Tak diragukan lagi, Sintang memiliki potensi ekowisata (wisata alam) yang begitu kaya. Selain Bukit Kelam dan Rumah Betang Ensaid Panjang yang menjadi ikon, di ujung tapal batas Sintang-Serawak terdapat potensi wisata terpendam: Air Terjun Belubu.
Achmad Munandar, Belubu
eQuator.co.id – Sesuai namanya, letak air terjun itu di Dusun Belubu, Desa Nanga Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu. Ketinggiannya sekitar 35-40 meter.
Untuk menuju ke sana, dari perkampungan, harus berjalan kaki lebih kurang dua kilometer. Naik bukit. Perjalanan ke air terjun menyenangkan. Sebab, ada suguhan pemandangan yang masih asri.
Kamis (25/5), ketika sinar sang surya tepat di atas kepala, Rakyat Kalbar bersama Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Sintang dipandu warga Dusun Belubu ke titik air terjun tersebut.
Yah, namanya biasa tinggal di kota, perjalanan naik bukit yang memakan waktu kurang lebih 1,5 jam lumayan melelahkan untuk kami bertiga. Ngos-ngosan juga, tapi tak cukup mematahkan semangat meski sedikit keluhan pasti terluncur dari bibir.
“Ini sih bukan dua kilometer, tapi empat kilometer. Dua kilometer hitungan masyarakat setempat, tapi kita yang tidak pernah berjalan mendaki seperti ini bisa terasa empat kilometer,” ucap Kepala Bappeda Sintang, Kartiyus, berpeluh-peluh. Ia meminta rombongan beristirahat sejenak.
Saya pun tertawa kecil. Kelelahan juga. Maklum, bodi saya lumayan banyak lemaknya. Mau balik kanan sudah kepalang tanggung.
Perjalanan dilanjutkan. Ketika sampai ke titik jalan yang menurun, berulang kali kami terpeleset. Struktur tanahnya licin dan bayang kayu sebagai pijakan pun berlumut.
Tepat pukul 13.30, sampai lah di Air Terjun Belubu itu. Tak mampu langsung menikmati pesona air terjun, kami memilih beristirahat sejenak untuk mengambil nafas.
“Airnya bersih, putih, jernih, sayang tidak dikelola dan dikenal secara luas,” celetuk Kepala BPMPTSP Sintang, Yosep Sudianto.
Keringat yang mengucur perlahan mengering, nyeburlah rombongan satu persatu. Selama mandi, Kartiyus dan Yosep tak mau melewatkan kesempatan untuk selfie dan wefie di sana dengan telepon pintar masing-masing. “Sayang kalau tidak diabadikan, ini potensi wisata kita,” tutur Yosep.
Sejam menikmati kesegaran air alami itu, kami pun kembali ke perkampungan menempuh jalan yang sama ketika menuju ke air terjun Belubu. Anggota rombongan Bupati Jarot Winarno yang lainnya sudah terlebih dahulu beristirahat di rumah warga di Dusun Belubu.
Perjalanan pulang menuruni bukit tidak seberat seperti saat pergi. Rasanya cuma setengah jam sudah sampai di bibir bukit Belubu itu.
Sepanjang perjalanan, pemandu kami yang warga Dusun Belubu, Ajustus, kerap tertawa kecil melihat perjuangan kami ketika menuju ke air tejun Belubu. “Kalau saya rasa hanya setengah jam saja kok kita sampai di lokasi tadi,” tuturnya sambil tersenyum-senyum.
Kata dia, air terjun Belubu keberadaannya tidak begitu dikenal publik. Selama ini, hanya anak-anak Desa Senaning Kecamatan Ketungau Hulu yang sering ke sana.
“Mungkin masyarakat yang tinggal di kota Sintang saja tidak tahu kalau kita di perbatasan ini ada air terjun yang bagus. Dan menyuguhkan pemandangan yang tak kalah indahnya dari tempat – tempat wisata lain,” ujar Ajustus.
Kepala Bappeda Kartiyus mengakui air terjun Belubu merupakan potensi wisata terpendam. “Jika dikelola dengan baik, air terjun Belubu ini bisa menghasilkan PAD bagi Pemerintah Daerah Sintang,” ujarnya.
Meski begitu, ia berpendapat, untuk menjadikan air terjun Belubu sebagai destinasi ekowisata masih sulit. Pasalnya, perjalanan ke Dusun Belubu , Desa Nanga Bayan, ini tidak mudah. Memakan waktu kurang lebih 12 jam dari kota Sintang untuk ke Dusun Belubu.
“Kita sudah lihat sama sama, perjalanan jauh. Ditambah kondisi infrastruktur kita dalam keadaan rusak berat. Tapi, potensi wisata terpendam ini memang sudah seharusnya tergali dan dikenalkan kepada masyarakat kita secara luas,” tukas Kartiyus. (*/bersambung)