Oleh: Joko Intarto
Pandemi Covid-19 mungkin sudah mereda. Tetapi gaya hidup digital sudah menjadi budaya. Resepsi online pun menjadi kenormalan baru.
Bulan September masih lama. Tetapi Mas Ilham sudah berancang-ancang dari sekarang. Ia mantap memutuskan untuk menggelar resepsi pernikahannya secara virtual.
Saya sedang di gedung Mensa di kawasan Setiabudi, Kuningan, Jakarta Pusat, Sabtu sore, ketika Mas Ilham menelepon. Karena tengah mempersiapkan acara halal bi halal online para dokter, saya minta Ilham mengirim pesan melalui Whatsapp saja.
”Saya berencana menikah pada akhir September nanti. Resepsinya offline dan online. Acara offline di restoran dihadiri 25 anggota keluarga. Acara online mengundang 500 orang. Bisa dibuatkan penawaran harganya?” tanya Mas Ilham.
”September kan masih lama? Jangan-jangan sudah boleh menyelenggarakan resepsi besar?” jawab saya.
”Saya rasa resepsi online lebih masuk akal. Selain biayanya lebih murah, masyarakat saya lihat sudah bisa menerima,” komentarnya.
Tidak hanya Mas Ilham yang berpendapat begitu. Mas Rafi yang akan menikah dengan gadis asal Pekan Baru, Riau, pada 25 Juni mendatang juga mantap menggelar resepsi online.
Sabtu sore, Rafi diantar ibu dan Rifki, calon kakak iparnya, berkunjung ke studio Jagaters di belakang Pasar PSPT, Tebet Timur, Jakarta Selatan. Mereka ingin tahu bagaimana metode penyelenggaraan resepsi online dan peralatan apa saja yang harus disediakan.
Sepekan sebelumnya, Pak Yul Afian, orang tua Mas Rafi yang tinggal di Jakarta, mengontak saya. Eksekutif di PT Pegadaian itu menanyakan apakah Jagaters bisa membantu menyelenggarakan video conference untuk resepsi perkawinan yang akan berlangsung di sebuah hotel di kota Riau.
Sebenarnya urusan bisa lebih mudah kalau Jagaters bisa memberangkatkan crew ke Riau. Sayangnya, prosedur terbang saat ini masih belibet. Jumlah crew Jagaters pun terbatas.
Jalan keluarnya: calon pengantin akan mengelola acara video conference secara mandiri. Wedding organizer tetap mengelola seluruh rangkaian acara pernikahan. Production house mengerjakan dokumentasi video. Jagaters mengerjakan resepsi online dengan operator jarak jauh, dari studio Jakarta.
”Setelah mengikuti demo sistem, kami optimistis bisa mengerjakan resepsi online ini. Nanti kami siapkan semua peralatan dan kami bentuk tim kecil sebagai pelaksananya,” tutur Mas Rifki melalui telepon seusai magrib.
Dua jam sebelum demo, Mas Anton Wahyudi, teman saya di Semarang berkirim kabar. Mas Idas, pengusaha wedding organizer di Semarang, teman Mas Anton, sedang mencari partner untuk menyelenggarakan virtual wedding. Anton mereferensi Jagaters.
Agar lebih praktis, saya pun mengontak Mas Idas. Saya tawarkan untuk bergabung sebagai pengamat dalam demo resepsi online bersama keluarga Rafi. ”Silakan menghubungi Mas Irwan Setyawan di Jagaters,” jawab saya sembari mengirimkan nomor telepon mantan direktur Jawa Pos TV itu.
Setelah mengikuti acara demo, Mas Idas menyampaikan kesanggupan untuk mengoperatori video conference system di Semarang. Jagaters menjadi penyedia sistem dan operator jarak jauh di Jakarta.
Saya sedang berkemas-kemas untuk pulang dari studio ketika Mbak Aris menelepon pukul 21:30. Mbak Aris dulu teman kerja di Jawa Pos. Saya di redaksi, dia di percetakan. ”Ada teman SMP saya mau mantu di Semarang. Tolong dibantu ya,” pesan Mbak Aris.
Teman Mbak Aris itu namanya Pak Barkah. Sekarang bekerja di perusahaan pertambangan mineral di Qatar. Seharusnya ia bisa cuti untuk menikahkan putrinya bulan Juli nanti.
Tetapi Pak Barkah ragu pemerintah Qatar sudah membuka aturan lockdown akibat pandemi Covid-19 pada saat itu. Mengantisipasi kemungkinan terburuk, Pak Barkah sudah siap mental kalau harus menikahkan putrinya secara online, menggunakan teknologi video conference.
Pak Barkah mendapat inspirasi resepsi online dari Pak Eko, teman kuliahnya di UPN Veteran Yogyakarta yang sekarang menjadi eksekutif di Adaro Energy. Dua pekan lalu, Pak Eko mengundang Pak Barkah menghadiri resepsi online Mbak Raras, putrinya yang menikahi Mas Gilang. Resepsi online Mbak Raras dan Mas Gilang itulah yang dikerjakan Jagaters.
Dunia ternyata sempit. Terutama di era digital ini.(jto)
Penulis adalah praktisi webinar, founder Jagaters.id