Bekraf Dorong Kontribusi Industri Kreatif Digital

Angkat Kearifan Lokal Lewat Game

PRESS CONFERENCE. Hari Santosa Sungkari, Deputi Infrastruktur Bekraf memberikan penjelasan saat press conference di Hotel Ibis Pontianak, Sabtu (207)--Tri Yulio HP

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Sebagai Ibukota provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 5,06 persen. Hingga pertengahan tahun 2019 ini perekonomian di sana ditopang oleh empat sektor, yaitu pertanian, pengolahan, perdagangan dan konstruksi.

Oleh karena itu dibutuhkan kontribusi baru untuk peningkatan ekonomi di sana. Teknologi informasi (TI) dan komunikasi semakin berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan TI tidak hanya mempermudah dalam memperoleh informasi tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian.

Populasi penduduk Kalbar, khususnya di Pontianak didominasi usia muda yang melek digital. Hal tersebut menciptakan banyak peluang di kota ini. Aplikasi dan game buatan developer lokal muncul sebagai bukti industri kreatif digital menjadi peluang bisnis yang cerah.

Game Sanyaki serta aplikasi Gencil, KO-JEK, dan Angkuts merupakan contoh karya anak muda Kalbar yang diharapkan menjadi sumber kontribusi baru bagi peningkatan ekonomi.

Mewadahi potensi para generasi muda di Pontianak Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) membuat kegiatan bertajuk Bekraf Developer Day (BDD) pada Sabtu (20/7) di Hotel Ibis Pontianak City Center Pontianak.

Hari Santosa Sungkari, Deputi Infrastruktur Bekraf mengatakan, kegiatan ini sebagai upaya mendorong kontribusi industri kreatif digital. BDD merupakan program unggulan Bekraf yang menghadirkan pakar dan pelaku industri kreatif digital yang mampu menginspirasi peserta dalam mengembangkan aplikasi dan game. Sekitar 300 peserta turut memeriahkan even yang digelar untuk pertama kalinya di Kota Khatulistiwa ini.

“Bekraf mengadakan Bekraf Developer Day untuk mewadahi developer lokal khususnya anak muda di Pontianak agar mampu mengatasi masalah dan memberikan solusi untuk masyarakat melalui teknologi dalam bentuk aplikasi dan game. Kita berusaha tidak hanya menjadi pasarnya saja, tetapi harus menjadi kreatornya juga,” ujar Hari dalam konferensi pers, Sabtu (20/7).

BDD, sambung Hari, diadakan untuk menjembatani para developer dengan platform teknologi mutakhir untuk mengembangkan produk digital khususnya dibidang subsektor aplikasi dan game.

Hari menambahkan, saat ini pangsa pasar game di seluruh dunia dua kali lebih besar ketimbang film. Menjadi developer atau pengembang game menurutnya lebih sulit daripada aplikasi. Membuat sebuah game, hendaknya memberikan dampak positif bagi semua orang. “Saya ingin ada game yang lahir dari Kota Pontianak yang mengangkat kearifan lokal,” tutur dia.

Dirinya juga mengingatkan para anak muda untuk tidak mempertimbangkan persoalan modal dalam usaha. Karena ia menilai, modal adalah urusan kesekian. Paling utama adalah membangun kepercayaan. “Media sosial bisa digunakan untuk membangun kepercayaan itu,” imbuh Hari.

Bicara soal dunia digital, lanjutnya, tidak hanya semata soal aplikasi dan game, tetapi ada banyak hal lainnya seperti musik, film, iklan, baca berita, belanja dan sebagainya. Dunia digital sudah menjadi bagian aktivitas masyarakat.

Namun demikian, Hari mengingatkan keberadaan dunia digital jangan disalahgunakan untuk menyebar hoaks. Sebaliknya, kemajuan digital digunakan untuk menyebarkan inovasi.

“Anak jaman milenial sekarang ini lebih dipermudah dengan adanya kemajuan teknologi,” sebut dia.

Perkembangan teknologi, kata dia, juga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ekonomi akan maju apabila muncul pengusaha-pengusaha baru. Disebutkan Hari, di seluruh Indonesia setidaknya ada 1.900 start up termasuk yang diciptakan oleh anak muda Kota Pontianak. “Perkembangan teknologi tidak hanya mempermudah dalam memperoleh informasi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian,” tutupnya.

Berbagai hal-hal menarik juga dapat ditemui pada gelaran BDD Pontianak 2019. Seperti booth yang memamerkan karya-karya developer lokal dan booth Bekraf yang membuka pendaftaran dan konsultasi HKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) secara gratis bagi para penggiat ekonomi kreatif.

Dengan mengusung tema Peluang dan Tantangan Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0, Pontianak merupakan kota kelima penyelenggaraan BDD 2019 setelah Bandar Lampung, Gorontalo, Mataram, dan Purwokerto.

Kegiatan ini turut menghadirkan sejumlah pelaku, praktisi dan ahli industri kreatif digital tanah air. Seperti, Deny Prasetyo (Senior Software Engineer Go-Jek Indonesia) lalu Muhammad Noval (Product Marketing Executive-Visual Products), Kevin Filmawan (Data Scientist-Tokopedia), Satria Pratama Putra Apriyanto (Head of Product Service Development-advosquare.com), dan Irsan Suryadi Saputra (Cloud Seller-IBM) yang akan mengisi sesi “Industry Talkshow”

Sementara sesi aplikasi akan diisi sejumlah pakar diantaranya Nurendrantoro (CTO-Wowbid),  Andrew Kurniadi Lim (CEO-PT. Lumio Inovasi Technology), Andri Suranta Ginting (Product Engineer-GOJEK) dan Widyarso Joko Purnomo (Academy Content Writer-Dicoding Indonesia). Sementara itu para developer lokal juga dapat mengikuti sesi game yang akan diisi oleh Agil Julio (Game Engineer-Dicoding Indonesia), Ihwan Adam Ardisasmita (CEO-Arsanesia), Orlando Nandito Nehemia (Founder-Miracle Gates Entertainment), dan Rachmad Imron (CEO/Co Founder-PT Digital Semantika Indonesia/Digital Happiness).

Laporan: Tri Yulio HP, Rizka Nanda

Editor: Ocsya Ade CP