RSUD Putussibau Raih Akreditasi Bintang Empat

Raih Akreditasi. Direktur RSUD dr. Achmad Diponegoro Putusssibau, drg. Poltak Pandapotan Sianturi saat menerima penghargaan dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) di Jakarta Bulan Juli lalu. RSUD Putussibau berhasil lulus dengan predikat utama, Bintang 4. RSUD for RK.

eQuator.co.id – PUTUSSIBAU-RK. Setelah melalui sejumlah tahapan penilaian dari tim akreditasi, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Achmad Diponegoro Putussibau meraih predikat utama bintang empat dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).

Sertifikat diserahkan langsung oleh Ketua Eksekutif KARS, dr. Sutoto, kepada Direktur RSUD dr. Achmad Diponegoro Putussibau drg. Poltak Pandapotan Sianturi, pada 17 Juli  lalu, di Kantor Sekretariat Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Jakarta.

Poltak menunturkan, survei penilaian akreditasi RSUD dr. Achmad Diponegoro Putussibau dilaksanakan tim KARS pada 20 – 23 Mei lalu. “Ada tiga bidang yang dilakukan penilaian dengan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1, yaitu Bidang Manajemen, Bidang Keperawatan, dan Bidang Medis,” paparnya, Jumat (6/9).

Sementara itu, Kepala Bagian Tata Usaha RSUD Putussibau, Zainudin menyatakan bahwa, November 2019 rumah sakit tersebut akan disurvei kembali terkait Perencanaan Perbaikan Strategis (PPS). “Permenkes Nomor 12 Tahun 2012 menyebutkan akreditasi rumah sakit adalah, suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan,” jelasnya.

Lanjut Zainudin, tujuannya adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang mengutamakan keselamatan pasien. “Kebijakan ini berdasarkan Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,” ucapnya.

Zainudin berharap, melalui proses akreditasi ini dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitikberatkan pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan. “Terus menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien, sehingga staf merasa puas. Serta mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak mereka dan melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan,” sambungnya.

Tambah Zainudin, juga menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan pasien dan membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerja sama. “Kepemimpinan ini menetapkan prioritas, demi terciptanya kepemimpinan yang berkelanjutan untuk meraih kualitas dan keselamatan pasien pada semua tingkatan,” tuntasnya. (dRe)