eQuator.co.id – Sanggau-RK. Bupati Sanggau, Paolus Hadi mengeluhkan belum munculya produk unggulan di kabupaten yang ia pimpin. Keluhan itu disampaikannya pada acara pembukaan lomba dalam rangka hari kesatuan gerak (HKG) PKK ke-47 tingkat Kabupaten Sanggau di Gedung Balai Betomu Sanggau, Selasa (18/6) siang. “Kita belum punya produk unggulan di Sanggau ini. Jujur saya bilang,” akunya.
Dalam sambutannya itu, PH, sapaan Paolus Hadi, menceritakan pengalamannya saat diminta memberikan presentasi di Universitas Gajah Mada (UGM) bagaimana pelayanan publik di Sanggau. Pada saat memberikan presentasi itu, ada mahasiswi yang bertanya apa produk unggulan di Sanggau yang bisa dibanggakan.
“Terus terang saya kaget dengan pertanyaan itu. Mau nutup muka rasanya saya menjawabnya. Kita (Sanggau) punya banyak produk, tapi belum ada yang fokus. Mau saya bilang batik belum gak jelas, mau bilang sawit ndak gak terlalu aneh dan ndak juga kita jual olahan sawit,” ungkapnya.
PKK pun diminta membantu agar Kabupaten Sanggau punya produk unggulan yang dibanggakan.
“Produk kita banyak. Kalau orang datang ke Sanggau dia nyari apa, cari keranjang kah, tempat makan kah yang piringnya dari rotan, atau nyari kue merke atau tempoyak, yang setiap saat orang datang barangnya ada,” terangnya.
Kepada Dinas Perindagkop dan UM, Bupati meminta agar membantu PKK untuk mewujudkan produk-produk unggulan di Sanggau. “Kepada Disperindagkop dan UM jangan gegara PKK, banyak produk kalian tidak bantu,” tegas PH.
Masih dikatakan Bupati, sebuah Kabupaten yang ideal itu salah satunya memiliki produk unggulan. “Kita punya, tapi mempromosikannya yang belum maksimal. Untungnya Kita masih punya IKMers. Itupun kita baru punya satu gerai yang ada di IKMers itu sendiri. Kalau di tempat lainkan sudah ada di toko-toko dan memang ada tempat yang khusus untuk itu. Inilah tantangan kita ke depan,” imbuhnya.
Menanggapi keluhan Bupati tersebut, Ketua PKK Kabupaten Sanggau, Arita Apolina menyampaikan kendala yang dihadapi para pengusaha tradisional dalam merealisasikan produk unggulannya adalah terkait izin, seperti SITU/SIUP, IRT, dan legalitas lainnya termasuk melengkapi produk makanan dengan lebel layak konsumsi dan ke halalannya dijamin.
“Sebenarnya IKM kita sekarang sudah lebih siap. Misalnya batik Sabang Merah. Kita sudah lakukan berbagai upaya ternasuk dengan melibatkan pihak ke tiga untuk membantu bagaimana penyediaan bisa tertampung dan pihak ketiganya sudah dapat dan siap membantu kita, tinggal nanti proses pemasaran apakah melalui IKM atau seperti harapan pak Bupati tadi seperti memiliki rumah produksinya,” beber Arita.
Untuk pemasaran hasil produk, PKK dan Dekranas juga sudah mulai bekerjasama dengan minimarket modern seperti Indomaret dan Alfamart. Namun, produk yang dijual harus memenuhi syarat.
“Kita sudah berkoordinasi ke mereka dan sudah membuat MoU antara pihak indomart atau Alfamart dengan IKM melalui IKMers. Kalau kita kan hanya memfasilitasi,” terangnya.
Laporan: Kiram Akbar