MULAILAH BISNIS DARI YANG ADA

Oleh: Joko Intarto

eQuator.co.id – Lokasi studio webinar terbaru saya ini sebenarnya nyelempit. Berada di gang kecil. Di belakang Pasar PSPT.

Gang itu hanya bisa dilewati satu mobil. Tidak punya lahan parkir pula. Tamu-tamu yang naik mobil harus parkir di halaman Bank BNI. Lalu jalan kaki 50 meter.

Meski lokasinya tidak strategis, studio ini paling baik peralatannya. Dari empat studio yang saya kelola, studio ini satu-satunya yang memiliki perangkat berstandar televisi.

Harap maklum. Studio PSPT, begitu saya biasa menyebutnya, dibangun di mess karyawan sekaligus gudang peralatan Jagaters. Semua peralatan broadcast ada di sini.

Agar tidak kelamaan nganggur, alat-alat itu diberdayakan. Untuk produksi webinar. Nanti kalau diperlukan untuk siaran televisi, alat-alat itu dicopot. Setelah rampung bisa dipasang lagi.

Studio PSPT merupakan studio paling baru. Studio dibangun dengan menyulap ruang tamu menjadi ruang produksi dan siaran langsung.

Empat sisi dindingnya dirombak. Dengan memasang wallpaper. Satu sisi berkonsep susunan batu berwarna biru muda. Satu sisi lainnya menampilkan tembok batu berwarna hitam. Sisi yang awalnya jendela ditutup dengan daftar menu. Mirip kafe.

Ada satu bagian tembok lagi yang dipasangi wallpaper bergambar papan kayu. Berwarna coklat tua. Bergaya klasik.

Masing-masing sisi akan digunakan untuk webinar dengan tema yang berbeda. Background biru muda untuk webinar Neuro Parenting dan Neuro Teaching. Background kafe untuk webinar barista. Kelak masing-masing tema akan saling bertukar tempat. Biar ada variasi tampilan. Agar tidak ‘mboseni’.

Studio PSPT baru selesai dibangun 50 persen pada hari Minggu subuh. Hanya beberapa jam sebelum pelaksanaan webinar Neuro Parenting level basic.

Kamis subuh, renovasi dua dinding studio baru selesai. Eh, sudah langsung di-booking. Untuk webinar pengenalan system perkuliahan berstandar Eropa di perguruan tinggi Turki bagi calon mahasiswa asal Indonesia.

Awalnya studio PSPT ini dibangun agar bisa melayani kebutuhan webinar hari libur. Misalnya Sabtu dan Minggu. Maklum, studio lainnya berada di business building. Hanya buka pada hari kerja dan dibatasi pada jam kerja. Di luar itu, studio tutup.

Sebelum direnovasi, Studio PSPT itu sangat sederhana. Dindingnya hanya dilapis kertas-kertas karton aneka warna. Fungsi studio pun hanya untuk produksi video dummy.

Sejak Sekolah Wira beroperasi, studio lagi-lagi berubah fungsi: Menjadi studio webinar. Live setiap hari Sabtu. Sejak awal Ramadan lalu.

Lama kelamaan, saya merasa risih. Dengan look yang gitu-gitu saja. Sudah tiga tahun background kertas itu terpasang. Belum pernah dilakukan penyegaran. Agar tampil lebih menarik, kertas-kertas itu saya copot. Diganti wallpaper. Hasilnya memang lebih menarik. Lebih sedap dipandang mata. Dan terkesan lebih serius.

Sebenarnya Pak Wahyu Saidi yang memprovokasi. Katanya, studio saya sudah tidak menarik tampilannya. Saya tidak segera menanggapi. Karena studio itu memang hanya untuk membuat video dummy. Bukan untuk studio komersial. Mengingat lokasinya yang di gang sempit.
‘’Buat saja jadi studio beneran. Kalau di gang sempit ini bisa jalan, mudah untuk pindah ke tempat lain yang lebih strategis,’’ kata mentor para entrepreneur yang dijuluki Raja Bangkrut Indonesia itu.

Saran itu akhirnya saya terima. Setelah jadi ternyata peminatnya ada juga. Per hari ini, studio ini sudah di-booking hingga empat hari dalam seminggu. Hanya tersisa tiga hari. Alhamdulillah. (jto)