A-Z Raih Beasiswa ke Luar Negeri

eQuator – Penulis buku “Seribu Asa dari Negeri Sakura”, Junaidi Wien Tarmuloe, yang karib disapa Mister Jun berkesempatan hadir di Kota Pontianak mengisi Workshop Beasiswa 5 Benua di Universitas Tanjungpura Pontianak, hari ini (15/11).

Peraih banyak beasiswa kelas dunia itu tak sungkan berbagi pengalaman dari A-Z untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Mungkin, dia merupakan sepuluh dari sejuta orang yang berhasil mengatasi sejumlah tantangan.

Menurut Jun, semua mahasiswa, bahkan mahasiswa ber-IPK kerdil sekalipun bisa mendapat beasiswa ke luar negeri. Mengingat kemampuan finansial masyarakat di Indonesia masih tergolong lemah, beasiswa sangat penting artinya. Bahkan bagi golongan menengah, biaya pendidikan Rp80 juta per semester sebenarnya cukup berat.

“Itu belum ditambah dengan biaya hidup, tempat tinggal, makan, buku, jurnal, dan biaya yang tidak terduga. Apalagi seperti Jepang yang mewajibkan setiap warga negara membayar asuransi kesehatan per bulan,” tuturnya.

Mendapatkan beasiswa memang bukan perkara mudah, tapi bukan pula mustahil. “Ada yang terkadang begitu mudahnya mendapat beasiswa, ada yang terkadang karena link selama kuliah di Indonesia yang dia bangun dengan baik menjadikan mahasiswa itu mudah mencari beasiswa atau karena pengalaman yang gagal berkali-kali. Jadi sulit atau tidak, itu tergantung,” jelas Jun.

Bagi dirinya, meraih beasiswa memang sulit di awal. Dia selalu kalah pada tahapan wawancara, bahkan lebih sering gagal di aplikasi pertama. Karena dia mengaku minim ilmu tentang ini.

“Istilahnya coba-coba atau ikut-ikutan. Daftar orang, daftar kita, He he he,” kelakarnya.

Kendati kerap menemui kegagalan, Mister Jun tetap keukeh mencari jalur mendapatkan beasiswa untuk belajar ke luar negeri. Semenjak duduk di bangku kuliah semester 2, dia sudah gencar mencari informasi beasiswa, dengan cara mengikuti seminar-seminar beasiswa yang harganya saat itu mencapai Rp500.000.

Atau, ikut pelatihan pengembangan diri yang tidak murah. Tapi semua pengorbanan baik biaya, tenaga dan waktu itu akhirnya terbayar dengan tunai.

“Awalnya ditolak lebih dari 10 beasiwa, dan akhirnya saya menolak bebera beasiswa besar dunia demi memilih beasiswa impian,” ungkap Jun.

Lebih lanjut, dia bercerita soal beasiswa yang dia impikan itu. Saat dia mendaftar beasiswa di Jerman dan dinyatakan diterima bersama empat orang mahasiswa dari Indonesia. Pada saat hampir bersamaan, Jun juga diterima dalam dua program beasiswa lainnya. Yakni di kampus John Hopkins University di Amerika, dan juga ke Jepang.

“Bingung dong. Tapi harus memilih. Akhirnya saya memilih yang Jepang, karena memang belajar di Jepang dengan profesor yang saya incar sejak kuliah adalah impian. Itu yang saya maksud dulunya dibuang sekarang disayang. Ya Alhamdulillah,” terangnya.

“Beasiswa Jepang mengcover banyak hal, kadang jalan-jalan juga masih diberi uang saku oleh profesor. Atau kalau jam belajar kita lebih di laboratorium, maka Sensei (guru) akan bagi beberapa persen gajinya untuk kita,” beber dia.

Memenangkan beasiswa ternyata perlu strategi. “Jadi saya akan ajarkan semuanya bagaimana mendapatkan beasiswa walau IPK rendah. Dan kalaupun saat ini tidak butuh beasiswa, siapa tau lain waktu ada saudara, ponakan, atau bahkan anak sendiri yang akan mencoba kuliah dimanapun, termasuk di Indonesia dengan sistem beasiswa,” tukas Jun.

Laporan: Fikri Akbar

1 Komentar

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.