Memasuki Kemarau, Kodim 1207/BS Bersiap Antisipasi Karhutla

Seratus Desa Ditetapkan Rawan

APEL PERSIAPAN. Jajaran Kodim 1207/BS melaksanakan apel gelar perlengkapan untuk mengantisipasi terjadinya karhutla di Pontianak dan Kubu Raya, Kamis (11/7) pagi--Pendam XII Tpr for RK

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Beberapa hari belakangan ini, cuaca di Kota Pontianak dan sekitarnya memang dalam kondisi panas. Kondisi ini harus diwaspadai untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (jarhutla) yang kerap melanda ketika memasuki musim kemarau.

Untuk itu, sebagai bentuk antisipasi, Komando Distrik Militer (Kodim) 1207/Berdiri Sendiri (BS) melaksanakan apel gelar perlengkapan di lapangan Makodim 1207/BS Jalan Gusti Sulung Lelanang, Pontianak Kota, Kamis (11/7) pagi.

Komandan Kodim 1207/BS, Kolonel Arm Stefie Jantje Nuhujanan mengatakan, berdasarkan Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Supadio, pada Agustus sampai September akan menghadapi musim kemarau. “Sehingga Kodim 1207/BS merasa perlu untuk melakukan apel gelar perlengkapan dan pasukan untuk kesiapan prajurit dalam menghadapi kebakaran hutan dan lahan,” ujarnya.

Berdasarkan hasil pemetaan, kata dia, ada lima wilayah Koramil yang menjadi titik rawan terjadinya karhutla. Terutama di daerah Kubu Raya. Sedangkan di Kota Pontianak hanya satu titik.

Kelima Koramil tersebut meliputi, Koramil 1207-02/Pontianak Selatan, Koramil 1207-05/Sungai Raya, Koramil 1207-06/Ambawang, Koramil 1207-07/Sungai Kakap dan Koramil 1207-11/Batu Ampar.

“Koramil-koramil yang tidak kena dampak karhutla akan ditugaskan untuk membantu memadamkan api dan melaksanakan kegiatan sosialisasi dengan memberikan imbauan kepada daerah-daerah yang menjadi titik rawan dari kebakaran,” ujarnya.

Hal itu dilakukan setelah pihaknya mengevaluasi kejadian pada tahun 2018. “Sehingga harus melibatkan semua prajurit untuk melaksanakan tugas kemanusiaan ini,” jelasnya.

Dia melanjutkan, selama ini upaya pencegahan telah dilakukan dengan sosialisasi, memasang papan imbauan di setiap Koramil, terlebih di titik-titik yang sudah dipetakan setiap tahun terjadi kebakaran.

“Selain itu kita juga memberikan imbauan melalui videotron yang ada di Kota Pontianak maupun yang ada di Kabupaten Kubu Raya. Isinya tentang dampak bahaya dari kebakaran dan undang-undang, apabila melanggar akan dikenakan hukuman pidana penjara,” tegasnya.

Selain itu, perlu sinergitas dan soliditas TNI-Polri, BPBD dan Manggala Agni untuk bersama-sama turun ke lapangan melakukan kegiatan sosialisasi dan memberikan imbauan. Terutama di kawasan bandara.

Dandim kembali menghimbau masyarakat Pontianak dan Kubu Raya untuk merubah mindset, merubah kultur yang selama ini bahwa pembukaan lahan dengan cara membakar.

“Kami imbau, membuka lahan tanpa membakar. Karena asap akan mengakibatkan kita semua terutama pada anak-anak terkena penyakit yang sering kita sebut Ispa,” imbaunya.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar mulai memetakan wilayah kategori rawan Karhutla. Di wilayah Kalbar, setidaknya 100 desa telah ditetapkan rawan, dan jumlah itu masih berpotensi bertambah.

“Masih bisa meluas,” ujar kepala BPBD Kalbar, Lumano, diwawancarai usai memimpin rapat koordinasi langkah penanganan bencana Karhutla yang dihadiri pihak BNPB, unsur TNI dan Polri dan Manggala Agni, Kamis (11/7), di Kantor BPBD Kalbar.

Sebab itu, Lumano meminta masyarakat bersama-sama menjaga lingkungan. Tidak membakar lahan secara sembarang. Agar, di musim kemarau nanti Karhutla tidak lagi terjadi.

Upaya pencegahan Karhutla, tak hanya sebatas memetakan wilayah rawan. Namun, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan unsur TNI dan Polri bakal menyebar seribu Satuan Tugas (Satgas).

Satgas tersebut nantinya akan disebar ke seluruh wilayah yang dianggap rawan Karhutla. “Satgas ini rencana akan diturunkan pada tanggal 18 ke atas,” tutur Kolonel Mahdi, selaku Liaison officer (LO) BNPB.

Satgas yang akan diturunkan itu, diharapkan bisa bekerja efektif melakukan upaya-upaya pencegahan melalui pola-pola pembinaan langsung kepada masyrakat.  Mahdi juga menyinggung soal pola pertanian masyarakat yang masih menggunakan pembakaran untuk membersihkan lahan. Yang kemudian, hal itu dianggap sebagai kearifan lokal.

Menurutnya, kerarifan lokal seperti itu seharusnya dikelola dengan baik. Pemerintah daerah harus memanejemen kearifan lokal tersebut agar tidak memunculkan Karhutla.

Diharapkan Mahdi, dengan segala upaya pencegahan, tahun ini di wilayah Kalbar tidak lagi muncul asap akibat Karhuta yang massif. Seperti tahun-tahun sebelumnya.

“Rencananya, Satgas yang diturunkan ini akan bertugas selama empat bulan berdasarkan perhitungan musim kemarau,” ucapnya. “Satgas ini kerjaan utamanya melakukan sosialisasi, dan patroli,” tandasnya.

 

Laporan: Andi Ridwansyah, Abdul Halikurrahman

Editor: Ocsya Ade CP