Penurunan Harga Tiket Pesawat Dicurigai Penipuan Konsumen

Ilustrasi : Internet

eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Maskapai berbiaya murah atau low cost carrier (LCC) sudah menurunkan harga tiket untuk Selasa, Kamis, dan Sabtu mulai Kamis (11/7).

Berdasarkan pengamatan di online travel agent, harga tiket pada Rabu (17/7) paling murah Rp 981 ribu. Pada Kamis (18/7) turun menjadi Rp 640 ribu. Namun, hal tersebut tidak terjadi pada Agustus.

Menurut aplikasi itu, seluruh tiket maskapai LCC berada di kisaran Rp 700 ribu.
Citilink mengklaim pihaknya sudah mengimplementasikan kebijakan yang dikeluarkan Menko Perekonomian terkait penyesuaian harga tiket pesawat LCC sebesar 50 persen dari tarif batas atas (TBA).

Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo mengatakan, penurunan harga tiket diberlakukan untuk rute-rute tertentu dengan jadwal penerbangan setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu pukul 10.00–14.00 waktu setempat.

”Citilink akan mengalokasikan 3.348 kursi dengan 62 penerbangan yang mengalami penyesuaian harga setiap harinya,” ujar Juliandra.
Rute-rute yang mengalami penyesuaian harga tiket, di antaranya, Jakarta–Medan pp, Jakarta–Jogjakarta pp, Makassar–Surabaya pp, Jakarta–Denpasar pp, Surabaya–Banjarmasin pp, Jakarta–Solo pp, Jakarta–Malang pp, Medan–Jogjakarta, dan berbagai rute lainnya.

Juliandra menambahkan, sejalan dengan kebijakan pemerintah, pihaknya akan terus melakukan review harga tiket dan berkolaborasi dengan stakeholder terkait.

”Walaupun ada penyesuaian harga tiket, kami tetap berkomitmen memberikan pelayanan terbaik sebagai premium LCC kepada pelanggan,” tandasnya.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menyatakan, turunnya tiket pesawat harus memperhatikan layanan kepada penumpang. Artinya, tidak boleh ada yang dikurangi.

Selain itu, dia mengharapkan adanya keterbukaan dalam penjualan tiket murah. Yang dia khawatirkan adalah turunnya tiket pesawat ini hanya penipuan pada konsumen.

Kecurigaan itu muncul karena dalam penurunan tiket ada syaratnya. Tiket pesawat diturunkan pada jam dan hari yang tidak peak season.

”Tanpa diminta pun, pihak maskapai akan menurunkan tarif tiketnya,” ujarnya kemarin.
Hal tersebut membuat Tulus curiga bahwa turunnya tiket pesawat hanya kamlufase. Kebijakan menurunkan tiket itu juga dinilai kontraproduktif.

Dia mengkhawatirkan kebijakan tersebut berdampak pada finansial maskapai. Tidak hanya rugi secara bisnis, tetapi juga konsumen yang akan dirugikan. Sebab, ada peluang maskapai untuk menurunkan layanan untuk efisiensi.

Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menyatakan hal senada. Pemerintah, menurut dia, jangan hanya mengambil sikap politis. Namun juga memperhatikan iklim bisnis.
”Intinya kalau pemerintah masih hobi mengatur, ya, nanti kalau bangkrut dia harus tanggung jawab. Besok sekalian harga singkong rebus atau ketela goreng diatur,” ujarnya. (Jawa Pos/JPG)