eQuator.co.id – LONDON –RK. Muncul lagi bocoran laporan mantan Duta Besar Inggris untuk AS Kim Darroch terkait dengan Presiden AS Donald Trump. Kemarin (14/7) Daily Mail kembali merilis laporan sang diplomat kepada pemerintah Inggris. Surat telegram itu mengungkap detik-detik terakhir keputusan AS untuk mundur dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) alias kesepakatan nuklir Iran.
Pada 7 Mei 2018, Boris Johnson tiba di Washington, AS, sebagai kepala diplomat Inggris. Dia diutus ke Negeri Paman Sam untuk merayu pejabat AS agar rencana mundur dari JCPOA bisa dibatalkan. Selama 26 jam, politikus yang kini mengincar kursi perdana menteri itu bertemu dengan petinggi Gedung Putih. Di antaranya, Menlu AS Mike Pompeo, Penasihat Keamanan John Bolton, dan Wakil Presiden Mike Pence.
Upayanya gagal. Sehari setelah kunjungan itu, Trump resmi mengumumkan bahwa AS tak lagi menghormati kesepakatan yang ditandatangani 2015 lalu. Kim Darroch, duta besar Inggris untuk AS saat itu, mengungkapkan kekecewaan dalam surat telegram resminya.
’’Saya bersyukur Anda meluangkan waktu untuk program ini. Anda berhasil menemui banyak orang, tapi pemerintahan (AS) sepertinya sudah bertekad melakukan vandalisme diplomatis,’’ ujar Darroch dalam laporan tertulisnya.
Dari laporan tersebut, mencuat kabar bahwa Trump tampaknya kukuh ingin mencoret tanda tangan AS dari kesepakatan nuklir Iran. Saat Johnson meminta agar AS berpikir kembali, Pompeo mengucapkan bahwa itu sudah keputusan presiden.
’’Tak ada (pejabat) yang bisa menjawab alasan sebenarnya presiden ingin mundur dari kesepakatan. Nyatanya, itu karena alasan pribadi. Karena (mantan presiden AS) Obama,’’ ungkap Darroch.
Kesimpulan Darroch itu datang karena permintaan AS yang terlalu muluk. Padahal, kesepakatan yang diperoleh empat tahun lalu sudah mengurangi 95 persen pasokan uranium. Namun, Trump bersikeras ingin meniadakan seluruh bahan baku nuklir di Iran.
Trump tak mau berkompromi. Pejabat yang ditanyai Johnson pun tak bisa menyebutkan apa rencana B jika permintaan itu tak dipenuhi Iran. Karena itu, Sir Kim mengaku sudah menyerah untuk berdiplomasi dengan Trump soal Iran.
’’Kami sudah menduga hal ini terjadi saat John Bolton masuk ke lingkaran Gedung Putih. Kami sudah berusaha sekuat tenaga,’’ imbuh Darroch.
Sebelumnya, media Inggris merilis soal telegram Darroch tentang Trump pekan lalu. Dalam laporan itu, Darroch mengeluarkan pendapat bahwa Trump tak becus dalam mengelola pemerintahan. Hal itu membuat suami Melania tersebut marah besar.
Ujung-ujungnya, Sir Kim terpaksa mengundurkan diri. Sebab, dia sudah diasingkan dari seluruh agenda pemerintah AS.
Polisi London menegaskan sudah bergerak untuk melacak pembocor dokumen rahasia tersebut. Menurut Sunday Times, mereka sudah menemukan beberapa tersangka dari lingkaran dalam pemerintah. Karena itu, kemungkinan pelaku merupakan peretas asing sudah dihapus.
’’Bagi Anda yang mengetahui tentang insiden, segeralah melapor ke kami,’’ ujar Wakil Komisioner Kepolisian London Neil Basu menurut AFP.
Basu juga mengungkapkan bahwa media yang menerbitkan dokumen rahasia bisa saja diproses hukum. Namun, pernyataan tersebut langsung ditentang pejabat. Menurut mereka, media punya kebebasan untuk memberitakan kabar yang berkaitan dengan kepentingan publik.
’’Kejadian ini memang membuat seseorang kehilangan pekerjaan. Tapi, kebebasan pers harus dipertahankan,’’ ungkap Menlu Inggris Jeremy Hunt. (Jawa Pos/JPG)