eQuator – Sintang-RK. Kurun sepuluh bulan sejak Januari 2015, enam ibu dan tiga anak meninggal dunia dalam proses persalinan di Kabupaten Sintang. Penyebab utamanya, karena masih menggunakan jasa dukun beranak.
“Paling banyak di daerah Pandan, Sintang dan Jelimpo,” ungkap Darmadi, Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Ibu dan Anak, Dinas Kesehatan Sintang ditemui di CU Keling Kumang Sintang, Kamis (3/12).
Dibanding 2014, ungkap Darmadi, angka kematian ibu dan anak di Kabupanten Sintang ini jauh berkurang. “Tahun lalu tercatat 13 kasus kematian ibu dan anak,” kata Darmadi.
Dia menjelaskan, masih adanya kasus kematian ibu dan anak ini, disebabkan beberapa faktor. Di antara masih banyaknya proses persalinan dibantu dukun beranak, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan.
“Menggunakan jasa dukun beranak sangat bersiko tinggi, maka kita anjurkan untuk tidak menggunakan jasa dukun beranak untuk membantu proses persalinan,” jelas Darmadi.
Tetapi, Darmadi tidak seratus persen menyalahkan dukun beranak sebagai penyebab yang menyebabkan masih banyaknya angka kematian ibu dan anak. Lantaran ada pula karena faktor keterlambatan mendapatkan pelayanan persalinan.
Kendati demikian, dukun beranak masih menjadi penyumbang tersebar angka kematian ibu dan anak. “Lebih baik masyarakat mendapat pelayanan secara medis dan sesuai dengan standar proses persalinan, baik itu di Puskesmas, Polindes maupun RSUD,” tutur Darmadi.
Menghilangkan kebiasaan masyarakat menggunakan jasa dukun beranak, menurut Darmadi, tidak semudah membalikkan telapa tangan. “Perlu porses panjang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat itu sendiri dalam memilih pelayanan persalinan yang baik dan aman,” katanya.
Dia mengungkapkan, 14 kecamatan di Sintang telah memiliki sarana dan prasarana untuk proses persalinan di Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Pondok Bersalin Desa (Polindes). “Harapan kita masyarakat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Jangan memilih sesuatu yang singkat tetapi bersiko,” pinta Darmadi. (Adx)