Bank Sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering yang dipilah dan memiliki manajemen layaknya perbankan. Tapi yang ditabung bukan uang. Melainkan sampah.
Nova Sari, Pontianak
eQuator.co.id – Warga yang menabung pun disebut sebagai nasabah karena sama halnya dengan bank pada umumnya yang memiliki buku tabungan. Di Kota Pontianak sendiri sudah ada beberapa bank sampah. Satu di antaranya Bank Sampah Palm Asri yang berada di Kelurahan Pal V, Kota Pontianak.
Pengelola Bank Sampah Palm Asri, Aida, mengatakan sejauh ini bank sampah berjalan dengan lancar dan cukup membantu warga sekitar.
“Sejauh ini lancar, bank sampah di sini operasionalnya dari Senin sampai Kamis, terus hari Sabtu, dari jam tiga sore sampai jam lima sore,” ujarnya, Senin (8/7).
Ia mengatakan, nasabah tetap di Bank Sampah Palm Asri rata-rata berprofesi sebagai Asisten Rumah Tangga. Saat ini sudah berjumlah 50 orang.
“Jadwalnya kita ikuti mereka, jadi mereka kerja dulu sampai jam satu siang, kemudian lanjut ngumpulin sampah. Sedikit membantu pendapatan merekalah. Dulu waktu awal-awal hanya 10 orang nasabahnya, banyak yang keluar. Kita juga ada nasabah lepas yang langsung minta uang cash,” ungkapnya.
Aida menyebutkan, sampah nonorganik yang telah terkumpul, sebelum dijual ke pengepul, terlebih dahulu dipilah dan dibersihkan. Sehingga bisa memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Dan selisih harga tersebut bisa digunakan untuk biaya operasinal di Bank Sampah.
Sampah yang dominan adalah botol plastic. Jumlahnya sekitar 75 persen dari total keseluruhan sampah. Sekali jual ke pengepul bisa Rp500 ribu sampai Rp1 juta. Tergantung naik turunnya harga.
Sementara pemilahan gelas, diborongkan ke anak-anak sekolah. Misalnya ke anak SMP dan SMA. Kalau untuk hasil kerajinan tangan dari sampah ini, pendapatan pasti per bulannya sebesar Rp200 ribu dan jika ada kegiatan bazar bisa dapat Rp500 ribu sampai Rp1 juta.
“Kita juga sering menerima pesanan, seperi kerajinan bunga, tas, dompet, lumayanlah,” katanya.
Selain itu Aida menceritakan, setiap Jumat bank sampah rutin mengambil sampah di kantor dan lembaga seperti di Dinas Lingkungan Hidup dan Terpadu Wali Kota.
“Sekarang kita lagi ke kantor-kantor, karena ASN diwajibkan menabung sampah, jadi tiap jumat kita ambil sampahnya, tapi baru dua dinas itu. Semoga nanti semakin banyak,” tutur Aida.
Aida mengungkapkan, tabungan-tabungan tersebut bisa diambil berupa emas pegadaian atau uang tunai tergantung kebutuhan dari nasabah. “Cukup membantu merekalah tabungan bank sampah ini, seperti mau Lebaran kemarin mereka baru mengambil tabungannya, kan tidak terasa ternyata sudah ada tabungan. Tapi ada juga kendalanya selama ini, SDM,” jelasnya.
Menurutnya, masih ada yang belum sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Dan menganggap sampah itu tidak ada nilainya.
“Tapi alhamdulillah banyak juga yang sudah sadar. Mereka manfaatkan sampahnya, tidak membuang sampah sembarangan lagi. Sehingga selain sudah bisa menjaga lingkungan mereka juga bisa menambah pendapatan ekonomi, itu tujuannya,” tutupnya. (*)
Editor: Andriadi Perdana Putra