eQuator.co.id – Pontianak-RK. Wakil Wali Kota Pontianak, Bahasan berkunjung ke Aloevera Center dan Balai Benih Ikan (BBI) Lokal Pontianak, Selasa (2/7). Kunjungan ini dilakukannya untuk melihat langsung kondisi ril di lapangan pada kedua tempat di bawah naungan Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DPPP) Kota Pontianak itu.
“Kita ingin melihat langsung kondisi ril di lapangan, bukan hanya tahu datanya saja. Hal ini demi mendorong bagaimana supaya Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Pontianak punya inovasi atau upaya melakukan perbaikan-perbaikan terhadap hal-hal yang masih kurang,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini memang budidaya aloevera masih dalam tahap mempertahankan tanaman itu sebagai komoditi unggulan yang ada di Pontianak agar tidak punah. Kendati demikian, Bahasan mengatakan, selain mempertahankan jenis tanaman andalan itu, DPPP diminta untuk menciptakan inovasi-inovasi sehingga ke depan aloevera mampu menjadi komoditas yang menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Dengan demikian akan berdampak pada kemajuan pembangunan Kota Pontianak,” tutur Bahasan.
Tak hanya aloevera, Bahasan juga meminta Balai Benih Ikan memproduksi bibit ikan yang berkualitas sehingga poktan maupun masyarakat bisa mengaksesnya dengan membeli bibit ikan di balai itu.
Diakuinya, ada keterbatasan atau kekurangan tempat pembibitan lantaran ikan-ikan yang sudah afkir dan tidak produktif lagi mengurangi tempat produksi benih ikan yang lebih banyak. Oleh sebab itu, pihaknya berencana membuat regulasi supaya bisa menjual pembibitan yang tidak produktif lagi sehingga selain memberikan ruang gerak produksi bibit, juga bisa menghasilkan PAD.
“Karena kolam-kolam yang ada terbatas, yang tidak produktif kalau bisa dijual sesuai harga pasaran, maka ruang atau tempat bagi pembibitan akan semakin maksimal,” sebutnya.
Kepala DPPP Kota Pontianak, Bintoro menjelaskan, memang beberapa tahun lalu tidak ada peningkatan perluasan areal. Hal itu disebabkan pada saat empat tahun lalu hingga kini belum ada penyerapan komoditi produk pelepah lidah buaya yang betul-betul memenuhi standar pasar yang diharapkan.
“Makanya para petani aloevera stagnan mempertahankan dulu keberadaan aloevera ini,” jelasnya.
Bintoro menuturkan, pihaknya mempertahankan aloevera atau lidah buaya ini sebab tanaman jenis ini menjadi ikon Kalbar bahkan nasional. Oleh sebab itu ada Pusat Kajian Aloevera Center yang masih eksis hingga kini.
Di samping itu, pihaknya tidak hanya berupaya mempertahankan tanaman lidah buaya saja, ke depan tahun 2020, akan ada akses pengembangan perluasan areal dalam rangka meningkatkan agar nanti produk lidah buaya bisa tercukupi dan pendapatan pertanian bisa terangkat. “Perluasan arealnya sekitar 5 samapi 10 hektar,” sebutnya.
Laporan: Rizka Nanda
Editor: Ocsya Ade CP