eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Berbagai riset dan penelitian terkait human trafficking (HT/perdagangan manusia) jangan sekadar untuk kepentingan proyek. Seharusnya ada solusi konkrit. Sehingga mampu mencegah kaum perempuan dan anak dari tindak kejahatan.
“Seperti kita ketahui, HT adalah kejahatan kemanusian yang biasanya korbannya adalaah perempuan dan anak. Perempuan dan anak dilacurkan, dijadikan pekerja seks. Bahkan ada yang dijual organ tubuhnya,” kata Pengamat Sosial dari Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Dr Syarifah Ema Rahmaniah MSc.Ed, Kamis (20/6).
Dia memaparkan, fenomena HT di Kalbar sudah banyak yang menelitinya, akademisi kampus di Kalbar maupun luar Kalbar, juga instansi pemerintah dan kepolisian. “Kelemahan dari hasil riset HT adalah hanya mampu mengidentifikasi peyebab dan dampak HT, juga menganalisis aktor dan jaringan yang terlibat dalam HT. Namun, belum ada riset yang berani mengungkapkan siapa aktor utama dan jaringan sindikat HT, berikut upaya penanganan dan pencegahan yang bisa diupayakan dalam menekankan sinergi dan kolaborsi antara masyarakat, kepolisian dan pemerintah,” tuturnya.
Hal ini yang mengakibatkan HT cenderung makin marak berkembang di Kalbar. Untuk itu, kesadaran masyarakat perlu dibangun untuk terlibat dalam upaya pencegahan dan penanganan HT sebagai kerjasama. “Maka kritikan saya kepada peneliti, agar tidak menjadikan fenomena HT sebagai pundi-pundi untuk mndapatkan dana riset semata. Setelah riset dibuat harusnya ada upaya solusi konkrit, nyata yang dilakukan dalam aspek pencegahan dan penanganan HT. Sehingga terjawablah secara empiris output riset tersebut,” katanya.
Dia juga mengimbau semua pihak terkait, agar membangun kemitraan kerja berjejaring unutk dikedepankan bagi semua stakeholders yang terlibat. “Hal ini jelas sangat diperlukan, untuk menekan kasus HT di Kalbar, maupun di daerah lain,” kata Ema.
Laporan: Rizka Nanda
Edotor: Yuni Kurniyanto