Investor Tiongkok Lirik Kalbar

Hortikultura Hingga Produk Olahan

KUNJUNGAN Ketua GPEI Kalbar, Dedy W Kurniawan foto bersama Kepala Disperindagkop dan UMKM Surabaya, Edi Purnomo saat kegiatan kunjungan perusahaan buyer Tiongkok di Jawa Timur, Jumat (21/6). Dedy for Rakyat Kalbar

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Sumber daya alam Kalimantan Barat merupakan potensi yang bisa dikembangkan. Dari hortikultura hingga produk olahan lainnya bisa menjadi produk bernilai jual tinggi. Salah satu yang terpikat adalah investor Tiongkok.

Begitu dikemukakan Dedy W Kurniawan, Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Wilayah Kalimantan Barat. Dia menyebutkan, saat melakukan pertemuan langsung dengan buyer dan investor dari Tiongkok di Jawa Timur, Jumat (21/6) lalu. Kalbar tidak kalah dengan provinsi lain di Indonesia, yang memiliki beragam potensi baik untuk dapat masuk ke pasar ekspor. “Kalbar ini sangat potensial, baik produk makanan, hasil tanam, hortikultura hingga produk olahan lainnya,” ungkap Dedy kepada Rakyat Kalbar, Minggu (23/6).

Seperti produk tanaman holtikultura yang dihasilkan oleh alam, dikatakan Dedy, khususnya di wilayah Kalimantan memiliki nilai yang cukup tinggi. Ini terbukti dari kunjungannya buyer (pembeli) dari Tiongkok. Mereka mengapresiasi, lantaran Kalimantan memiliki produk yang lengkap, baik makanan, hasil tanam, hortikultura hingga produk olahan lain.“Bahkan investor China merasa sangat happy ada perwakilan Kalimantan, dimana mereka sampaikan bahwa semuanya ada di Kalimantan,” kata Deddy.

Bawang Dayak, sahang, makanan kering, kayu, pinang, kain khas Kalbar, pasak bumi, makanan khas, tambang, arang tempurung dan lainnya merupakan contoh kecil yang dimiliki oleh provinsi ini, dan memiliki nilai jual hingga ke pasar global atau ekspor. “Kita langsung berjumpa dengan pembeli kayu sungkai, sahang putih dan bawang Dayak. Mereka pesan ke kita agar dicarikan barangnya. Artinya, barang-barang ini memiliki potensi yang dapat dikembangkan bagi masyarakat atau pelaku UMKM lokal,” terangnya

Namun memang diakui Dedy, persoalan yang masih dihadapi adalah keterbatasan informasi, dan perizinan yang belum diketahui UKM UMKM. “Kemdala lainnya yaitu ada pada packaging yang masih dinilai kurang menarik. Padahal, mutu dan hasil barang tidak kalah dari pasar dunia,” terangnya

Selain potensi alam dan produk lain, katakan Dedy, keuntungan Kalimantan Barat, yakni memiliki wilayah perbatasan dengan negara tetangga. Sehingga akan mendukung pasar yang lebih luas dan mudah.

Melihat berbagai kendala yag dihadapi tersebut, dikatakan Dedy, pihaknya akan terus berupaya bekerjasama dengan pihak terkait dan mitra-mitra GPEI, untuk melakukan pembinaan dan pengembangan produk. “Mulai dari pengolahan, sertifikasi halal, berlabel BPOM, packaging hingga pemasaran,” ucapnya

Bahkan, tidak menutup kemungkinan GPEI akan mencarikan partner pembiayaan, baik melalui Credit Union (CU), perbankan maupun lembaga keuangan lainnya. Sehingga apa yang dibutuhkan, baik produk untuk diekspor semuanya memiliki standar yang sesuai pasar global. “Kalbar siap bergerak cepat untuk GPEI dan bekerjasama dengan semua pihak untuk kembangkan produk lokal menuju pasar global,” pungkasnya.

 

Laporan: Nova Sari

Editor: Yuni Kurniyanto