eQuator.co.id – PONTIANAK – Saat ini, semua serba moderen. Termasuk urusan belanja keperluan rumah tangga. Semuanya sudah ada disediakan di pasar-pasar moderen. Meski dikepung banyaknya pasar moderen, pasar tradisional atau biasa disebut pasar rakyat masih ada yang bisa bertahan.
Contohnya di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Rangkuman Harian Rakyat Kalbar, ada beberapa pasar tradisional yang masih eksis di Kota Khatulistiwa ini.
Diantaranya: Pasar Flamboyan. Pasar yang berdiri pada tahun 1991 ini paling terkenal dan eksis di Pontianak. Karena letak pasar yang sangat strategis di tengah-tengah kota. Konsep bangunan pasar ini telah berubah setelah direnovasi oleh pemerintah setempat. Bangunan tuanya sudah dibongkar dan disulap lebih menarik.
Kedua, Pasar Dahlia. Pasar ini berada di Jalan H Rais A Rahman, Kecamatan Pontianak Barat. Didirikan pada tahun 1978. Banyak warga yang menyebutnya sebagai pasar “gertak tige”. Karena terletak tepat di pertigaan Gertak 3 (Jembatan ketiga). Pasar ini juga sudah dipercantik oleh Pemerintah Kota Pontianak.
Ketiga, Pasar Mawar. Pasar yang satu ini terletak di Jalan HOS Cokroaminoto, Kelurahan Darat Sekip, Kecamatan Pontianak Kota. Pasar Mawar berdiri pada tahun 1981. Keempat, Pasar Kemuning. Pasar ini terletak di kawasan Kota Baru, Kecamatan Pontianak Kota. Usia pasar ini sama dengan usia Pasar Mawar.
Kelima, Pasar Parit Besar. Pasar yang terletak di Kelurahan Darat Sekip, Kecamatan Pontianak Kota ini berdiri pada tahun 1771. Pasar yang juga disebut dengan Pasar Tengah ini masih eksis sampai saat ini. Pasar ini merupakan pasar tertua di Pontianak. Karena, sebelum Pontianak berdiri, pasar ini terlebih dulu ada. Tak hanya itu, masih banyak pasar rakyat lainnya yang masih eksis di Kota Pontianak.
Dari lima pasar di atas, pada November 2019 lalu, ada satu pasar yang mendapat sentuhan inovatif dan kreatif oleh Adira Finance. Ya, perusahaan pembiayaan terbesar di Indonesia itu memilih Pasar Dahlia sebagai lokasi digelarnya Festival Pasar Rakyat 2019.
Pagelaran Festival Pasar Rakyat 2019 di Pontianak merupakan lokasi keempat. Setelah sebelumnya sukses diselenggarakan di Magelang, Bogor dan Mataram. Kemudian dilanjutkan ke Denpasar. Festival Pasar Rakyat merupakan program CSR Adira Finance berkolaborasi dengan Yayasan Danamon Peduli yang mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak dan komunitas lokal sebagai motor penggerak kegiatan.
Festival Pasar Rakyat 2019 di Pontianak yang dipusatkan di seluruh area Pasar Dahlia ini berlangsung pada 2-3 November. Warga pasar maupun yang melintas terpanah dan kagum dengan rangkaian kegiatan ini. Tentu meriah. Karena, Festival Pasar Rakyat hadir dalam rangka menyambut HUT ke-29 Adira Finance dan menjadi bagian rangkaian Festival Pesona Lokal 2019. Serta masuk menjadi bagian acara rangkaian acara HUT Kota Pontianak ke-248 tahun.
Festival yang bertajuk “#PEGIPASARYOK dan #PASARNYEKITESEMUE” ini melibatkan partisipasi lebih dari 30 komunitas lokal. Kegiatan yang disuguhkan antara lain gerakan membersihkan pasar, kolaborasi mural, fashion show, workshop daur ulang sampah, pameran foto tentang pasar dari masa ke masa, lomba cerdas cermat dan busana daerah untuk pedagang pasar, lalu pertunjukan musik, tari, teater, dan musikalisasi puisi.
