eQuator.co.id – Bengkayang-RK. Titik panas alias hotspot terdeteksi oleh satelit Aqua pada koordinat 00.86855°-109.16884° Kamis (18/07). Tak sulit diketahui, kebakaran lahan itu terpantau di Desa Mekar Baru, Kecamatan Monterado, Kabupaten Bengkayang.
Polsek Monterado bersama pihak terkait langsung menuju titik panas, dipimpin Danramil Samalantan, Letda Inf. Agustinus. Bersama personil Polsek Monterado, Koramil Samalantan, Mangga Agni Daops Singkawang, dan warga desa.
Api dan asap yang mengepul ke udara tak lain dari lahan perkebunan sawit milik PT. MAGP dan diketahui perusahaan tersebut telah lama vakum. Tak tanggung-tanggung, areal yang terbakar sedikitnya 26 hektar. Sehingga super jelas terdeteksi satelit.
Tim yang tiba di lokasi menemukan bara api yang masih menyala di lahan kering, abu dan lahan yang sudah hangus. Belum ada laporan rinci apakah lahan dibakar atau terbakar. Sumber api pun belum diketahui secara pasti di titik mana dari perkebunan yang sudah lama nonaktif itu. Penyebab Karhutla, apakah lahan milik warga ada yang terimbas api, juga masih dicarikan keterangannya oleh pihak Polsek Monterado.
Kapolsek Iptu Rismanto Ginting yang ditanya media mengatakan, pihaknya masih mengumpulkan data dan keterangan terkait Karhutla yang terjadi di wilayah desa Mekar Baru itu. “Kami mengimbau seluruh warga Kecamatan Monterado agar waspada dan tidak membakar hutan atau lahan untuk bercocok tanam,” kata Rismanto, sambil mengingatkan bahwa barang siapa yang sengaja membakar lahan, bakal terkena sanksi pidana. “Pasal 108 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah dasar hukumnya,” sambungnya, Jumat (19/07).
Bagaimanapun sulitnya, personil Polsek Monterado dan pihak terkait lainnya mencoba untuk memadamkan bara api yang masih menyala dari sisa Karhutla tersebut. Dengan peralatan seadanya.
Kepala BPBD Kabupaten Bengkayang, Ir.Yosef, M.Si mengaku telah memetakan sedikitnya 10 desa berpotensi terjadi kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Bengkayang. Dari data tersebut Desa Sungai Duri, Kecamatan Sungai Raya, yang paling rawan Karhutla karena luasnya lahan gambut.
Menghadapi kemarau panjang 2019, Pemerintah Kabupaten Bengkayang melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah mulai melakukan beberapa langkah persiapan. Persiapan berupa mendata 122 desa di temukan ada 10 desa yang rawan terbakar.
Berdasarkan pengalaman dua tahun sebelumnya, dari 10 desa tersebut titik hotspot tertinggi terjadi pada empat desa. Yakni Desa Sungai Duri Kecamatan Sungai Raya, Desa Karimunting Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Desa Monterado Kecamatan Monterado dan Desa Sekida Kecamatan Jagoi Babang.
Yosef mengakui masih terkendala anggaran dalam penanganan bencana Karhutla. Tapi ia memastikan pihaknya sudah siap siaga dengan fokus bekerjasama dengan pihak terkait dari TNI,Polri dan Manggala Agni.
“Kita optimis penanganan Karhutla di Kabupaten Bengkayang lebih bersinergi dengan adanya komitmen Pemerintah Pusat melalui BNPB,” tuturnya.
Kata mantan Kabid Cipta Karya Dinas PU Kabupaten Bengkayang ini, BNPB berkomitmen akan menerjunkan 1.000 personil TNI untuk penanganan Karhutla Provinsi Kalbar termasuk Kabupaten Bengkayang. Hal itu sesuai pemetaan daerah lahan gambut rawan Karhutla sebanyak 182 desa di Kalbar.
“Awal Agustus 2019, Satgas penanganan bencana akan diterjunkan untuk empat bulan kedepannya meliputi TNI-POLRI, dan Manggala Agni,” tutupnya.
Dari Ibu Kota Kalbar, Pontianak, pemerintah kota setempat plus tetangganya, Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, beserta Polresta Pontianak menyatakan telah melakukan terobosan terhadap penanganan dan pencegahan Karhutla ini. Terobosan itu diberi nama program buka lahan tanpa bakar.
