Aquatic Plant, Bisnis Menjanjikan yang Dilirik Pasar Dunia

DILIRIK DUNIA. Syahril menunjukkan tanaman hias air yang dibudidayakannya. Aquatic plant milik Syahril ini dilirik pasaran dunia. (Nova Sari-RK)

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Tanaman hias air biasa disebut aquatic plant atau flora aquatic, menjadi salah satu komoditas yang dicari oleh para pehobi baik dari dalam maupun luar negeri. Komoditas ini dinilai sebagai bisnis yang menjanjikan. Menyadari potensi tersebut, Syahril, warga Kota Pontianak mencoba peruntungan di bisnis ini.

“Sudah sekitar enam tahun usaha aquatic plant ini saya geluti,” ungkap Syahril.

Meski masih berstatus usaha rumahan, namun kebanyakan tanaman hias air yang dia jual diekspor ke luar negeri. Dia menyebut, setidaknya ada 30 negara yang dapat menerima tanaman hias air tersebut dari Indonesia.

Dia sendiri, juga telah mengekspor ke berbagai negara macam Hongkong, Malaysia, Singapore dan negara Asia lainnya. Selain itu, negara-negara di benua Eropa dan Amerika juga tak luput dari target.

“Kita juga pernah ekspor ke Rusia, Belanda, Jerman, dan Amerika Serikat,” papar Syahril

Usaha yang dibangunnnya itu, tersebar di beberapa daerah di Kalbar. Diantaranya Sintang, Nanga Pinoh, Putussibau dan Sekadau.

Di daerah-daerah itulah, dia dan teman-temannya memperoleh tanaman hias air tersebut, untuk kemudian di paketkan dan diekspor ke sejumlah Negara. Harga di pasar luar negeri, menurutnya juga cukup menarik.

“Untuk satu picis saja, harganya sekitar tujuh dolar dan jenis biasa. Kalau untuk tanaman yang langka, lebih mahal. Kami biasanya jual per kilo atau per paket,” katanya.

Apabila dirupiahkan, lanjut dia, satu kilogram untuk satu jenis tanaman hias air, harganya sekitar USD 120, untuk kualitas yang paling rendah. Namun kebanyakan, dia menjual dalam sepaket tanaman hias, dengan harga direntang US300-500.

“Sebenarnya kalau melihat untung, lebih untung  jual per paket,” ucapnya.

Syahril mengatakan, permintaan dari berbagai negara akan meningkat jelang hari-hari besar, seperti tahun baru, Natal dan Imlek. Pemasarannya, kata dia, kebanyakan menggunakan media sosial.

“Namun sementara untuk pengirimannya, kita harus mengurusnya terlebih dahulu melalui Balai Karantina Pertanian,” tutup Syahril. (ova)