eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Tidak adanya alat kesehatan (Alkes) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soedarso disengaja. Pasien diarahkan berobat ke klinik milik oknum dokter. Gubernur Kalbar, Sutarmidji memastikan ‘membasmi’ praktik curang tersebut. Termasuk, mencabut izin dokter yang nakal.
Pelan-pelan Pemerintah Provinsi Kalbar membenahi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soedarso. Tidak hanya fisik bangunan, tapi juga merombak total manajemen.
Sutarmidji menginginkan, dari sisi fisik tampilan rumah sakit plat merah itu, nantinya harus benar-benar representatif. Karena itu, pembangunan gedung menjadi hal pertama yang akan dilakukan. Agustus tahun ini, pembangunan gedung enam lantai di RSUD Soedarso mulai dikerjakan. “Kita sekarang serius membenahi RSUD Soedarso. Nanti Desember 2019, kita tender lagi untuk pembangunan gedung enam lantai, tahap duanya. Target saya, tahun 2020 selesai,” kata Sutarmidji, Senin (17/6).
Selain itu, pembangunan tahap tiga nanti, direncakan akan dibangun satu gedung khusus. Untuk ruang rawat pasien yang mengidap penyakit tertentu. Seperiti, penyakit infeksi darah, Thalasemia. “Pasien yang mengidap penyakit seperti itu harus ditempatkan di tempat yang nyaman. Kemungkinan juga, ruang paru itu ruang rawatnya juga disatukan. Supaya, lebih mudah,” katanya.
Mantan Wali Kota Pontianak dua periode itu memastikan, penataan pembangunan fisik RSUD dr Soedarso sudah terkonsep. Semua pembangunan fisik akan dilakukan sesuai rancangan. “Membangun fisik itu tidak sulit. Duitnya ada kita bangun, selesai. Yang penting, harus betul-betul representatif. Dari sisi fisik, kita tata sesuai rancangan,” ucapnya.
“Kemudian, pembenahan dari sisi kenyamanan, termasuk rumah singgah akan dilakukan,” tambahnya.
Seiring berjalannya pembangunan fisik, pembenahan dari sisi pelayanan dan menejem rumah sakit, juga akan dilakukan secara total.
Sutarmidji menilai, pelayanan RSUD dr Soedarso saat ini buruk. Bahkan, terjadi praktik yang tidak benar dalam pelayanan medis. “Yang jadi masalah sekarang ini, sisi pelayanan. Pelayanan ini saya akan tegas saja sama semua dokter. Mohon maaf, saya akan tegas saja,” ucapnya.
Menurutnya, laporan yang ia terima, soal kekurangan peralatan medis di RSUD dr Soedarso yang terjadi selama ini, bukan karena ketidakmampuan melakukan pengadaan.
Hal itu terjadi diduga sengaja dilakukan oleh oknum-oknum tertentu. Supaya pasien bisa diarahkan untuk melakukan pengobatan di klinik dokter. “Saya dapat informasi. Dokter-dokter spesialis muda minta alat. Yang senior bilang, alat di Soedarso tidak usah beli. Kalau mau alat itu, di tempat praktik saja. Dibeli di kilinik dia. Itu kan tidak benar,” bebernya.
Jadi, berdasarkan informasi itu, kata Midji, ada indikasi kekurangan peralatan medis di RSUD dr Soedarso sengaja dilakukan. Agar pasien bisa diarahkan untuk berobat di klinik, dengan dalih alat kesehatan di RSUD dr Soedarso tidak tersedia. “Padahal, alat itu kalau dibeli tidak terlalu mahal. Sengaja tidak disediakan. Ketika diperlukan, maka diarahkan ke klinik. Saya akan tegas saja. Pokoknya rumahnya dokter spesialis yang utama itu di RSUD Soedarso. Bukan di klinik. Klinik belakangan,” tegasnya.
Menurutnya, kondisi pelayanan buruk itu terjadi akibat sistem manajemen rumah sakit yang rusak. “Doketernya kemane, pegawainya kemane,” ujarnya.
Yang paling parah, ungkap Midji, adalah yang melayani pasien merupakan tenaga relawan. Yang digaji Rp350 ribu hingga Rp500 ribu perbulan oleh rumah sakit. “Nah, bagaimane dia bisa melayani dengan baik. Gak mungkin. Relawan ini ratusan untuk menggantikan dokter yang mengurus klinik. Dose mereke tu. Saya minta ini benahi lah,” pesannya.
Midji memastikan, seluruh tenaga administrasi di RSUD dr Soedarso akan dirombak menyeluruh. Ia pun mengancam akan menindak tegas oknum-oknum yang telah melakukan penyimpangan. “Kalau ada penyimpangan apa, saya langsung tindak. Jangan sampai praktik pengadaan disana ujung-ujung ditanggung pasien,” pungkasnya.
Laporan: Abdul Halikurrahman
Edotor: Yuni Kurniyanto