FPR Pontianak 2019 dihadiri lebih dari 2000 pengunjung, dan menjaring peserta sekitar 500 orang yang terdiri dari Pemkot Pontianak, peserta komunitas lokal, pelajar, masyarakat umum, dan ekosistem Adira Finance (karyawan, dealer, agen, dan mitra bisnis). Tak hanya menghibur dan mempercantik pasar, Adira Finance juga memberi penghargaan dan bingkisan kepada perwakilan pedagang yang sudah lama mengais rezeki di Pasar Dahlia.
Adalah Ahmad Daud. Pria kelahiran tahun 1968 ini mendapatkan penghargaan dari Adira Finance. Saat menerima penghargaan, wajah warga Jalan Ujung Pandang 2, Pontianak Kota ini terlihat begitu girang. Dengan tubuhnya yang sedikit gemetar, ia mengucap syukur atas kepedulian ini. “Alhamdulillah, selama saya jualan, baru kali ini dapat bantuan kegiatan seperti ini,” ujar Ahmad kepada media ini usai menerima penghargaan.
Ahmad, boleh dibilang pedagang senior di Pasar Dahlia. Betapa tidak, dia sudah berjualan kue di Pasar Dahlia sejak tahun 1973. Atau 5 tahun sebelum Pasar Dahlia diresmikan. Awalnya, dia hanya menjual kue Putu Buluh. “Tahun 1973, saya awalnya menjual kue Putu Buluh. Harganya hanya lima rupiah,” kenang Ahmad.
Kala itu, suasana di Pasar Dahlia begitu sepi dan bangunannya sangat sederhana. Selain Ahmad, ada beberapa pedagang lainnya. Ada yang jual ikan, daging, sayur dan warung kopi. Belum ada pedagang pakaian dan emas seperti saat ini.
Soal keamanan, kata Ahmad, dari dulu hingga kini selalu aman di Pasar Dahlia. Pemerintah pun sudah berulang kali memberikan perhatian ke pasar ini. “Dengan perubahan pasar ini, adanya kegiatan seperti ini dari Adira (Finance, red) ini, mudah-mudahan pasar lebih bagus dan rapi. Dipandang lebih indah,” harapnya.
Sejauh mata memandang, sambung Ahmad, pasar ini sudah cukup bersih dan jauh lebih rapi. Tidak kalah dengan pasar-pasar lainnya. Karena, dulunya pasar ini tertutupi oleh lapak dagangan buah. Setelah lapak dibongkar dan dipindahkan, Pasar Dahlia ini bisa terlihat lebih jelas dan menaikan ratingnya, yang sebelumnya paling terendah.
“Kegiatan ini seperti ini sangat bagus. Paling tidak, bisa menarik pengunjung. Mengubah pola pikir bahwa pasar tradisional itu tidak juga bersih. Masyarakat bisa melihat langsung kebersihan dan kelengkapan di pasar ini,” ujarnya.
Sampai sekarang, pria bercucu tiga ini masih berdagang di Pasar Dahlia. Dulunya dia hanya berjualan kue Putu Buluh, kini hampir semua kue tradisional dijualnya. “Dari tahun 73 sampai sekarang saya masih jualan kue. Terima kasih pemerintah dan Adira. Saya berharap kegiatan seperti ini sering dilakukan,” harapnya.
FPR Pontianak 2019 turut dihadiri Wali Kota Pontianak, Ir. Edi Rusdi Kamtono; Direktur SDM dan Marketing Adira Finance, Swandajani Gunadi; Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan Kota Pontianak, Hariyadi S Triwibowo; Kepala Wilayah Area Kalimantan Adira Finance, Handi; Head of Keday Adira Finance, Andy Kurniawan; dan Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli, Jenik Andreas.