Kepada awak media, Jumat (19/7), Kapolresta Pontianak, Kombes Pol Muhammad Anwar Nasir, menyatakan pada prinsipnya pelaku-pelaku yang melakukan pembakaran lahan ini ingin simpel saja. Ingin cepat dan murah dalam hal membuka lahan. Yaitu menggunakan korek api kemudian melakukan pembakaran walupun mereka tahu risikonya itu adalah pidana.
“Setelah kita lakukan pendekatan pada kelompok tani ini khususnya petani jagung pipil yang biasa melakukan pembakaran lahan ini, kita tawarkan progam pembukaan lahan tanpa bakar dengan teknologi, misalnya salah satunya adalah Trichoderma,” ujarnya.
Karhutla memang masih terjadi di Kubu Raya dan Pontianak, namun terpantau skalanya menurun disbanding tahun sebelumnya. Anwar menyebut sosialisasi Trichoderma sudah dilaksanakan. Dan diharapkan menjadi solusi yang efektif bagi masyarakat petani.
“Pada prinsipnya, para petani mendukung progam ini. Yang terpenting permerintah dapat membantu sepenuhnya dalam pengadakan bahan kimia, khususnya Trichoderma, yang sedang kita lakukan percobaan untuk program khususnya di Kubu Raya,” tutur Anwar.
Selain pencegahan tersebut, Polresta Pontianak tentu saja gencar memburu pelaku-pelaku yang dengan sengaja membakar lahan. Beberapa waktu lalu sudah dilakukan penyelidikan dan bahkan penyidikan.
“Hasil penyelidikan kebakaran lahan tidak sengaja dilakukan dengan membuang puntung rokok. Tentunya kalau ada unsur sengaja, pastinya kita akan lakukan penindakan upaya untuk penegakan hukum,” tegas Kapolresta.
Ia melanjutkan, Karhutla ini sudah ditangani secara khusus dari pemerintah pusat. Pihaknya bertugas sebagai back up. “Polda Kalbar juga sebentar lagi melakukan operasi khususnya terhadap Karhutla ini dan tentunya kami bersama Dandim melakukan kegiatan-kegiatan penanganan terhadap Karhutla ini,” pungkasnya.
Sementara itu, akibat kabut asap yang mengganggu, maskapai Sriwijaya memutuskan untuk tidak landing di Bandara Supadio Pontianak. Seperti dikemukakan General Manager NAM Air Kalimantan, Ronel Sankay.
“Jadi ketika berangkat subuh tadi, dan sampai di Bandara Supadio kira-kira jam 6 lewat, kita melihat kondisi tidak memungkinkan untuk kita landing, sehingga mau tidak mau, kita berbalik mencari tempat landasan terdekat, sebab cuaca cukup buruk,” ungkap Ronel, kepada Rakyat Kalbar.
Ia menyebut, pembatalan landing itu sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) penerbangan. Untuk mengantisipasi dan menjaga keamanan penerbangan.
“Jarak pandang juga tidak terlihat jelas, kita melihat bus-bus juga berbalik, sehingga kita putuskan untuk naik lagi dan mendarat ke Cengkareng (Jakarta) sekitar pukul 09.00, namun sekitar pukul 10.00 kita kembali lagi ke Pontianak, dan bersyukur lancar,” bebernya.
Ronel menyatakan, kedatangan pesawat Sriwijaya ini juga untuk mengangkut jamaah haji kloter terakhir dari Kalbar. “Bersyukur panitia haji juga memaklumi, sebab kalau sudah cuaca kita juga tidak bisa apa-apa, dan kita sendiri tidak bisa memprediksikan seperti apa, mau tidak mau kita harus berbalik,” jelasnya.
Dalam sehari, lanjut dia, penerbangan Sriwijaya di Pontianak sebanyak tiga kali. Dalam kondisi cuaca kabut dan asap ini, pihaknya tidak melakukan pembatalan. Hanya melakukan pengunduran jam terbang.
“Operasional penerbangan tetap berjalan, meskipun jamnya mundur, terlebih tadi pagi ada smoke dan adanya fog, sehingga hanya berpengaruh untuk operasi di pagi hari saja dan selanjutnya opsional sudah kembali lancar,” pungkasnya.
Laporan: Kurnadi, Tri Yulio HP, Nova Sari
Editor: Mohamad iQbaL