eQuator.co.id – Pontianak-RK. Dalam perjalanan meraih mahkota Miss Grand Kalbar, perjalanan Ilma Fitrian ternyata tak mulus-mulus amat. Ia mengaku pernah mendapatkan perlakuan buruk yang diterimanya saat sekolah.
“Tapi aku membalas semua perkataan orang dengan prestasi yaitu Top 10 Miss Grand Indonesia,” katanya kepada Rakyat Kalbar, kemarin
Cantik itu butuh proses katanya. Ya, zaman dulu Ilma memang masih jerawatan. Ia merupakan pendatang baru di Jakarta. Ilma kaget kalau ternyata pergaulan di sana penuh dengan kelompok-kelompok atau bisa disebut dengan “geng”.
“Karena dulu aku merupakan anak baru jadi merasa sepi aja gak punya temen, dan karena jerawatan jadinya dibully,” tuturnya.
Sempat minder dan under estimate terhadap kehidupanya di sana. Iapun mencoba bangkit. Ia menceritakan hal tersebut ke mamanya. “Mama bilang kalau ‘once you only be a silent water, later you will be a sparkling fire’ (kamu itu adalah air yang diam tetapi kelamaan diam mu menjadi api yang berkilau yang bersinar). Nah, dari situ aku semangat lagi,” tutur Ilma, jebolan Universitas Trisakti itu.
Namun, hal ini bukan hanya terjadi saat sekolah. Bahkan ketika di perguruan tinggi pun ia ketemu lagi peristiwa yang sama. “Saat kuliah, orang-orang masih seperti itu. Sering banget meng underestimate aku. Aku tidak cantik dan sebagainya,” ujarnya.
Hal ini tidak menjadikannya murung dan lantas tidak mau melanjutkan cita-citanya. Ia yang kini menyandang predikat dokter muda ini bahkan lebih peduli terhadap masalah kesehatan jiwa. Ia mau mengubah stigma orang-orang yang menganggap orang dengan gangguan jiwa itu “jelek”, mereka tidak malu untuk pergi ke dokter spesialis kejiwaan.
“Kemudian yaa aware terhadap kesehatan ibu dan anak karna ibu dan anak merupakan suatu indikator untuk negara tersebut maju atau tidak,” jelas Ilma.
Apalagi setelah mengikuti ajang Miss Grand yang terkenal dengan Miss Kedamaian ini, ia berharap bisa menjadi role model bagi semua orang untuk melakukan hal positif yang akan dicontohkan kepada masuarakat. “Seperti tidak pernah men-judge orang by their looks. Mencintai perbedaan dalam segala aspek,” katanya.
Ia juga ingin meningkatkan lagi nilai toleransi keberagaman semua etnis di Kalbar, dengan cara menghormati perbedaan yang ada. “Ikut meramaikan event besar kebudayaan etnis di kalbar itu sudah termasuk dalam menerima suatu perbedaan,” jelasnya.
Dengan membangun komunikasi yang baik dan tidak langsung mencerna berita yang belum pasti kebenaranya, dan saling menghormati satu sama lain antar suku yang ada dan saling menjaga kedamaian.
Karena perbedaanlah yang membuat hidup kita lebih berwarna dan keberagamaan lebih bermakna dan indah. “Sesuai dengan motto miss grand Indonesia yaitu beauty is diversity,” tutupnya.
Laporan : Suci Nurdini Setiowati