Direktur SDM dan Marketing Adira Finance, Swandajani Gunadi mengatakan, melalui FPR pihaknya berupaya mengangkat keberagaman dan kekayaan pasar rakyat di Indonesia, berkolaborasi bersama pemerintah daerah dan komunitas lokal untuk bersinergi mempersiapkan pasar rakyat menjawab kebutuhan konsumen yang mumpuni pada aspek perekonomian. “Ini juga sebagai ruang publik sosial budaya yang kreatif dengan tujuan meningkatkan pariwisata daerah,” jelasnya.
Kegiatan FPR 2019 ini, lanjut Gunadi, bertujuan untuk memberdayakan, mengedukasi masyarakat di lingkungan pasar rakyat dan sekitarnya, dan turut melestarikan kesenian dan budaya daerah setempat. Tujuan tersebut dalam rangka mendorong pasar rakyat menjadi ruang publik yang kreatif dimana mitra komunitas lokal adalah sebagai motor penggeraknya.
Selain itu, Adira Finance akan mempersembahkan penghargaan khusus yaitu pasar rakyat paling mempesona bagi pemerintah daerah dan komunitas lokal penyelenggara FPR yang mampu menampilkan potensi dan pesona pasar rakyat sebagai ruang publik yang edukatif dan kreatif, dengan mengajak keterlibatan masyarakat luas.
“Adira Finance sangat berterima kasih atas sambutan yang hangat dan partisipasi yang luar biasa dari masyarakat Kota Pontianak, khususnya komunitas lokal dengan semangat dan kepedulian untuk mempromosikan pasar rakyat. Kami juga mengucapkan rasa terima kasih kepada Pemkot Pontianak, gelaran FPR Pontianak 2019 masuk menjadi rangkaian acara HUT Kota Pontianak yang ke 248 tahun,” ucapnya.
Tentu, kata Gunadi, pihaknya memiliki harapan dengan penyelenggaraan kegiatan ini dapat mewujudkan hubungan kemitraan lebih lanjut dengan Pemkot Pontianak dan komunitas lokal, untuk menciptakan kegiatan positif dan bermanfaat khususnya di pasar rakyat.
“Adira Finance bersama Yayasan Danamon Peduli sudah start dari tahun ini untuk masuk ke komunitas pasar. Untuk kelanggengan atau bagaimana kontribusi kami terhadap pasar terutama Pasar Dahlia ini, kami bekerjasama dengan Kedai Adira untuk membangun komunitas pasar,” ujarnya.
Nantinya, dengan komunitas pasar yang sudah dibangun, Adira tidak hanya setahun sekali membuat kegiatan yang meramaikan pasar. Melainkan akan rutin di bulan-bulan tertentu menggelar kegiatan serupa. “Saya sangat terima kasih sekali. Apalagi ada 15 kios di pasar ini yang akan berkolaborasi dengan Kedai Adira. Mudah-mudahan ini menjadi awal yang baik untuk pengembangan komunitas pasar. Karena itu memang menjadi salah satu tujuan Adira Finance untuk menciptakan nilai tambah bersama masyarakat,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Wali Kota Pontianak, Ir. Edi Rusdi Kamtono mengatakan, pasar sebagai denyut nadi perekonomian masyarakat. Pasar juga sebagai tempat bertemunya antara pedagang dan pembeli. Ia menilai, apabila sebuah pasar tradisional mendapat sentuhan kreatif dan inovatif, maka diyakini pasar akan berubah menjadi sebuah destinasi menarik untuk dikunjungi. “Kami melihat dari sisi semangat pedagangnya. Mereka lebih semangat dan optimisme kedepan lebih baik dan maju,” ujarnya.
Pasar Dahlia yang menjadi pusat perhelatan FPR Pontianak 2019 ini, kata Edi, lokasinya yang sangat strategis dan menjadi salah satu pusat pertumbuhan pergerakan perekonomian. Semestinya, kata dia, setiap bulan digelar berbagai kegiatan menarik di pasar sehingga menjadi daya tarik orang untuk datang ke pasar itu. “Misalnya, akhir pekan di sini digelar Festival Jajanan Lokal, atau saat musim buah bisa pula digelar Festival Buah-buahan Lokal,” harapnya.
