Nasib Irmawati Binti Sukardi (29) alias Irma Bule adalah wajah rakyat kebanyakan. Ingin menaikkan derajat kehidupan, namun hanya tersedia sedikit pilihan. Kadang muncul jalan, namun itu disertai risiko yang mematikan.
eQuator.co.id – Karya, 60, warga Kampung Selang, Desa Ciwaringin, Kecamatan Lemahabang Wadas, Kabupaten Karawang, jawa barat, ingat betul kemeriahan pesta di kampungnya Minggu malam (3/4) sekitar pukul 22.30 WIB.
Warga berduyun-duyun menyaksikan penampilan grup dangdut X-Jay. Dan, malam itu semakin “panas” saat kembang panggung Irma bule, muncul dan menyapa penonton. Lagu pertama Irma berjalan lancar, tapi saat menyanyikan lagu kedua, ular yang ikut manggung terinjak ekornya lalu tiba-tiba menyerang Irma.
“Korban sempat dibawa terlebih dahulu ke RS Intan Barokah Kosambi,” ujar Karya. Tapi nyawanya tidak tertolong sehingga Irmawati meninggal dunia, sekitar pukul 01.00 Wib.
Radar Karawang (Jawa Pos Group) melaporkan, bukti ular mematuk paha kanan korban, bisa dilihat dari bekas patukan ular yang membiru. Sedangkan berdasarkan informasi yang didapat dari teman-teman satu panggungnya, setelah dipatuk Irma tidak langsung jatuh di tempat, melainkan sempat berbincang dulu dengan teman-temannya.
“Mungkin karena biasa yah kepatuk ular. Jadi setelah dipatuk tidak langsung dibawa ke rumah sakit,” ungkap Karya yang mengaku punya hubungan famili dengan keluarga almarhumah.
Dia menambahkan, kematian Irma secara mendadak membuat suami dan tiga orang anaknya syok. Bahkan kerabat dan sanak saudara langsung berdatangan ke rumah duka saat ada kabar kematian sang penyanyi dan penari ular tersebut.
“Kami tidak menyangka kejadiannya bisa seperti itu,” ucap Karya.
Di kampung halamannya, Dusun Pawarengan RT 02/11, Desa Dawuan Timur, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Irma dikenal sebagai sosok penyanyi dangdut yang kerap bergoyang bersama ular saat pentas diatas panggung.
Selain itu, Dia juga merupakan sosok ibu rumah tangga yang rajin baik dan pandai bergaul, oleh karenanya saat Irma dikabarkan meninggal dunia akibat dipatok ular kobra yang dibawa pentas seluruh kampung geger. Demikian juga Belantika musik dangdut lokal Karawang.
“Dia sosok yang baik, layaknya ibu rumah tangga pada umumnya. Dia juga pandai bergaul. Selain kesibukan rumah tangga, sebagai artis dangdut dia disibukkan pentas dari panggung ke pangggung,” jelas rekan Irma Bule, Jayadi.
Jayadi yang juga sebagai ketua persatuan artis musik melayu dangdut indonesia (PAMMI), mengungkapkan, hanya sekitar 3 tahun terakhir Irma sering manggung dengan menggunakan ular. Sebenarnya, sebagai rekan dia mengaku sering mengingatkan agar Irma tidak selalu menggunakan ular saat pentas.
“Tapi sayang karena merasakan kepuasan dan ingin memiliki ciri khas dia tetap menggunakan ular saat manggung,” ujar Jayadi.
Pimpinan Grup Dangdut GP Entertainment, yang juga pernah menggunakan jasa Irma untuk menghibur warga, Ganda Putra (59), sebenarnya untuk artis itu tergantung permintaan klien. Kalau ada yang minta artisnya untuk menggunakan ular, maka dia menggunakan jasa artis yang biasa manggung dengan ular, tapi kalau tidak maka artisnya yang biasa saja.
“Memang dari segi tarif ada perbedaan. Kalau untuk tarif relatif yah. Tapi biasanya kalau cuman nyanyi sekali manggung itu sekitar Rp300.000, kalau yang pakai ular sekitar Rp500.000 sampai Rp600.000, tambahan duit dari sawer (uang dari penonton) juga makin banyak,” rincinya.
Ganda menambahkan, untuk pengamanannya sendiri, saat manggung dengan menggunakan ular, dia lebih memilih ular piton, karena tidak berbisa. Sedangkan kalau menggunakan ular kobra biasanya mulut ular ditutup pakai lakban.
“Namanya ular, tetap punya insting hewan meskipun ada pawangnya. Makanya kalau saya lebih baik tingkat keamanannya diperketat,” tambahnya.
Sampai berita ini diterbitkan, pihak kepolisian masih menembangkan kasus meninggalnya Irma Bule, beberapa saksi termasuk pawang ular juga sudah dimintai keterangan. (JAWA POS/JPG)