eQuator.co.id – Rasau Jaya-RK. Bau asap mulai tercium santer di kawasan Jalan Arteri Supadio, Kubu Raya, dan sekitarnya. Gara-gara Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Rasau Jaya, Kubu Raya, beberapa hari terakhir.
Salah satu yang terbakar adalah sehektar lahan di Dusun Rasau Karya, Desa Rasau Jaya Umum, Kecamatan Rasau Jaya, Rt 26 Rw 08, Kubu Raya. Upaya pemadaman di kawasan ini sudah berjalan dua hari. Sejak Selasa (16/7). Oleh Manggala Agni Rasau Jaya.
Rabu (17/7), tim pemadam dipimpin Budiono. Danru 1 Manggala Agni Daops Pontianak itu menyebut timnya kewalahan karena sumber air yang sangat jauh dari lokasi kebakaran. “Dan tanah berjenis gambut ini lumayan susah padam apinya,” terangnya.
Peralatan yang digunakan pun seadanya. Hanya tersedia satu mesin pemadam yang memompa air dari aliran parit. Yang airnya sangat terbatas dan jauh dari lokasi.
“Dari sehektar lahan yang terbakar, sudah dilokalisir 0,8 hektar, beruntung kebakaran lahan ini berjauhan dari pemukiman warga,” tutup Budiono.
Sementara itu, Palangka Raya juga mulai merasakan dampak Karhutla. Kabut sudah menyelimuti ibu kota Kalteng itu kemarin (17/7). Sebagian masyarakat memilih memakai masker saat beraktivitas di luar rumah.
Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin didampingi Sekda Hera Nugrahayu angkat bicara mengenai kabut asap tipis yang mulai terlihat itu. “Kami sudah berkomunikasi dengan kabupaten tetangga, khususnya Pulang Pisau, karena kita ini diapit kabupaten lain dan asap ini merupakan kiriman,” katanya.
Di samping asap kiriman, lanjut Fairid, asap juga muncul karena dampak Karhutla di Palangka Raya sendiri. “Kami terus berupaya memantau dan memadamkan kebakaran,” ujarnya.
Menurutnya, kebakaran juga disebabkan karena kemarau panjang yang melanda saat ini. Pemerintah kota (pemkot) akan terus mengambil langkah-langkah efektif dalam mengantisipasi dampak yang ditimbulkan kabut asap.
Masyarakat pun diimbau agar selalu menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah demi menjaga kesehatan tubuh. Pemko pun berencana mengadakan rapat membahas pembatasan jam-jam kerja maupun jam sekolah.
Sementara itu, Plt Kepala BPBD Kalteng Mofit Saptono mengatakan, data terbaru yang masuk ke pihaknya, terdapat 54 kasus. Yang paling banyak terjadi di Pulang Pisau, yakni 36 kasus.
“Disusul Kotim 12 kasus, Palangka Raya 4 kasus, dan Kapuas 2 kasus,” bebernya.
Mofit menerangkan, selama bulan Juli ini, tercatat ada 219 hotspot. Rinciannya, 71 hotspot di Pulang Pisau, 69 hotspot di Kotim, 25 hotspot di Barsel, 19 hotspot di Kapuas, dan sisanya tersebar di kabupaten lainnya.
Sementara, untuk karhutla yang terjadi pada bulan Juli ini sebanyak 116 kali. Rinciannya, Palangka Raya 61 kali, Kotim 15 kali, Pulang Pisau 13 kali, dan sisanya tersebar pada kabupaten lain.
Mengenai luasan lahan yang terbakar tercatat sekitar 370 hektare. Sebanyak 155 hektare di Pulang Pisau, 92,37 hektare di Palangka Raya, 78,98 hektare di Kotim, dan 6,71 hektare di wilayah Barito Utara.
“Saya meminta masyarakat untuk menjaga lahannya agar tidak terbakar. Jangan membakar,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, sepanjang 2019, sudah 30.477 hektar lahan terbakar di beberapa provinsi rawan Karhutla. 27.683 hektar diantaranya terjadi di Riau. Selain Riau, daerah yang juga menyumbang luasan lahan terbakar adalah Kalimantan Barat 2.274 hektar, Sumatera Selatan 236 hektar, Aceh 142 hektar, Kalimantan Timur 53 hektar, Kalimantan Tengah 27 hektar dan Jambi 4 hektar.
Laporan: Tri Yulio HP, Kalteng Pos/JPG
Editor: Mohamad iQbaL