Akhirnya film yang paling dinantikan itu muncul juga. Jumat kemarin (18/12), secara resmi Star Wars: The Force Awakens diputar di hampir seluruh penjuru dunia. Di antara pasar besar film, hanya fans di Tiongkok yang harus menunggu hingga 9 Januari untuk menontonnya.
Akhirnya film yang saya tunggu itu nongol juga. Dan alangkah leganya, film tersebut tidak membuat saya –sebagai fans berat Star Wars– kecewa. Malahan, film yang disutradarai J.J. Abrams itu benar-benar menjadi penutup 2015 yang indah.
Mungkin, tantangan utama The Force Awakens memang mengalahkan ekspektasi tinggi jutaan (miliaran?) penggemar di seluruh dunia.
Trilogi orisinal Star Wars, alias Episode IV–VI yang kali pertama dirilis pada 1977–1983, mampu melahirkan jutaan penggemar fanatik. Walau saya baru lahir pada 1977 (tahun yang sama Episode IV: A New Hope dirilis), akhirnya saya tetap terekspos pada film itu, jatuh cinta, dan terinspirasi untuk berimajinasi.
Pada 1999, ketika trilogi prekuel kali pertama nongol, saya termasuk yang ikut antre berjam-jam di Amerika untuk mendapatkan tiket nonton hari pertama.
Beberapa hari kemudian, ketika film diputar, saya dapat jatah nonton pukul 7 pagi. Waktu itu banyak kompleks bioskop yang memang menayangkan filmnya hampir setiap jam selama 24 jam! Bolos kuliah bukan masalah, yang penting nonton Episode I: The Phantom Menace pada hari pertama pemutaran!
Film itu kemudian saya tonton tiga kali lagi di bioskop.
Mungkin karena terkena euforia, tidak banyak yang menghujat trilogi prekuel, yang terakhir nongol pada 2005. Belakangan, ketika menonton ulang film-film garapan George Lucas (pencipta Star Wars) itu, baru sadar bahwa kualitas prekuel tidaklah sehebat kualitas trilogi orisinal.
Special effect-nya memang hebat, tapi trilogi prekuel dapat nilai minus dalam hal dialog dan alur cerita. Para fans berat dan kritikus film di seluruh dunia kira-kira punya pendapat seperti itu (dan saya setuju).
Ini semakin menunjukkan hebatnya trilogi orisinal. Walau dibuat pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, kualitas efek, cerita, dan lain-lainnya masih sangat keren ditonton di zaman sekarang!
***
Disney, pemilik baru Lucasfilm dan Star Wars, benar-benar mampu menciptakan hype secara global. Promosi dan kampanye The Force Awakens benar-benar dahsyat. Kabarnya, biaya promosinya melebihi anggaran pembuatan filmnya (disebut USD 200 juta).
Mulai countdown di Hongkong, display pesawat di Changi Airport Singapura, dan lain sebagainya.
Begitu gencarnya promosi, saya jadi sempat waswas. Jangan-jangan film ini hebat bikin heboh doang. Tapi, ketika nonton, jadi kecewa. Sutradara J.J. Abrams memang dikenal pintar bikin ’’twist’’, cerita bisa berbelok atau bahkan mengelabui ekspektasi penonton.
Keahlian Abrams itu bisa bikin The Force Awakens luar biasa. Di sisi lain, juga bisa bikin orang kecewa, bahkan marah.
Repotnya lagi, dengan kehebohan seperti ini, berbagai spekulasi, bocoran (benar maupun salah) bakal berseliweran di dunia maya. Apalagi setelah premiere film tersebut, beberapa hari sebelum jadwal tayang global.
Sebelum Jumat kemarin (18/12), saya pun ’’menutup diri’’ dari berbagai informasi The Force Awakens. Saya tidak mau membaca ulasan para pengamat (hanya beberapa yang saya baca, yang tidak mengandung spoiler). Dan saya berusaha tidak mencari informasi apa pun tentang film ini di internet.
Saat di dalam bioskop pun saya memastikan smartphone tidak dipegang.
