Alamak…50 Persen Pelajar Sintang Tak Perawan

ilustrasi. net

eQuator – Sintang-RK. Tingkat pergaulan bebas remaja di Ibukota Kabupaten Sintang semakin parah. Buktinya, hampir 50 persen siswi dari berbagai sekolah, sudah tidak perawan lagi.
“Data ini memang mengejutkan. Tetapi ini adalah realita yang saat ini terjadi di Kota Sintang,” kata Marcel, Penjangkau HIV/AIDS, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sintang saat Dialog Publik di Teras Kota, Jumat (4/12) malam.
Marcel mengungkapkan, data ini merupakan hasil survei yang dilakukan Penjangkau HIV/AIDS, KPA Sintang menggunakan metode pendekatan dan wawancara dengan sejumlah siswi SMP dan SMA di Sintang.
Dia mengaku akan berupaya agar angka tersebut tidak terus bertambah. Di antaranya melalui penyuluhan serta masukan-masukan positif dalam bergaul. Lantaran pergaulan bebas rentan menyebarkan HIV/AIDS.
Mendengar data yang mencengangkan itu, Perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Sintang, Hery Bertus mengaku tidak terlalu kaget. Mengingat saat malam hari, banyak siswi ditemukan berkumpul di kafe-kafe dan lainnya.
“Ini bukan semata-mata tanggungjawab dari Dinas Pendidikan. Namun juga tanggungjawab orangtua dan masyarakat. Sebab, di sekolah, anak-anak hanya enam jam sehari. Sisanya, di lingkungan keluarga dan masyarakat,” jelas Hery.

Banyaknya siswi di Sintang yang tidak perawan ini, nampaknya berbanding lurus dengan jumlah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang kebanyakan perempuan dan usia produktif, 13 hingga 40 tahun.
Lantaran data yang diungkapkan KPA Sintang itu, Kabag Ops Polres Sintang, Damianus pun meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sintang lebih tegas menerapkan Peraturan Bupati (Perbup) tentang Jam Malam Bagi Pelajar.
“Saat giat razia yang kita lakukan, seringkali menemukan para siswi yang nongkrong di kafe-kafe saat jam pelajaran maupun malam hari,” kata Damianus.
Kebanyakn dari mereka, ungkap Damianus, merupakan siswi yang indekos. “Mereka ini ngekos, makanya tidak terkontrol oleh orangtua mereka,” katanya.
Di tempat sama, Penanggung Jawab Voulentry Consuling and Tasting (VCT) RSUD Ade M Djoen Sintang, dr Eko mengungkapkan, memang lebih banyak perempuan yang ikut VCT. Sehingga tidak bisa diklaim bahwa ODHA paling banyak perempuan. “Bisa saja justru kaum lelaki terbanyak. Karena mereka tidak memeriksakan diri makanya tidak terdeteksi,” katanya.

Laporan: Achmad Munandar
Editor: Mordiadi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.