Calon jamaah haji (CJH) tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar maupun perhiasan yang mencolok saat melakukan ibadah. Baik itu ibadah di Masjid Nabawi maupun di Masjidilharam. Uang dalam jumlah besar sebaiknya tetap ditinggal di kamar hotel, supaya terhindar dari praktik penipuan atau tindakan kriminal lainnya.
Hilmi Setiawan, Makkah
eQuator.co.id – Kepala Sektor Khusus (Kaseksus) Masjid Nabawi Kusnul Hadi menuturkan telah terjadi dua laporan kehilangan uang tunai. ’’(Laporan, Red) Yang besar ada dua orang. (Kerugian, Red) Rp 20 juta dan Rp 18 juta,’’ katanya kemarin (11/7). Kusnul merinci kasus dengan kerugian Rp 20 juta terjadi 8 Juli lalu. Sedangkan kasus yang Rp 18 juta terjadi pada 9 Juli.
Kasus tersebut sudah dilaporkan ke petugas kepolisian setempat. Kusnul menegaskan jamaah tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar saat menjalankan ibadah di Masjid Nabawi maupun Masjidilharam. Sebab ada orang yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan kelemahan CJH asal Indonesia.
Dia menjelaskan sejumlah modus yang kerap dilakukan penipu di Masjid Nabawi. Diantaranya adalah mengaku sebagai petugas haji Indonesia. ’’Kebanyakan (yang mengaku petugas haji, Red) orang Indoensia. Kalau tidak, yang menyamar-nyamar itu cewek bercadar,’’ jelasnya.
Kusnul menuturkan petugas cukup kesulitan untuk mendeteksi dengan pasti orang-orang yang berniat menipu, mencopet, atau berbuat jahat kepada CJH Indonesia. Orang-orang yang kerap menjadi bidikan biasanya CJH yang terlihat sendirian.
’’Orang sepuh dan kebingunan. Atau yang ditinggal rombongan kemudian disuruh menunggu sebentar,’’ katanya. Untuk itu Kusnul menuturkan seluruh petugas, khususnya tim linjam, untuk sensitif mendeteksi CJH yang terlihat kebingunan, tertinggal rombongan, atau kendala lainnya.
Menurut Kusnul personel ketua rombongan (karom) atau ketua regu (karu) harus lebih memperhatikan anggotanya. Misalnya ada anggota rombongan yang lansia atau masih bingung karena baru datang di Madinah, sebaiknya dikawal terus. Seperti dengan cara digandeng sejak keluar hotel sampai kembali masuk hotel.
Kepala Bidang (Kabid) Linjam Jaetul Muchlis menuturkan secara garis besar ada tiga kasus terkait layanan perlindungan jamaah. Kasus terbanyak adalah jamaah yang terpisah dengan rombongannya. Dia menuturkan karakter Masjid Nabawi itu jamaah perempuan dengan laki-laki dipisah. Sehingga ada potensi jamaah yang tertinggal atau terpisah dari rombongannya.
Kasus kedua adalah jamaah lupa menaruh sandal saat masuk ke Masjid Nabawi. Akibatnya jamaah rentan mengalami sakit pada bagian kaki karena jalan tanpa menggunakan sandal. ’’Antisipasi tim linjam adalah menyiapkan sandal sebanyak-banyaknya,’’ tuturnya.
Jaetul mengatakan jamaah harus tetap prima saat bergerak dari Madinah menuju Makkah. Dia menuturkan ibadah di Madinah sifatnya sunnah. Sementara rangkaian wajib haji berlangsung di Makkah.
Kasus berikutnya yang kerap terjadi adalah kehilangan uang. Baik itu kehilangan akibat uangnya terjatuh akibat berdesak-desakan. Maupun hilang akibat jadi korban kejahatan. Seperti dicopet, ditipu, atau sejenisnya.
Jaetul juga mengingatkan supaya jamaah tidak membawa uang dalam jumlah besar saat ke Masjid Nabawi atau Masjidilharam. Kalaupun ingin membeli sesuatu, sebaiknya disurvei terlebih dahulu sampai ketemu barang atau toko yang cocok. Setelah itu baru kembali ke hotel mengambil uang untuk membeli barang yang diburu. (Jawa Pos/JPG)