu. Sebelum disendok. Di upload dulu. Sebelum dilahap.
Sekarang ini sudah ada 4.600 satelit di atas sana. Yang terbanyak milik Amerika: 568 satelit. Tiongkok nomor dua: 177. Rusia sudah turun ke nomor tiga: 133.
Indonesia saja sudah punya 17. Sejak Palapa 1 di zaman Pak Harto dulu.
Maka kalau caviar saja sudah menjadi obyek perang dagang. Mengapa sepenting satelit tidak. Ide Trump itu memang masuk akal –setidaknya akalnya sendiri.
Tentu Amerika punya analisa seperti ini: kalau satelit-satelit AS itu dilumpuhkan bagaimana? Amerika akan ikut lumpuh.
Siapa yang punya kemampuan melumpuhkan satelit itu?
Jelas: Tiongkok. Yang sekarang mengembangkan senjata laser. Untuk melumpuhkan serangan pesawat tempur. Atau untuk menghancurkan sinyal kapal selam.
Maka perang tidak boleh hanya di caviar atau kedelai.
Rusia juga jadi ancaman. Terutama karena kemampuan di masa lalunya.
Padahal mungkin saja satelit itu juga bisa dilumpuhkan oleh seorang anak SMA. Dari sebuah desa di Sumba. Siapa tahu.
Saya pernah kedatangan tamu. Dulu. Yang mengusulkan ini: agar kita meluncurkan satelit sendiri. Jangan satelit kita diluncurkan negara lain.
”Lokasi peluncuran satelit terbaik di dunia ada di negara kita,” katanya.
Ia lantas menunjukkan nama daerah itu. Minta dirahasiakan. ”Biaya peluncurannya lebih murah,” katanya.
Putra Jogja ini mungkin paling ahli satelit. Di negara kita. Ialah yang bisa memindah-mindah satelit. Dari satu kapling ke kapling lain.
Ia tidak perlu datang ke luar angkasa. Ia pindah-pindahkan satelit itu dari ruang kerjanya.
Berkat orang seperti ialah bisnis satelit bekas menjadi hidup.
Banyak yang menjual satelit bekas. Dengan syarat satelitnya dipindah. Kapling itu akan digunakan lagi. Untuk satelit yang lebih baru.
Stars war tiba-tiba akan menjadi kuno. Kita tidak perlu membayar lagi untuk menontonnya. Cukup malam-malam ke pantai. Tiduran di atas pasir. Wajah menatap langit. Lihatlah: ada stars war beneran di sana. Angkatan Luar Angkasa Trump lagi dilaser oleh panda dengan kungfunya. Gemerlapan di langit.
Bangkai-bangkai mengawang di atas orbit. Tanpa perlu kuburan. (dis)