Aneh, Perbatasan Tanpa Rumah Betang

eQuator – Sintang-RK. Sebagian besar warga Kabupaten Sintang yang tinggal di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia terdiri atas etnis Dayak. Anehnya, di kawasan tersebut tidak mempunyai Rumah Betang.

“Sampai sekarang di wilayah kami tidak ada Rumah Betang. Kami ingin sekali ada Rumah Betang,” kata Romi, salah seorang warga Ketungan Tengah, wilayah yang berbatasan langsung dengan Kerajaan Malaysia, saat ditemui di kediamannya, Senin (21/12).

Romi, demikian pula warga lainnya sangat mengharapkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sintang membangun Rumah Betang di Ketungau Tengah. “Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan. Keberadaannya sangat penting bagi kami untuk berkumpul,” jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan warga Ketungau Tengah lainnya, Tina. Sebagai warga asli Dayak, dia sangat berharap Pemkab Sintang mengalokasikan anggaran untuk membangun Rumah Betang di Ketungau Tengah. “Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, pembangunan Rumah Betang ini sangat penting bagi NKRI yang terdiri atas berbagai suku bangsa,” katanya.

Dia menjelaskan, Rumah Betang merupakan rumah adat khas warga Dayak di berbagai penjuru di Kalbar, terutama di Kabupaten Sintang. “Ada nilai yang menonjol dalam kehidupan Rumah Betang, yakni nilai kebersamaan antara penghuninya,” ujar Tina.

Menurut Tina, kehidupan di Rumah Betang merupakan satu simbol bahwa Dayak merupakan suku yang sangat menghargai perbedaan. “Suku Dayak menghargai perbedaan etnik, agama ataupun latar belakang sosial,” ungkapnya.

Tina juga mengingatkan, kalau Rumah Betang merupakan pusat kegiatan bagi warga Dayak. “Mobilitas kehidupan sehari-harinya tidak pernah lepas dari Rumah Betang, misalnya ketika akan bekerja di ladang, bepergian atau lainnya,” katanya.

Laporan: Achmad Munandar

Editor: Mordiadi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.