“Apa yang dilakukan mereka sudah melampaui batas dan melanggar UU hukum positif,” terangnya.
Dibeberkan Syahrani, berdasarkan keterangan langsung Asisten Sekjen MUI kepadanya, bahwa aksi penghadangan dan penolakan Wasekjen MUI di Bandara Sintang dilakukan dengan cara-cara yang tidak baik. “Yakni dengan cara mabuk-mabukan, kemudian menjalankan aksi sambil memegang Sajam. Ini terkesan ada pembiaran yang dilakukan Polres Sintang. Kapolres Sintang juga harus diusut, kemudian sistem intelijen polisi di sana itu seperti apa, apa ini disebut dengan kecolongan?” tanya dia.
Itulah yang akan dibicarakan dengan pimpinan tertinggi Polri di Kalbar. “Kita minta Bapak Kapolda, besok (hari ini,red) memberikan klarifikasi kepada kita secara langsung dan terbuka,” tambahnya. Syahrani memastikan, apa yang terjadi ini prosesnya akan terus dikawal oleh Ormas-Ormas Islam yang ada di Kalbar.
Wakil Panglima Laskar Pembela Islam (LPI) Kalbar, Syarif Kurniawan, menegaskan aksi yang dijelaskan Ustad Syahrani itu benar-benar akan dilakukan. “Hampir seluruh Ormas Islam akan turun ke jalan besok. Diperkirakan ribuan umat,” ungkapnya.
Syarif Kurniawan menilai aksi di Bandara Susilo itu benar-benar melukai hati umat Islam. “MUI itu dilindungi Undang-Undang, kedatangan di sana merupakan undangan dari Bupati Sintang, harusnya diterima bukan ditolak seperti ini,” tegasnya.
Wakil Panglima LPI Kalbar ini juga meminta Kapolda mengusut dan menangkap pelaku dan otak aksi di Bandara Sintang. “Ada 25-30 orang yang melakukan penghadangan dan menolak kedatangan Sekjen MUI, kita minta semuanya ditangkap,” ujarnya.
Syarif Kurniawan pun merasa aneh, wilayah objek vital terbatas (restricted area) seperti Bandara, bisa lolos orang-orang membawa sajam. Sehingga penolakan dengan mabuk-mabukan dan senjata tajam itu terkesan terjadi pembiaran.
“Kemana Kapolres Sintang dan intelijennya?” tanya dia.
Laporan:Achmad Mundzirin
Editor: Mohamad iQbaL