eQuator.co.id – SINTANG-RK. Kabupaten Sintang memiliki berbagai macam adat budaya yang patut untuk dilestarikan agar tak hilang ditelan zaman yang serba modern ini.
Salah satunya upacara Pesta Dalo’. Adat istiadat dari suku Dayak U’ud Danum ini merupakan gawai angkat tulang sanak saudara yang sudah meninggal dunia. Kegiatan ini diselenggarakan oleh keluarga dari Almarhum Johan Thomas Totong, di Desa Muara Kota, Kecamatan Serawai, Jumat (5/7) malam.
Bupati Sintang, Jarot Winarno yang turut hadir pada kegiatan itu dalam sambutannya mengatakan, merasa berbahagia dapat menyaksikan langsung salah satu adat istiadat yang hingga saat ini masih dilestarikan tersebut.
“Saya selaku Bupati Sintang berbahagia bisa menghadiri Pesta Dalo’ ini, karena kegiatan ini bertujuan untuk mendoakan, menghargai arwah almarhum Johan Thomas Totong,” ujarnya.
Jarot juga mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut, karena di dalamnya tergabung komponen bangsa ikut serta. “Beberapa hari ini kita telah ikut serta dalam Pesta Dalo’. Tentu ini sangat luar biasa, karena seluruh masyarakat, seluruh komponen bangsa dari berbagai daerah berkumpul di sini, berkat kita menjunjung tinggi adat kita,” terangnya.
Jarot juga berpesan kepada masyarakat yang hadir dalam kegiatan itu, untuk memperhatikan tiga hal, pertama adat mengajarkan manusia hidup berhubungan dengan alam. Jadi alam harus dijaga dan lestarikan
“Kedua hidup masyarakat juga seimbang dengan lingkungan, dan yang ketiga adat istiadat yang diajarkan nenek moyang harus dijaga, dilestarikan dan dikembangkan”, pesannya.
Orang nomor satu di Sintang itu juga mengatakan, kegiatan Pesta Dalo’ ini menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan, dimana ia melihat warga Muslim juga ikut mempersiapkan kegiatan tersebut.
“Ini namanya kerukunan, kesatuan dan persatuan kita masyarakat di Serawai dan Ambalau. Kesatuan inilah menjadi modal sosial untuk membangun,” terangnya.
Selain itu juga, Jarot menyampaikan pembangunan yang dilakukan di hadapan seluruh masyarakat yang hadir. Dikatakannya Serawai dan Ambalau sudah seperti rumahnya sendiri, tentunya pembangunan saat ini terus dilaksanakan, dimana sekarang infrastruktur sedang berjalan.
“Jembatan-jembatan yang ada di Desa Serawai dan Ambalau kita bangun, kemudian jalan juga, bahkan Rumah Sakit juga sudah kita bangun dengan megah. Semua ini kita bangun tujuannya agar kesejahteraan masyarakat semakin maju,” pungkasnya.
Sementara itu, Perwakilan Ikatan Keluarga Dayak U’ud Danum (Ikadum), FX Murniyanto menjelaskan, bahwa makna dari upacara Pesta Dalo’ ini merupakan upacara penyelesaian kematian yang berada di tingkat paling tinggi dalam masyarakat Dayak U’ud Danum, dengan memiliki tiga hal penting yang terkandung dalam upacaranya itu.
“Tiga hal penting yang terkandung itu pertama merupakan perwujudan rasa hormat yang tinggi dari anggota keluarga yang masih hidup terhadap keluarga yang sudah meninggal, kedua merupakan perwujudan doa kita kepada mereka yang sudah meninggal agar mereka berbahagia di alam sana, dan yang ketiga adalah ingin menunjukkan keanekaragaman budaya suku bangsa adat budaya di sini,” jelasnya.
Murniyanto juga mengatakan, bahwa keanekaragaman budaya ini ditampilkan untuk menunjukkan budaya kepada masyarakat luas. Tentu dengan keanekaragaman budaya ini memberikan keindahan sendiri untuk menjadikan daya tarik masyarakat agar datang menyaksikannya.
Ketua Panitia penyelenggara, Zulkarnaen mengatakan, bahwa kegiatan ini sudah dilaksanakan sejak 1 Juli 2019 dan puncak kegiatan pada 5 Juli 2019. “Dari mulainya Pesta Dalo’ ini ada berbagai kegiatan, salah satunya Ngatung Ritual, kemudian ada juga beberapa prosesi adat lainnya,” pungkasnya.
Seusai sambutan, Bupati Sintang bersama rombongan dan tamu undangan lainnya, mengikuti prosesi Adat Nganjan atau prosesi sebelum melakukan pembukaan tuak pamali.
Laporan: Saiful Fuat
Editor: Andriadi Perdana Putra