Berharap Muncul Figur Muda yang Energik
eQuator – Sanggau-RK. Posisi kepala dinas bakal banyak yang kosong, menyusul pensiunnya beberapa pejabat eselon II di jajaran Pemkab Sanggau pada tahun depan. Setidaknya, ada lima kepala dinas (Kadis) yang masa kerjanya sebagai aparatur sipil negara (ASN) berakhir. Alhasil, open selection (seleksi/lelang jabatan terbuka), untuk mengisi posisi yang ditinggalkan tersebut, harus segera dihelat.
“Karena Undang-Undang ASN (Aparatur Sipil Negara) mengharuskannya. Kemungkinan pada pertengahan 2016. Ada panitianya, terdiri dari BKD (Badan Kepegawaian Daerah), Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) bekerja sama dengan perguruan tinggi,” ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Sanggau, A.L. Leysandri, kepada sejumlah wartawan, di kantornya, Senin (7/12).
Lima kepala dinas yang bakal pensiun antara lain Yus Suhadri (Kadisperindagkop), Yohanes Kiteng (Kadispenda), Aloysius (Kadisdukcapil), Marsellus Sudrianus (Kadis ESDM), dan Sumadi Haryoko (Kadishutbun). Jumlah itu masih ditambah dengan Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pemadam Kebakaran (BLHKPK) yang saat ini masih dijabat Plt., paskameninggalnya Drs. Markus. Ada kemungkinan Marinus selaku Plt. akan dijadikan pejabat definitif ke depannya.
Setakat ini, BKD terus berkonsultasi ke Badan Kepegawaian Nasional (BKN) untuk membuat format tepat mengingat belum ada petunjuk teknisnya. “Diharapkan setiap daerah menggunakan sistem ini, terbuka ke siapa-siapa yang menginginkan jabatan itu, yang penting syarat kepangkatannya cukup. Kalau dulu kan kewenangannya ada di pemerintah daerah,” terang Leysandri.
Melalui mekanisme open selection, lanjut dia, persaingan menjadi lebih terbuka dan fair (adil). Dengan begitu, diharapkan pimpinan SKPD yang dipilih benar-benar orang terbaik. Masing-masing kandidat akan dinilai oleh tim. Soal item yang dinilai, masih dirumuskan. “Umumnya visi-misi,” imbuhnya.
Tak hanya dari kalangan ‘pendatang baru’, bisa jadi Kadis yang ada ikut berkompetisi untuk menduduki posisi yang diinginkannya. Jika berhasil, jabatan Kadis yang ditinggalkan itu akan dilelang kembali. “Inilah enaknya open selection,” tutur Leysandri.
Mengingat cukup sulit untuk menemukan kepala SKPD yang ideal, dalam artian spesialis di bidangnya, maka pertimbangan kemampuan manajerial lebih dikedepankan. Artinya, Kadis tak harus spesialis di bidangnya. “Terpenting bisa memanage. Memang lebih bagus yang spesialis, tapi kita punya solusi jika tidak, yaitu perkuat yang di bawahnya, Kabid atau Kasi. Itu harus spesialis, kita sudah coba beberapa kali, ternyata bisa,” ungkapnya.
Disinggung soal figur muda agar gerak SKPD lebih energik, Leysandri mengaku mengapresiasi. Terpenting memenuhi persyaratan pangkat. “Kita punya banyak figur-figur muda yang sekarang menjabat Sekretaris Dinas,” beber dia.
Tak hanya open selection, untuk mempercepat roda pembangunan, bupati selaku kepala daerah akan melakukan evaluasi terhadap para Kadis. “Termasuk nanti penandatanganan ‘kontrak kerja’ di depan bupati. Kalau dulu tidak, Beliau hanya terima bersih, sekarang harus di depan bupati. Kalau tak tercapai harus siap digeser, dan ini sudah disampaikan, terakhir dua pekan lalu,” pungkasnya.
FIGUR MUDA
Anggota Komisi A DPRD Sanggau, Konggo Tjintalong Tjondro, berharap Pemkab tak salah menempatkan Kepala SKPD. Selain kepangkatan, pengalaman, keahlian, serta masa kerja, juga harus menjadi mempertimbangkan umur.
Ia berharap ada figur-figur muda yang muncul. Pasalnya, 2016 diprediksi sebagai tahun yang lebih sibuk. Ritme kerja lebih cepat guna mewujudkan rencana pembangunan yang pada 2015 sempat tersendat.
“Kalau untuk eselon II, seperti asisten, itu bolehlah yang sudah tua. Untuk memberikan pertimbangan, baik diminta atau tidak. Tapi untuk SKPD yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti: PU, Kesehatan, Pendidikan, Pertanian dan lain-lainnya, itu perlu orang muda yang energik,” usulnya.
Tjondro juga menyambut baik mutasi atau promosi guna penyegaran di lingkungan SKPD. Hal itu dinilai dapat menambah semangat personel SKPD itu sendiri. “Misalnya ada yang sudah bekerja di satu instansi sudah sampai 10 tahun, kan habis karirnya di situ. Bagaimana mau berinovasi? Dengan mutasi dan promosi itu, mereka juga tidak jenuh,” tutupnya.
Laporan: Kiram Akbar