Biasanya, kalau nonton film, dan mulai bosan, saya suka membuka Wikipedia. Di dalam bioskop, saya membaca plot film itu, mengetahui kelanjutan cerita berikut ending-nya sebelum film berakhir.
Selama menonton The Force Awakens, saya benar-benar fokus ke layar di depan. Syukur alhamdulillah. Puji Tuhan. Filmnya tidak mengecewakan! Bahkan menyenangkan. Saya tidak berani bilang film ini luar biasa, karena bisa saja saya masih terlena oleh euforia, seperti pada 1999 lalu.
Terima kasih J.J. Abrams dan Disney, film ini mampu memenuhi ekspektasi, menyuguhkan Star Wars yang asyik, dengan cerita yang seru. Penggemar lama akan terhibur, dan merasakan banyak hal yang familier. Penggemar baru saya rasa akan terhibur, karena para bintang barunya punya karisma kuat.
Film ini penuh aksi, bikin tegang, mengajak tertawa (banyak!), membuat terkejut, dan mungkin menangis. Ya, J.J. Abrams kembali membuat kejutan-kejutan. Ada yang secara blak-blakan disampaikan di tengah film. Tentang identitas asli karakter baru berkaitan dengan hubungan keluarganya dengan karakter lama.
Soal kejutan itu, sudah banyak yang menebak-nebak, tapi yang mereka tebak mungkin bukan karakter yang akhirnya disebutkan. Lalu, ada adegan tragis yang bakal membuat penonton terhenyak, walau mungkin sudah memperkirakannya kalau membandingkan film ini dengan trilogi orisinal.
Dan yang paling hebat, salah satu karakter utama tetap bikin penasaran sampai film selesai. Dia nongol hampir dari awal sampai adegan terakhir, tapi sampai bioskop tutup penggemar tetap menebak siapa dia sebenarnya. Anak siapakah dia, seperti apa asal usulnya, dan mengapa dia bisa seperti itu.
Jawabannya mungkin baru akan kita dapatkan ketika Episode VIII diputar pada 2017 nanti!
Bagi yang bertanya, apakah para bintang action Indonesia benar-benar ada di film ini? Jawabannya ada! Dan perannya tidak sekadar sekelebat saja.
Dan bagi yang bertanya, apakah Luke Skywalker ada di film ini? Jawabannya ada! Bahkan, namanya nongol sejak menit pertama film, ketika teks cerita khas Star Wars muncul sebagai pembuka film. Teks itulah yang menjelaskan cerita dimulai kapan dan mengapa. Jadi, pastikan menonton sejak DETIK PERTAMA!
Bagi yang belum pernah menonton trilogi orisinal, atau sudah lupa dengan ceritanya, sebenarnya juga tidak perlu terlalu pusing. Film ini bisa membangkitkan memori lama itu.
Tapi, kalau tidak ingin bingung, ada baiknya menonton trilogi orisinal sebelum menonton film ini. Karena ceritanya memang melanjutkan trilogi orisinal itu, walau 30 tahun kemudian.
Atau, segeralah menonton lagi trilogi orisinal setelah menonton The Force Awakens. Supaya kebingungan tentang identitas dan asal usul tokoh bisa terjawab, atau semakin memahami mengapa dulunya begitu, sekarang jadi begini. Karena Star Wars ini sebenarnya memang cerita keluarga, dari cerita masa kecil sang kakek hingga ke cucu.
Semoga tulisan ini mampu memberikan penjelasan tentang kesan, tanpa membocorkan terlalu banyak informasi tentang The Force Awakens.
Dalam beberapa waktu ke depan, film ini akan terus mendapat sorotan. Apakah ini akan menjadi film terlaris dalam sejarah? Mungkin iya, mungkin hampir.
Berapa pun pengeluaran Disney untuk pembuatan dan marketing film ini, pendapatan dan keuntungannya bakal berlipat. Tapi, bagi para penggemar berat, film ini saya rasa sudah meraih satu kesuksesan: Memenuhi (atau bahkan melampaui) ekspektasi yang begitu tinggi.
Sialannya, sekarang saya –dan penggemar lain– jadi tak sabar segera menonton Episode VIII pada 2017! (*)