eQuator – Pontianak-RK. Raja Sapta Oktohari sukses memotivasi 250 mahasiswa-mahasiswi dari beberapa universitas yang mengikuti kuliah umum bertajuk ‘Peluang dan Tantangan Entrepreneur Menghadapi MEA’. Kuliah umum itu dilaksanakan di Unit Pusat Terpadu (UPT) Gedung Teater Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Sabtu (5/12).
Kuliah umum turut menghadirkan pengurus Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPD HIPMI) Kalbar. Diantaranya Ketua Umum Nedy Achmad, Sekretaris Mohamad Qadhafy dan Bendara Mansyur.
Dalam kesempatan itu, Raja Sapta Oktohari mengajak kaum cerdik dan pandai untuk menjadi pengusaha. Ia berpesan, supaya mahasiswa setelah lulus kuliah tidak cenderung berkeinginan menjadi seorang pekerja.
“Pengusaha itu bukan profesi. Pengusaha itu adalah mental. Kalau profesi bisa kerja apa saja, beda dengan pengusaha,” ucap Raja Sapta Oktohari kepada ratusan mahasiswa. Riuh tepuk tangan pun terdengar.
Ketua BPP HIPMI periode 2011-2014 ini berpendapat, Indonesia berpeluang besar dalam pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Mental pengusaha harus kuat. “Kalian harus bisa menjadi pengusaha,” ajaknya.
Pria yang kerap disapa Okto ini mengatakan, peluang utama Indonesia adalah demografi. Menurutnya, hal ini dianggap sebagai ancaman oleh negara-negara lain. Lantaran jumlah populasi Indonesia sangat besar, apalagi jumlah usia produktif juga besar. Sehingga negara-negara lain cukup khawatir dengan Asean Economy Community ini.
“Tetapi Indonesia harus mampu menciptakan skill leader. Kalau angkanya besar, tetapi tidak ada kemampuan, percuma saja,” tutur Okto.
Okto mengingatkan, Indonesia jangan berpuas hati, lantaran ada bonus demografi yang dimiliki. Apabila pemerintah tidak bisa menyelesaikan masalah dalam negeri, bonus cuma sekedar jadi angka yang besar. “Tetapi tidak punya potensi apa-apa,” katanya.
Menurut Okto, sebenarnya Asean didominasi warga Indonesia. Salah satu indikatornya, geografi penduduk lebih banyak ketimbang negara lain dalam cakupan Asia Tenggara. Oleh karena itu, Indonesia harus menjadi pemain utama dalam pasar bebas MEA.
“Kita jauh lebih bermatabat dan intelek. Menurut hemat saya, penduduk Indonesia IQ-nya cukup tinggi dan mendominasi,” ulasnya.
Presiden Direktur OSO Group ini berpandangan, banyak peluang bisnis yang bisa digeluti anak muda Indonesia, khususnya Kalbar. Menurutnya, peluang bisnis yang paling berpotensi ialah membuka kursus bahasa inggris.
“Dalam MEA kita dituntut untuk bisa berbahasa inggris. Saya rasa ini bisnis yang cukup baik, mengingat masyarakat kita tidak terlalu banyak yang punya kemampuan itu,” katanya. “Masyarakat Indonesia jangan takut menggunakan bahasa Inggris, supaya kita tidak kalah dengan negara lain,” tambah Okto.
Tantangan dalam Asean Economi Community ialah bahasa asing. Masyarakat Indonesia harus meng-upgrade itu. “Terus, kita harus mampu membentuk mental wirausaha,” ungkapnya.
Ia berharap, pemerintah maupun pihak swasta semakin banyak membuka tempat kursus maupun balai pelatihan. Disana masyarakat bisa belajar dari tiga sampai enam bulan. “Setidaknya bisa menciptakan skill leader,” pesannya.
Reporter: Deska Irnansyafara
Editor: Hamka Saptono