eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Keberadaan taksi gelap di Terminal Antar Lintas Batas Negara (ALBN) Sungai Ambawang masih menjadi dilema. Pasalnya di satu sisi dianggap meresahkan, namun di sisi lain juga dibutuhkan oleh penumpang mengingat tak ada taksi resmi yang beroperasi di lokasi tersebut.
Staf Administrasi Terminal ALBN Sungai Ambawang, Alamsyah mengakui hal tersebut. Menurutnya kemunculan taksi-taksi gelap yang memanfaatkan kondisi tak adanya taksi resmi beroperasi cukup meresahkan penumpang yang tiba di terminal tersebut.
Dia bilang, kebanyakan taksi gelap ini memaksa penumpang untuk menggunakan jasa angkutannya. Sehingga membuat mereka menjadi terganggu. Selain itu, tarif yang ditetapkan terlampau mahal.
“Resah kami dengan adanya taksi gelap. Kadang membuat penumpang resah karena terlalu memaksa. Dan membuat penumpang kecewa karena tarifnya mahal,” sebutnya, belum lama ini.
Namun di sisi lain, pihaknya juga tak bisa melarang kehadiran taksi tak resmi ini. Mengingat belum ada aturan terkait hal tersebut.
Di samping itu, belum adanya taksi resmi yang beroperasi, terkadang membuat keberadaan taksi tak resmi ini dibutuhkan oleh penumpang.
Karena itu, pihaknya pun berharap, taksi tak resmi yang saat ini masih sering beroperasi di terminal tersebut, agar kehadirannya tidak membuat penumpang terganggu.
“Mau melarang, taksi resmi belum ada. Jadi kami sering berikan imbauan. Boleh beroperasi, asal tertib dan tidak membuat penumpang resah,” jelasnya.
Penyediaan taksi resmi pun bakal menjadi rencana kerja pihaknya ke depan. Ini dilakukan guna memberikan kenyamanan bagi penumpang di terminal Tipe A tersebut. Agar tetap memberikan pelayanan yang prima.
“Ke depan kita akan hadirkan taksi resmi yang akan beroperasi di terminal ini untuk melayani penumpang,” ujarnya belum lama ini.
Pihaknya berencana untuk membuat koperasi yang mengelola taksi resmi yang beroperasi di terminal. Progresnya saat ini, kata dia, masih dalam pembahasan.
Pihaknya juga telah membuka kesempatan bagi perusahaan taksi swasta untuk dapat beroperasi di terminal bus tersebut.
“Sebelumnya juga sudah ada satu perusahaan yang mengajukan ke kami untuk bisa beroperasi di terminal ini. Saya juga sudah lihat berapa besar tarifnya, dan saya rasa cukup terjangkau. Namun masih ada izin yang belum diperoleh,” kata dia.
Dia memastikan bila ada perusahaan yang sudah melengkapi perizinan dari Dinas Perhubungan Provinsi Kalbar serta intansi terkait, maka siap diberikan akses agar taksi beroperasi di terminal tersebut.
Dia pun berharap, agar taksi dapat beroperasi mengingat kebutuhan angkutan bagi penumpang. Terutama yang diturunkan di terminal tersebut.
“Keberadaan taksi pasti sangat membantu penumpang bus yang ada di sini,” tutur dia.
Terminal ini setiap hari melayani trayek antarnegara melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, Kalbar. Setiap hari, terutama akhir pekan banyak wisatawan asal Malaysia dan Brunei Darussalam berkunjung ke Pontianak.
Dari terminal Sei Ambawang, Pontianak perjalanan bus menuju Kuching, Malaysia ditempuh dengan perkiraan waktu 8 jam. Sedangkan menuju Brunei Darussalam ditempuh dengan perkiraan waktu 25 jam.
Terminal ALBN Sei Ambawang tidak hanya melayani rute antar negara, terminal ini juga melayani turun naik penumpang Bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan bus antarkota antarprovinsi (AKAP).
Bangunan Terminal Sei Ambawang tidak kalah dengan terminal bus yang ada di negara Eropa. Penerangan lampu jalan di seluruh areal terminal menggunakan panel surya yang disimpan di baterai cadangan.
Kebersihan terminal Terminal Sei Ambawang juga sangat terawat. Tak ketinggalan, terdapat beberapa titik yang menarik untuk swafoto salah satu simpul transportasi darat ini.
Terminal ALBN Ambawang ini dibangun untuk menyambungkan konektivitas antar wilayah. Baik wilayah di dalam negeri maupun dengan wilayah negara tetangga.
Dengan terhubunganya antar wilayah, Terminal ALBN Sei Ambawang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, masyarakat dapat lebih mudah mengakses wilayah negara tetangga untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Laporan: Nova Sari
Editor : Andriadi Perdana Putra