Masjid-Cagar Budaya pun Jadi Korban

eQuator.co.id – TUJUH CCTV terpasang di gerbang pintu menuju Masjid Id Kah di Xinjiang, Tiongkok. Kamera pengaman itu dipasang untuk mengawasi satu per satu orang yang masuk ke salah satu masjid terbesar di wilayah otonomi khusus tersebut. Kebebasan beragama memang tidak lagi terasa di sana. Semua serba dibatasi.

Di Masjid Id Kah, misalnya. Imamnya seharusnya orang yang disetujui pemerintah. Yang dipilih tentu yang pro pemerintah. Penampilan penduduk juga dikontrol. Menumbuhkan jenggot dan memakai jilbab juga dilarang sejak Maret 2017.

Berdasar penelusuran BBC, selama beberapa tahun belakangan ini puluhan masjid di Xinjiang rata dengan tanah. Hal itu terlihat jelas di gambar satelit. Masjid Etika di Keriya yang masih berdiri pada 2017 kini tidak berbekas.

The Guardian mengungkapkan bahwa pada 2017 ada 200–800 masjid yang sudah dihancurkan di berbagai penjuru Xinjiang. Pada 2018, terdapat 500 masjid yang masuk daftar untuk diratakan. Masjid dengan ukuran kecil bisa dibuldoser dan hilang dalam semalam. Belum diketahui berapa masjid yang dilenyapkan tahun ini.

Masjid bukan satu-satunya yang menjadi korban. Pemerintah Tiongkok, tampaknya, ingin menghilangkan identitas budaya warga Uighur di Xinjiang. Bangunan cagar budaya juga ikut dihancurkan. Misalnya, yang terjadi di kota tua Kashgar. Sebagai gantinya, pemerintah membangun gedung-gedung baru yang diklaim bisa menjadi daya tarik wisata di wilayah tersebut. Pelan tapi pasti, jejak peradaban dan budaya penduduk Uighur bakal musnah. (Jawa Pos/JPG)