eQuator.co.id – Pontianak-RK. Szilveszter Kanalas yang jauh-jauh datang dari Hungaria ke Pontianak mencium kanvas dua kali tadi malam (2/4) di GOR Pangsuma Pontianak. Satu uppercut kiri dari Sang Juara Dunia Kelas Terbang IBF Youth yang baru, Iwan Zoda, telah memberi tahu Kanalas arti kekalahan.
Laga pamungkas Air Force Championship 2016 itu ha-
nya berlangsung tiga ronde. Iwan di sudut merah, Kanalas di sudut biru. Di ronde pertama, mereka terlihat cukup bernafsu.
Kanalas terus memancing dengan jab kanan dan kirinya. Sementara Iwan memainkan jab kirinya dan terlihat lebih unggul. Jelang bel berbunyi tanda ronde berakhir, Iwan sempat melesakkan satu pukulan straight kirinya ke wajah Kanalas.
Memasuki ronde dua, Kanalas berganti taktik, mencari celah. Serangannya difokuskan ke dada dan wilayah perut Iwan. Iwan sempat tersandar ring. Namun, jab kiri dan kanan Iwan lebih sering masuk ke wajah Kanalas. Dan keadaan berbalik, giliran Kanalas tersandar ke sudut ring.
Sebelum bel berbunyi, kaki Iwan terlihat seperti menari, seolah sedang menunggu timing ronde berakhir. Dan benar, setelah kakinya berhenti menari, lagi-lagi sebuah straight kanan masuk ke wajah Kanalas sesaat sebelum bel berbunyi.
Memasuki ronde tiga, kemenangan Iwan sudah terlihat jelas. Serangan bertubi-tubi membuat Kanalas tersudut di sudut ring biru. Dan, jatuh lah Kanalas untuk pertama kalinya.
Baru saja bangun dan dipersilakan wasit untuk kembali bertarung, tinju Iwan kembali mendarat bertubi-tubi. Kanalas yang mencoba bertahan dan sesekali membalas tak kuasa menerima serangan. Hanya berselang sekian detik, uppercut kiri Iwan mendarat lagi ke perut Kanalas. Dan dia jatuh lagi. Di sinilah akhirnya Kanalas menyerah sebelum bel ronde ketiga dibunyikan.
Tak ayal, ratusan penonton di GOR Pangsuma berteriak histeris. Sambil memegang sabuk juara dunia IBF Youth, kampiun baru tinju dunia kelas terbang dari Kalimantan Barat itu pun sumringah.
“Dari awal saya sudah bertekad, kalau saya tidak jatuh, dia yang jatuh,” tuturnya kepada awak media.
Iwan mengaku baru membaca strategi lawan saat memasuki ronde kedua. “Pada ronde awal saya hanya ingin mengetahui apa pukulanya yang kuat, oh ternyata hanya pukulan straightnya yang kuat yang saya rasakan di muka saya,” paparnya.
Imbuh Iwan, “Kalau saya main jarak, tidak bisa. Makanya saya main rapat. Saya kemudian tekan-tekan di ronde tiga, memberi uppercut ke rusuknya”.
Iwan sangat bangga dengan kehadiran Kepala BIN Sutiyoso yang bersedia menyaksikannya bertanding. “Saya sangat terima kasih Bapak Sutiyoso sudah hadir, itulah bagi saya dukungan paling besar. Luar biasa Pak Sutiyoso bisa datang untuk saya,” ucapnya.
Kedepan, ia bertekad mengawinkan gelar IBF dengan WBC. “Kemenangan ini saya persembahkan untuk seluruh masyarakat Indonesia, untuk negara kita,” tutup Iwan.
Kanalas, melalui penerjemahnya mengatakan bermasalah dengan panas Khatulistiwa. Utamanya di dakal GOR Pangsuma. “Saya kepanasan di Indonesia, saya tidak biasa,” kata dia.
Ia mengaku mengalami dehidrasi di ronde 2 dan 3. “Banyak terima tekanan, di ronde pertama saya yang masukkan pukulan keras. Tapi setelah ronde kedua, saya sudah capek sekali, tidak tahan,” paparnya. Kanalas sempat memuji Iwan setengah hati. “Pertandingan ini sangat bagus. Iwan Zoda sangat bagus. Tapi kalau pertandingan ini di Hungaria mungkin bisa berbeda hasilnya,” ujar dia.
Kekalahan ini tak membuatnya jera. Dia berencana revans, menantang balik Iwan. “Mau rematch lagi dengan Iwan Zoda, tapi kondisi saya harus maksimal, persiapan harus sempurna,” pungkas Kanalas.
Laporan: Fikri Akbar
Editor: Mohamad iQbaL