Pasar Dahlia, sambung Edi, merupakan pasar yang usianya cukup tua dan sudah ada sejak lama. Pasar ini juga sudah mengalami beberapa kali renovasi. Dengan bentuk yang sekarang ini, ia menilai Pasar Dahlia masih belum maksimal. Masih butuh penataan ulang kembali agar pasar ini tampak lebih indah. Pada 2020 nanti pasar ini akan ditata ulang
“Sekaranglah saatnya kita menjadikan pasar sebagai destinasi yang tidak hanya dikunjungi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, tetapi bagaimana menjadikan pasar tradisional atau pasar rakyat menjadi tempat yang menarik dan dikunjungi masyarakat ekonomi ke atas,” ajaknya.
Edi menambahkan, fungsi pasar tidak hanya sebagai pusat perdagangan, tetapi juga menjadi budaya, ekonomi kreatif dan sebagainya yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, ketahanan pangan dan lainnya. “Tentu kegiatan Festival Pasar Rakyat ini harus kita jadikan momen bagaimana pasar bisa menjadi pusat berbagai aktivitas, tidak hanya pusat perdagangan tetapi juga menjadi pusat aktivitas dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Kota Pontianak,” tuturnya.
Pontianak sebagai kota yang penduduknya heterogen, pasar menjadi salah satu wadah interaksi yang sangat membantu dalam menjaga keharmonisan interaksi antara sesama. Di pasar, kata Edi, berbagai macam masyarakat dengan latar belakang suku, agama dan budaya berbaur melakukan aktivitasnya dan saling berinteraksi satu sama lain tanpa memandang perbedaan.
“Pasar menjadi wadah menjaga keharmonisan antar masyarakat dengan berbagai perbedaan yang ada. Makanya dengan kegiatan yang diinisiasi Adira Finance dan Yayasan Danamon Peduli ini, kenyataannya membantu Pemkot Pontianak. Karena, ada upaya inovatif dan kreatif yang diberikan dengan melibatkan komunitas,” imbuhnya.
Ada sembilan pasar rakyat di Kota Pontianak yang dinilainya keseluruhannya memiliki potensi untuk dikembangkan dan menjadi pasar-pasar unggulan atau salah satu destinasi menarik. Edi berharap generasi muda Kota Pontianak ikut berpartisipasi menjadikan pasar sebagai sebuah peradaban baru melalui kreativitas mereka.
“Beberapa daerah saya lihat anak-anak mudanya melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif di pasar. Kita akan fasilitasi kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan agar pasar menjadi pusat peradaban dan kebahagiaan masyarakat,” ungkap dia.
Ia mengapresiasi digelarnya FPR di Pasar Dahlia. Dia berharap apa yang dilakukan ini akan memberikan manfaat bagi pasar-pasar tradisional yang ada di Kota Pontianak. “Semoga sinergi ini terus terjalin dalam menciptakan kreativitas dan inovasi agar pasar rakyat tidak tenggelam oleh pasar moderen,” harapnya.
Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli, Jenik Andreas menambahkan, pengembangan pasar di Kota Pontianak, tidak bisa dilakukan sendiri. Ada kontribusi-kontribusi yang harus dilakukan bersama. “Kami ingin apa yang sudah dilakukan sekarang bisa menjadi sebuah model kemitraan yang bisa dikembangkan secara inklusif. Bisa menjadi jangkar untuk berkelanjutan,” harapnya.
Intinya, kegiatan semacam ini untuk mendorong agar pasar-pasar rakyat yang ada bisa bersertifikat atau SNI. “Sehingga, ketika pasar sudah bersertifikat, maka semua yang menjadi opini publik tentang pasar kotor, kumuh dan lain sebagainya, bisa selesai dengan SNI,” kata dia.
Komitmen ini tidak hanya dari Yayasan Danamon Peduli. Tapi, kata Jenik, tapi juga dari pemerintah daerah. “Kami pihak ketiga akan mendukung,” tutupnya. (oxa)